BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan manusia dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dirinya. Kompetensi ini merupakan
kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencapai tiga aspek, yaitu;
pengetahuan, sikap, dan keterampilan (1).
Dalam belajar diperlukan pemusatan perhatian, tanpa pemusatan aktivitas belajar
akan sia – sia. Kekecewaanlah yang ditemui. Ketidakmampuan seseorang
berkonsentrasi dalam belajar disebabkan buyarnya perhatian terhadap suatu
objek. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh siapa pun yang sedang belajar (2)
Pendidikan merupakan sebuah program yang terdiri dari beberapa komponen
yang bekerja dalam sistem. Pendidikan merupakan arena untuk re- aktivasi
karakter luhur bangsa Indonesia. Secara histori Indonesia adalah bangsa yang
memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja
keras serta berani menghadapi tantangan. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan
suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus
memobilasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa (4).
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak pula pernah pula sepi
dari berbagai aktivitas. Tidak terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan
aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan
masalah
menulis,
mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek dan
sebagainya. Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari
suatu situasi. Situasi akan menetukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam
rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan
aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan
kapanpun memberikan kesempatan belajar
kepada seseorang(5).
Proses
belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita
ingat atau pelajari akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah
menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus
mengolahnya atau memahaminya. Dalam aktivitas ini mereka sendiri ( siswa ) yang
harus menata apa yang mereka dengar dan lihat untuk menjadi satu kesatuan yang
bermakna (6).
Dalam proses belajar , motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajar, tak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Banyak para ahli yang mengemukakan
pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing – masing, namun
intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan (2).
Motivasi yang
dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitasnya akan mencerminkan seberapa hasil
yang akan diperoleh dalam aktivitas belajarnya. Bahwa motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu. Karena adanya tujuan
yang ingin dicapai dengan tingginya motivasi maka hasil atau tujuan yang ingin
diperoleh maka akan lebih bagus dan memuaskan. Terlebih jika memperoleh
motivasi dari luar maka akan menunjang semangan mahasiswa untuk melakukan
sesuatu yang lebih dan lebih bangus buat kegiatan yang ingin dicapainya.
Dengan adanya
berbagai aktivitas yang diadakan oleh mahasiswa akan juga menunjang kegiatan
apa yang akan dilakukan. Apakah bermanfaat atau tidak, dengan motivasi yang
kuat dan aktivitas yang beragam akan menunjang seseorang untuk berubah menjadi
lebih baik dan bermanfaat. Dengan demikain mahasiswa akan memperoleh hasil
belajar yang baik.
Pendidikan merupakan sebuah program
yang terdiri dari beberapa komponen yang bekerja dalam sistem. Program adalah kegiatan yang akan dilakukan dengan
perencanaan dan tujuan yang akan dicapai. Sebagai sebuah program pendidikan memerlukan
evaluasi untuk melihat apakah tujuan program yang direncanakan dapat dicapai (3). Belajar pada
dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, ciri bahwa seseorang telah
melakukan suatu proses belajar, adalah adanya perubahan tingkah laku yang
relatif permanen, tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar , dapat
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Bentuk – bentuk belajar mempunyai
kaitan dengan proses untuk memperoleh hasil belajar (7).
Aktivitas
belajar tidak dapat dilepaskan dari motivasi. Karena aktivitas belajar
merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Motivasi mempunyai
peranan yang strategis dalam aktivitas seseorang. Tidak ada seseorang yang
belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip – prinsip motivasi dalam
belajar tidak hanya diketahui tetapi harus dapat diterapkan dalam aktivitas
belajar. Dengan demikian maka aktivitas yang dilakukan yang berdampingan dengan
motivasi yang tinggi maka akan memperoleh nilai/hasil belajar yang baik ataupun
sempurna.
Hasil belajar seringkali digunakan
sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan (7). Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Penggukuran demikian
dimungkinkan karena penggukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan
pada berbagai bidang pendidikan (3).
Berbagai aktivitas yang telah
dilakukan di Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul, maka dapat diambil
hasil belajar. Dari semua jumlah mahasiswa, peneliti
melakukan pengambilan hasil belajar pada mahasiswa tingkat II ( semester III)
yaitu pada mata pelajaran Askeb II yaitu Asuhan Kebidanan Persalinan atau Intra
Natal Care ( INC). Dari mahasiswa tingkat II di Akademi Kebidanan Kesehatan
Baru Doloksanggul dengan jumlah mahasiswa sebayak 75 orang , mahasiswa yang
memperoleh nilai Askeb II dengan bobot nilai A ( 4.00 – 3.51) = 1 orang
mahasiswa, bobot nilai B ( 3.50 – 3.00) = 30 orang mahasiswa, bobot nilai C ( 2.99 – 2, 76) = 31 orang mahasiswa, dan D
( 2.75 – 2.00) = 13 orang mahasiswa. Dari hasil belajar Askeb II ini peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “ Pengaruh Motivasi dan Aktivitas Belajar
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Akademi Kesehatan Baru Doloksanggul 2014 “
masalah ini sangat penting diteliti, karena aktivitas dan motivasi ini
merupakan salah satu aspek penentu mahasiswa itu mampu atau tidak menerapkan
Askeb II di dunia pendidikan maupun dilapangan. Kemudian yang tidak kalah
pentingnya lagi adalah peran tugas Staf Akademik (Dosen) sebagai motivator
hendaknya mampu mengembangkan proses interaksi yang edukatif sehingga dapat
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar yang pada tempatnya tercipta
aktivitas belajar yang optimal sesuai yang diharapkan, sehingga tingkat
prestasi belajar mahasiswa yang optimal dapat tercapai dengan sempurna.
1.2.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
masalah yaitu :
a.
Adakah pengaruh aktivitas terhadap hasil belajar
mahasiswa ?
b.
Adakah pengaruh motivasi terhadap hasil belajar
mahasiswa?
c.
Seberapa besarkah pengaruh motivasi terhadap aktivitas belajar mahasiswa?
1.3.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas , maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah Pengaruh Motivasi
dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar di Akademi Kesehatan Baru
Doloksanggul Tahun Ajaran 2014 ?
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Motivasi dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar di
Akademi Kesehatan Baru Doloksanggul Tahun 2014.
1.4.2.
Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini
adalah :
a.
Untuk mengetahui motivasi
mahasiswa terhadap hasil belajar Askeb
II di Akademi Kesehatan Baru Doloksanggul Tahun Ajaran 2014.
b.
Untuk mengetahui aktivitas mahasiswa terhadap hasil
belajar Askeb II di Akademi Kesehatan Baru Doloksanggul Tahun ajaran 2014.
c.
Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan aktivitas
belajar terhadap hasil belajar Askeb II di Akademi Kesehatan Baru Doloksanggul
1.5.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk secara teoritis dan secara praktis:
1. Secara Teoritis :
a.
Menambah karya ilmiah dan sebagai refensi tambahan di
perpustakaan khususnya yang menyangkut tentang motivasi dan aktivitas.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang Askeb II khususnya yang menyangkut motivasi
dan aktivitas.
2. Secara Praktis :
a. Sebagai
bahan masukan bagi pihak institusi pendidikan
Sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi mahasiswa Akademi Kesehatan Baru
Doloksanggul tentang pengaruh motivasi dan aktivitas belajar terhadap hasil
belajar.
b. Sebagai
bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan rating.
c. Memberikan
masukan kepada peneliti dalam memperluas wawasanya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Peneliti Terdahulu
Dari peneliti terdahulu yaitu Yunita susanti dari
Universitas Negeri Padang dengan judul pengaruh aktivitas dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar pada
tahun 2013 memperoleh hasil dari setiap variabel yang diperoleh yaitu variabel
aktivitas belajar 3,58 dengan tingkat capaian responden 71,59% yang tergolong
pada kriteria baik. Hal ini menandakan bahwa pengaruh aktivitas terhadap hasil
belajar baik. Sedangkan rata – rata variable motivasi belajar adalah 3,42
dengan tingkat capaian responden 68,41% yang tergolong pada kriteria bak. Hal
ini menandakan bahwa pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sangat
baik. Dengan demikian, semakin tinggi aktivitas belajar, motivasi belajar, maka
semakin tinggi pula hasil belajar.
Dari peneliti terdahulu atas nama
Aditiya Fadly dari Universitas Negeri Malang dengan judul peningkatan aktivitas
terhadap hasil belajar pada tahun 2012
memperoleh hasil observasi dari aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran
tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran terjadi
peningkatan. Pada frekuensi bertanya terjadi peningkatan sebesar 57,14%,
sedangkan pada frekeunsi menjawab meningkat sebesar 85,72%, frekuensi memberi
tanggapan meningkat sebesar 50% dan pada frekuensi memberikan sanggahan terjadi
peningkatan sebesar 250%. Dengan demikian dengan terjadinya peningkatan
aktivitas belajar maka ketuntasan dalam memperoleh hasil belajar memperoleh
hasil belajar yang memuaskan.
2.2. Hasil
Belajar
2.2.1. Defenisi
Belajar
merupakan proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan perubahan dalam perilaku. Belajar adalah aktivitas mental/psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilakan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang
relatif lama dan merupakan hasil pengalaman (3).
Proses belajar
merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil
belajar hanya terjadi pada individu yang
belajar , tidak pada orang lain, dan setiap
individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda (3).
Belajar bukanlah
kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar
memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa
memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, bukan
sekedar pengulangan atau hafalan (6).
Namun, dari semua itu
tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa
yang sedang dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah “ belajar” itu adalah
penegrtian yang tersimpan didalamnya. Penegertian
dari kata “ belajar” itulah yang perlu
diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru
mengenai masalah belajar (5).
Masalah pengertian belajar
ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan
sesuai dengan bidang keahlian mereka
masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
James O. Whittaker,
misalnya , merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbang
atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang ditujukkan
oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey
mengatakan belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangka Geoch merumuskan
learning is change is performance as a result of practice. Drs. Slameto juga
merumuskan pengertian belajar. Menurutnya belajar adalah suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor (2)
2.2.2 Tujuan
Pendidikan Dan Hasil Belajar
Tujuan
pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar merupakan pencapian tujuan pendidikan pada mahasiswa yang
mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan
hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya
tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada
tujuan pendidikan (3).
Hasil belajar perlu
dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah
tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah
berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar. Belajar sebagai perubahan perilaku terjadi setelah
siswa mengikuti atau mengalami suatu proses belajar mengajar, yaitu hasil
belajar dalam bentuk penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu (8).
Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu
karakter bangsa yang dapat
mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk
meningkatkan daya saing bangsa. Secara historis bangsa Indonesai adalah bangsa
yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja
keras serta berani menghadapi tantangan (4).
Meskipun pembelajaran
dapat terjadi di
lingkungan manapun namun satu- satunya pembelajaran yang dilakukan adalah di
sekolah. Satu – satunya perbedaan antara pembelajaran yang dilakukan di sekolah
dengan lingkungan lainnya adalah adanya tujuan pendidikan yang direncanakan
untuk membuat perubahan perilaku. Tujuan pendidikan disekolah mengarahkan semua
komponen seperti metode mengajar, media, materi, alat evaluasi, dan sebagainya
dipilih sesuai dengan tujuan pemdidikan. Hasil belajar termasuk komponen
pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil
belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan penddiakn melalui proses
belajar mengajar (3).
2.2.3. Domain
Hasil Belajar
Belajar
menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan
perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku
dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Perubahan dalam
kepribadian ditunjukan oleh adanya perubahan perilaku akibat belajar.
Dalam
usaha memudahkan memahami dan mengukur perubahan perilaku maka perilaku
kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah: kognitif, efektif dan
psikomotorik. Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hsil belajar
merupakan hasil perubahan perilaku. Domain hasil belajar adalah perilaku-
perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan
itu dibagi dalam tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi
perilaku untuk diubah, pengubahan perilaku dan hasil perilaku dapat digambarkan
sebagai berikut:
INPUT
|
PROSES
|
HASIL
|
Siswa:
1.
Kognitif
2.
Afektif
3.
Psikomotor
|
Proses
belajar mengajar
|
Siswa:
1.
Kognitif
2.
Afektif
3.
Psikomotor
|
Potensi
perilaku yang dpat diubah
|
Usaha
mengubah perilaku
|
Perilaku
yang telah berubah:
1.
Efek pengajaran
2.
Efek pengirings
|
Setiap
siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan perilaku yang
dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Potensi jiwa yang dapat diubah
melalui pendidikan meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan atau pembelajaran adalah usaha mengubah potensi perilaku kejiwaan
agar mewujudkan menjadi kemampuan. Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan
akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan
menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil
belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil
utama pengajaran maupun hasil sampingan pengiring. Hasil utama pengajaran
adalah kemampuan hasil belajar yang memandang direncabakan untuk diwujudkan
dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil pengiring adalah hasil
belajar yang dicapai namun tidak direncankan untuk dicapai (3).
1.
Hasil
Belajar Kognitif
Hasil
belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi.
Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan
stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi
informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh kerena belajar
melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak
berupa kemapuan tertentu oleh otak untuk menyelesakan masalah.
Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal.
Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi
beberapa tingkat atau jenjang. Tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang
paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan
kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat
sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), analisa( C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
2.
Hasil
belajar afektif
Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan,
partisispasi,penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hirarkhis mulai
dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling kompleks .
Penerimaan (receiving)
atau menaruh perhatian (attending)
adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada
rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi atau merespon (responding) adalah kesediaan memberikan
respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini siswa tidak hanya memberikan
perhatian kepada rangsangan tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk
menerima rangsangan. Penilaian atau penentuan sikap adalah kesedian untuk
menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. Organisasi adalah kesediaan
mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap
dalam perilaku. Internalisasi nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya
menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku
sehari-hari.
3.
Hasil
belajar psikomotorik
Hasil belajar disusun dalam urutan
mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan kompleks. Hasil belajar tingkat
yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar
yang lebih rendah. Hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi
enam: gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Dan para ahli
lain yang membagi hasil belajar psikomotorik ini mengklasifikasikan menjadi,
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreativitas.
Persepsi adalah kemampuan hasil
belajar psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan
suatu gejala dengan gejala lain. Kesiapan adalah kemampuan menempatkan diri
untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan sebelum lari,
menari, mengetik, memperagakan, mendemostrasikan dan sebagainya. Gerakan
terbimbing adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.
gerakan terbiasa adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contohnya
kempuan diperoleh karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
Gerakan kompleks adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara,
urutan dan irama yang tepat. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan
baru yang tidak ada sebelumnya atau mengobinasikan gerakan-gerakan yang ada
menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.
2.2.4 Kesimpulan
hasil belajar
Tujuan pendidikan merupakn perubahan perilaku yang
direncanakan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar
adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga
hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah
perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar
mengusahakan perubahan perilaku dan domain-domain tersebut sehingga hasil
belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif dan
psikolotorik.
Untuk kepentingan
pengukuran hasil belajar domain disusun secara hirarkhis dalam tingkat-tingkat
mulai dari yang paling rendah dan sedehana hingga yang paling tinggi dan
kompleks. Dalam doman kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hafalan,
pemahaman, penerapan,analisis,sintesis dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil
belajar meliputi level: penerimaan, partisipasi, penilaian,organisasi, dan
karakterisasi. Sedangkan domain psikomotorik terdiri dari level: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreativitas.
2.3. Aktivitas
2.3.1. Konsep Aktivitas
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam
kelas merupakan aktivitas mentranformasikan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi
dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang
dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam
proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara- cara belajar mandiri, berperan
dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka
di sini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan
(1).
Menurut para ahli psikologi bahwa setiap manusia memiliki
berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kebutuhan
menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan,
termaksud kegiatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan
tertentu dan untuk mencapai tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah
dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan semakin luas. Dengan
sendirinya perbuatan yang dilakukan semakin banyak dan beraneka ragam pula (1).
Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang dapat diharapkan dari
siswa/subjek belajar, setelah menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajara. (9)
Keaktivas siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki, berfikir kritis, dan dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping
itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga
merangksang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Ada 7 aspek terjadinya
keaktivan siswa:
1.
Partisipasi siswa dalam menetapkan
tujuan kegiatan pembelajaran.
2.
Tekanan pada aspek apektif dalam
belajar.
3. Partisispasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antara
siswa.
4.
Kekompakan kelas sebagai kelompok
belajar.
5. Kebebasan
belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta
mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.
6.
Pemberian waktu untuk menanggulagi
masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan
pembelajaran.
Bertitik tolak dari konsep dan teori aktivitas diatas,
maka pembelajran yang dilakukan antara guru dan siswa, harus mengacu pada
peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Pengajar/guru tidak hanya
melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada
siswa, akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai
bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok,
belajar memecahkan masalah, dan bayak lagi (1)
Siswa diibaratkan kertas putih, sedangkan unsur dari luar
yang menulis adalah tenaga pengajar. Dalam hal ini terserah kepada tenaga
pengajar, mau dibawa kemana, mau diapakan siswa itu, karena tenaga pengajar,
adalah yang memberikan dan mengatur isi. Dengan demikian aktivitas
didominasikan oleh tenaga pengajar, sedangkan anak didik bersifat pasif dan
menerima begitu saja (9).
Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan
pembelajran, berarti kita mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang
dimiliki siswa secara penuh. Dalam konsep kompetensi, kita harus mampu
mendeteksi kemampuan minimal siswa, dan kemudian tercapainya suatu indikator-indikator
yang dilahirkan oleh kompetensi dasar tadi (1).
2.3.2. Prinsip
Aktivitas
Prinsip belajar pada dasarnya adalah melakukan aktivitas (9). Seperti yang
diungkapkan “ belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungan yang mungkin berwujud pribadi,
fakta, konsep ataupun teori” (9)
Dalam belajar diperlukan aktivitas,sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar
merupakan seala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (tenaga pengajar
dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar (10)
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dilihat dari
sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur
kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek berdidik, dapatlah diketahui bagaimana
prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut
pandang ilmu jiwa, maka sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah
komponen manusia yang melakukan aktivitas
dalam belajar-mengajar, yakni siswa dan guru (9).
Dalam belajar, seseorang tidak dapat
dihindarkan dari situasi, situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan
dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi yang mempegaruhi dan menentukan
aktivitas belajar apa yg dilakukan (2). Proses pembelajaran
yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentranformasikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan (1).Untuk melihat
prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa secara garis besar
dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. (9)
1.
Menurut
Pandangan Ilmu Jiwa Lama
John locke dengan konsepnya tabularasa,
mengibaratkan jiwa (psyche) seseorang
bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini kemudian akan
mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Terserah kepada unsur dari luar
yang akan menulis, mau ditulis merah atau hijau, kertas itu akan bersifat
reseptif. Konsep semacam ini kemudian ditransfer ke dalam dunia pendidikan.
Herbert memberikan rumusan bahwa
jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanisme dikuasai oleh hukum-hukum
asosiasi. Atau dengan kata lain diperolehi oleh unsur- unsur dari luar.
Relevansinya dengan konsep john locke, bahwa guru pulalah yang aktif, yakni
menyampaikan tanggapan- tanggapan itu. Siswa dalam hal ini pasif, secara
mekanisme hanya menuruti alur dari hukum- hukum asosiasi tadi. Jadi siswa
kurang memiliki aktivitas dan kreativitas (9).
2.
Menurut
Pandangan Ilmu Jiwa Modern
Aliran
ilmu jiwa modern akan menejemahkan jiwa manusia sebagai suatu yang dinamis,
memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik
itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam
kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk
berkembang. Oleh karena itu, tugas pendidik adalah pembimbing dan menyediakan
kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal
ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. (9)
Seorang pengajar tidak dapat dengan
serta-merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya, karena mereka
sendirilah yang harus emnata apa yang mereka dengar dan lihat menjadi sautu
kesatuan yang bermakna. Tanpa peluang untuk mendiskusiaknnya, mengajukan
pertanyaan, mempraktikan, dan barang kali bahkan mengajarkannya kepada siswa
yang lain, proses balajar yang sesuguhnya tidak akan terjadi (6).
Aktivitas belajar itu adalah
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar ke dua
aktivitas itu harus selalu berkaitan. Dengan demikain, jelas bahwa aktivitas
itu dalam arti luas, baik yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani.
Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. (9)
2.3.4
Jenis-Jenis
Aktivitas Dalam Belajar
Sekolah adalah
salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena
untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh
pelajar didalam sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendegarkan dan
mencatat seperti yang lazim terdapat disekolah-sekolah tradisional (9).
Berbagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas
meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas masing-masing diantaranya:
1.
Memberikan motivasi atau menarik
perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan
dasar) kepada siswa.
3.
Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4.
Memberikan stimulus ( masalah, topik,
dan konsep) yang kan dipelajari.
5.
Memeberikan petunjuk kepada siswa cara
mempelajarinya.
6.
Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa
dalam kegiatan pemebelajaran.
7.
Memberikan umpan balik (feed back)
8.
Melakukan tagihan – tagihan terhadap
siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9. Menyimpulkan
setiap materi yang disampaikan diakhiri pembelajaran. (1)
Beragam
aktivitas dan partisispasi dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan,
diantaranya ialah:
Menurut Paul D. Dierich yang membagi kegiatan belajar
dalam delapan kelompok, masing – masing adalah :
a.
Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities)
Membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja
atau bermain.
b.
Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities)
c. Mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,mengajukan suatu pertanyaan,
memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi.
d.
Kegiatan-kegiatan mendegar (Listening activities)
e.
Mendengarkan penyajian bahan, medengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan
radio.
f. Kegiatan-kegiatan
menulis (Writing activites)
Menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, dan mengisi angket.
g.
Kegiatan-kegiatan mengambar (Darwing activities)
Mengambar,
membuat grafik, chart,diagram peta dan pola.
h. Kegiatan
metrik (Motor activities)
Melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pemeran, menari dan berkebun.
i.
Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities)
Merenungkan, mengingatkan,
menganalisis faktor-faktor, memecahkan masalah, melihat hubungan-hubungan, dan
membuat keputusan.
j.
Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities)
Minat,
membedakan, berani, tenang, dan lain – lain. Kegiatan – kegiatan dalam kelompok
ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain. (1)
Jadi dengan uraian diatas, menunjukan bahwa aktivitas di
sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut
dapat diciptakan disekolah, tentunya sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan
bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan trasformasi kebudayaan.
Tetapi sebaliknya ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para
tenaga pengajar. Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan
kegiatan siswa yang sangat bervariasi. (9)
2.4. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan,baik dari
dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya atau
dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap
perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi juga dapat
diartikan sebagai proses untuk mencoba memengaruhi orang atau orang-orang yang
dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan
tertentu yang ditetapkan lebih dahulu (8).
Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai moativasi dalam belajar,tak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa
sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu
yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Masloy sangat percaya bahwa
tingkat laku manusia dibandingkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu,
seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, rasa penghargaan,
aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan
inilah yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang
seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkaan minatnya sejauh apa yang ia
lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. (5)
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar
secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik
yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak
mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari lua dirinya merupakan motivasi
ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan
bila motivasi intriks tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar. (5)
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya, feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan menurut Mc. Donald ini mengandung elemen penting.
1. Bahwa
motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam
sistem yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi
manusia,penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi
ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dalam emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
meerupakan respons dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari
dlam diri manusia, tetapi kemunsulannya karena terangsang/terdorong oleh adanya
unsur lain, dalam hal ini tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ketiga elemem di atas, maka dapat dikatakan bahwa
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut
dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi, untuk kemudian bertindak
atau melakukan sesuatu, semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau
keinginan (9).
2.4.1. Prinsip
– Prinsip Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan
yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang
melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu
dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai
upaya lain yang tak kalah pentingnya.
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang
itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis
dalam bentuk dorogan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam
bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu tergerak melakukan sesuatu kerena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatan.
Motivasi mempunya peranan yang strategis dalam aktivitas
belajar seseorang. Tidak ada pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peran motivas lebih oktimal,
maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui,
tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip
motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut :
1.
Motivasi sebagai dasar pergerak yang
mendorong aktivitas belajar
Seseorang
melakukan aktivitas melajar karena ada yang ingin mendorongnya. Motivasi sebagi
dasar pergerakannya yang mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang
berminat untuk belajar belum sampai pada tataran motivasi belum menunjukan
kativitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu
objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun, minat adalah alat motivasi dalam
belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dpat dimanfaatkan untuk
mengawali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia
akan melakukan aktivitas belajar dalam rentagan waktu tertentu. Oleh karena
itulah, motivasi diakui sebagai dasar pergerak yang mendorong aktivitas belajar
seseorang.
2.
Motivasi intrinsik lebih utama daripada
motivasi ekstrinsik dalam belajar
Efek yang tidak diharapkan dari
pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderugan ketergantugan anak didik
terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik
juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Motivasi intrinsik lebih
utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik
sangat sedikit perpengaruh dari luar. Semangat belajar sangat kuat. Tanpa
diberikannya janji-janji yang muluk-muluk pun anak didik rajin belajar sendiri.
3.
Motivasi berupa pujian lebih baik dari
pada hukuman
Berbeda
dengan pujian, hukuman diberikan kepada anak didik dengan tujaan untuk
memberhentikan perilaku yang negatif anak didik. Frekuensi kesalahan diharapkan
lebih diperkecil setelah kepada anak didik diberi sanksi berupa hukuman.
Hukuman badan seperti yang sering diberlakukan dalam pendidikan .
4.
Motivasi berhubungan erat dengan
kebutuhan dalam belajar
Kebutuhan yang tak bisa dihindarkan
oleh anak didik adalah keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan.
Oleh karena itulah anak didik belajar.karena bila tidak belajar berati anak
didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan.
5.
Motivasi dapat memupuk optimisme dalam
belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi
dalm belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan.
Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan
berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.
6.
Motivasi melahirkan prestasi dalam
belajar
Dari berbagai hasil penelitian
selalu menyimpulakan bahwa motivasi mempengaruhi hasil belajar. Tinggi
rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar
seseorang anak didiknya. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertenti dengan
senang hati mempelajari mata pelajaran itu.
2.4.2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan yang
malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan belajar. Ketidak minat terhdap suatu mata pelajaran menjadi
pangkal penyebab kenapa tidak bergemilang dalam mencatat apa- apa yang telah
disampaikan oleh pengajar. Itulah sebagai pertanda bahwa masih ada yang tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan
masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bisa ditunda – tunda. Tenaga
pengajar harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga
dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Bila motivasi ekstrinsik yang diberikan dapat membantu
anak didik keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar. Maka motivasi dapat
diperankan baik oleh tenaga pengajar. Peran yang diberikan oleh tenaga pengajar
dengan mengandalkan fungsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi mahasiswa.
Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama
berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya
menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena
psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi
perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorogan atau penggerak maupun
penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap pembuatan dalam
belajar. Untuk jelasnya ketiga fungsinya motivasi dalam belajar tersebuat di
atas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya
pelajar tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari
muncullah minat untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk
memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajarinya.
2. Motivasi sebagai penggerak
perbuatan
Dorongan
psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu
kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan
psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan sikap
raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada
dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedakan nilai yang
terpatri dalam wawancara, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul
isi yang dikandungnya.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang
diabaikan. Seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran
tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain.
Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang
akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar
yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang meberikan motivasi
kepada anak didik dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar. Dengan penuh
konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin
diketahuinya/dimengerti itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang menggangu
pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh.
Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam
belajar.
2.4.3. Kebutuhan
dan Teori Tentang Motivasi
Apa dorongan seseorang melakukan aktivitas suatu
aktivitas? Pertanyan ini cukup mendasarkan untuk mengkaji soal teori tentang
motivasi. Dari pertanyaan itu kemungkinan memunculkan jawaban dengan adanya “biogenic theories” dan “sosiogenic theories”. “Biogenis
theories” yang menyangkut proses biologis lebih menekankan pada mekanisme
pembawa biologis, seperti insting dan kebutuhan-kebutuhan biologis. Sedangkan “sosiogenic theories” lebih menekankan
adanya pengaruh kebudayaan/kehidupan masyarakat. Dari ke dua pandangan itu
dalam perkembangan akan menyangkut persoalan-persoalan insting, fisiologis,
psikologis dan pola-pola kebudayaan. Hal ini menunjukan bahwa seseorang
melakukan aktivitas karena didorog oleh adanya faktor-faktor, kebutuhan
biologis, insting, dan mungkin unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya
pengaruh perkembangan budaya manusia.
Memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti
menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada
tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin
melakukan sesuatu kegiatan belajar.
Seperti telah diterangkan di muka bahwa seseorang
melakukan aktivitas itu didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis,
insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan
budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari
soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas. baik kebutuhan yang bersifat
biologis maupun psikologis. Dengan demikan, dapat ditegaskan bahwa motivasi,
akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena adanya
keadaan yang seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu
kepuasan. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-ubah
sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri. Sesuatu yang menarik,
diinginkan dan dibutuhkannya pada suatu saat tertentu, mungkin di saat lain
tidak lagi menarik dan tidak dihiraukan lagi.
Menurut Morgan dan ditulis kembali S. Nasution, manusia
hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan.
1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu
untuk sesuatu aktivitas
Hal ini sangat
penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan
baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam
di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is
a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa
pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalu disertai dengan rasa gembira.
2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang
lain
Banyak orang
yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi
kesenangan orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil
tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah barang tentu
merupakan kepuasan dan kebahagian tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan
tersebut. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan.
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil
Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan
berhasil baik, kalau disertai dengan “ pujian”. Aspek “ pujian” ini merupakan
dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Dalam kegiatan
belajar – mengajar, pekerjaan atau kegiatan itu harus dimulai dari yang mudah /
sederhana dan bertahap menuju sesuatu yang semakin sulit/kompleks.
4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan
atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal
ini menjadi dorongan untuk mencari kompesasi dengan usaha yang tekun dan luar
biasa, sehingga tercapai kelebihan/keunggulan dalam bidang tertentu.
Kebutuhan manusia seperti telah
dijelaskan di atas senangtiasa akan selalu berubah. Begitu juga motif, motivasi
yang selalu berkaitan dengan kebutuhan tentu akan berubah – ubah atau bersifat
dinamis, sesuia dengan keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal
kebutuhan itu maka timbullah teori tentang motivasi.
Teori tentang motivasi ini lahir dan
awal perkembangannya ada dikalangan para psikolog. Menurut ahli jiwa,
dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu
ada tingkatan – tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada
beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan,
yaitu:
a. Kebutuhan
fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya;
b. Kebutuhan
akan keamanan ( security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan
kecemasan;
c. Kebutuhan
akan cinta dan kasih; kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau
golongan( keluarga, sekolah, kelompok)
d. Kebutuhan
untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai
hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Dengan istilah lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah
kemandirian dan aktualisasi diri. Disampaing itu ada teori – teori lain yang
perlu diketahui:
1.
Teori
insting
Menurut teori
ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang.
Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan.
Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah – olah tanpa
dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc.Dougall.
2.
Teori
fisiologis
Teori ini juga
disebutkanya “ behavior theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu
berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk
kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan
tentang makanan, minuman, udara dan lain – lain yang diperlukan untuk
kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan
untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.
3.
Teori
psikoanalitik
Teori ini mirip
dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur – unsur kejiwaan yang
ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur
pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.
Selanjutnya untuk melengkapi uraian
mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan adanya
beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki
ciri – ciri sebagai berikut:
a.
Tekun manghadapi tugas
b.
Ulet menghadapi kesulitan
c.
Menunjukan minat terhadap bermacam –
macam masalah
d.
Lebih senang bekerja mandiri
e.
Cepat bosan pada tugas – tugas rutin
f.
Dapat mempertahankan pendapatnya
g.
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
itu
h.
Senang mencari dan memecahkan masalah
soal – soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas,
berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi
seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam kegiatan
belajar-mengajar akan hasil baik, kalau
siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan
secara mandiri. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh tenaga pengajar,
agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat
dan optimal.
2.4.4. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat
dilihat dari bebagai sudut pandang. Dengan demikain, motivasi atau motif –
motif yang aktif ini sangat bervariasi.
1. Motivasi dilihat dari dasar
pembentukannya
a. Motif-motif bawaan
Yang
dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi
motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya; dorongan untuk
makan, dorogan untuk minum, dorogan untuk bekerja,dll. Motif – motif ini sering
kali disebut motif – motif yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan
ini, maka Arden N. Frandsen memberikan istilah jenis motif physiological drives
b. Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya
motif- motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh; dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Motif-motif ini sering kali disebut
dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sehingga motivasi itu
terbentuk frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs.
Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis
motif berikut ini:
a.
Cognitive
motives
Motif ini
menunjukan gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Yang berada
di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis
motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang
berkaitan dengan perkembangan intelektual.
b.
Self-expression
Penampilan diri
adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting kebutuhan individual itu
tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga mampu
membuat suatu kejadian.
c.
Self-enhancement
Melalui
aktualisasi diri dan perkembangan kompetensi akan meningkatkan kemampuan diri
seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi
setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat
bagi anak didik untuk mencapa suatu prestasi.
2. Jenis motivasi menurut pembagian
dari Woodworth dan Marquis
a. Motif
atau kebutuhan organis, meliputi misalnya kebutuhan untuk minum, makan,
bernapas, seksual, beristirahat. Ini sesuai dengan jenis drives dari Frandsen.
b. Motif
– motif darurat. Yang termaksud dalam motif ini, dorongan untuk menyelamatkan
diri, dorongan untuk membalas. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan
dari luar.
c. Motif
– motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, motif – motif ini muncul karena dorogan dari dunia luar secara
efektif.
3.
Motivasi
jasmaniah dan rohaniah
Ada beberapa
ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis motivasi jasmani
dan motivasi rohaniah, yang termaksud motivasi jasmani adalah refleks, insting
otomatis, nafsu. Sedangkan yang termaksud motivasi rohaniah adalah kemauan.
4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a.
Motivasi
Intrinsik
Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif – motif
yang menjad aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individual sudah ada dorogan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh seseorang yang senang mambaca, tidak usah ada yang menyuruh atau
mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku – buku untuk dibacanya. Kemudian
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan ( misalnya kegiatan
belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai
contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul – betul ingin
mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain – lain. Itulah
sebabnya motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan
aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar
– benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau
ganjaran.
Perlu diketahui bahwa
siswa yang memiliki motivasi intriksik akan memiliki tujuan menjadi orang yang
terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu –
satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa
belajar tidak mungkin tidak dapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang
berisikan pengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri
sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan
yang dapat dilalui dengan satu – satu jalan adalah belajar, dorongan belajar
itu tumbuh dari dalam diri subjek belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif –
motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, itu secara tidak
langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukan itu. Oleh karena itu,
motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitasnya belajar yang dimulai dan diterusakan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara
langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu,
motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu
ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak
penting. Dalam kegiatan belajar – mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan
besar keadaan siswa itu dinamis, berubah – ubah, dan juga mungkin komponen –
komponen lain dalam proses belajar- mengajar ada yang kurang menarik bagi
siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Beberapa bentuk motivasi belajar
ekstrinsik diantaranya adalah :
1.
Belajar demi memenuhi kewajiban
2.
Belajar demi menghindari hukuman yang
diancamkan
3.
Belajar demi memperoleh hadiah material
yang disajikan
4.
Belajar demi meningkatkan gengsi
5.
Belajar demi memperoleh pujian dari
orang yang penting seperti orang tua dan guru
6.
Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin
dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan
administratif.
2.5.
Hipotesa
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan hipotesa penelitian yaitu:
Ha: Ada
hubungan pengaruh motivasi dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar mahasiswa di Akademi kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul tahun 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar