HUBUNGAN
KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH ASUHAN
KEBIDANAN
PERSALINAN DI AKADEMI BAKTI
INANG PERSADA MEDAN
TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
NOVITA SARI
SEMBIRING
NIM : 1309193206
PROGRAM STUDI
D-IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESESHATAN HELVETIA
MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (1)
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
konten ilmiah melalui penelitian bidang psikologi menemukan beberapa kecerdasan
manusia seperti temuan kajian kecerdasan emosi Emotional Quotient (EQ) oleh pakar psikologi yang terkenal yaitu
Daniel Goleman (1995), Salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan
manusia yaitu Emotional Quotient (EQ)
yang dianggap sebagai fakor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi
seseorang. Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain. (2)
Pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri
siswa (peserta didik) karena betapa banyak kita jumpai siswa (peserta didik),
dimana mereka begitu cerdas disekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya,
namun bila tidak dapat mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa
atau angkuh dan sombong, maka prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat
untuk dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan
dikembangkan pada siswa (peserta didik) sedini mungkin dari tingkat pendidikan
usia dini sampai ke perguruan tinggi. Karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat
kelak, sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih
optimal. (2)
Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan
untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup.
Sebaliknya Keterampilan emosional merupakan meta-ability, yang menentukan
seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain manapun
yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum terasah. Kecerdasan emosional
merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam memengaruh semua
kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun menghambat kemampuan itu. (3)
Kecerdasan
emosional tidak paralel dengan kecerdasan inteligensi. Orang yang
intelegensinya (IQ) tinggi tidak selalu menunjukkan perilaku yang baik, atau
baik buruknya seseorang. Bahkan IQ yang tinggi tidak merupakan indikator
kesuksesan seseorang. Dari penelitian para ahli, antara lain Daniel Goleman
yang dikutip oleh Patricia Patton (2002) menyebutkan bahwa kesuksesan seseorang
itu hanya ditentukan oleh 20% dari tingkat intelegensi (IQ) nya. Sedangkan yang
80% ditentukan oleh faktor lainnya, termasuk kecerdasan emosional (EQ). (4)
Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergis
dengan keterampilan kognitif, orang-orang berprestasi tinggi memiliki keduanya.
Makin kompleks pekerjaan makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas
kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang
tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi
yang maksimum. Kemudian,Doug Lennick menegaskan,”yang diperlukan untuk sukses
dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi orang juga memerlukan kecakapan
emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Penyebab kita tidak
mencapai potensi maksimum adalah ketidakterampilan emosi. (3)
Beberapa
studi mengungkapkan bahwa emosi penting sebagai"energy pengaktif” untuk
nilai-nilai etika, misalnya kepercayaan, integritas, empati, keuletan dan
kredibilitas, serta untuk modal social.
membangun dan mempertahankan hubungan bisnis
yang menguntungkan dan didasarkan pada saling percaya. Yang paling penting dari
semua ini adalah sesuatu yang tampaknya dimiliki oleh setiap pemimpin yang
besar yaitu kemampuan membangkitkan semangat. Emosi adalah pengorganisasian
yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Emosi juga berfungsi
membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu mengantisipasi
masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan-tindakan kita sesuai
dengan itu. Menurut Josh Hammond, President America Quality Foundation, sebagaimana
yang dikutip oleh Cooper dan Sawaf,
emosi telah didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai makna penting (high performance) di hampir semua
perusahaan terkemuka. (3)
Semakin tinggi kecerdasan emosional kita, semakin besar
kemungkinan untuk sukses sebagai pekerja, orang tua, manager, anak dewasa bagi
orang tua kita, mitra bagi pasangan hidup kita atau calon untuk suatu posisi
jawatan.
Keberhasilan seseorang selain ditentukan oleh IQ juga
sangat ditentukan oleh kecerdasan emosional karena IQ tidak akan dapat
berfungsi maksimal apabila EQ tidak dapat berfungsi maksimal. Pendapat seperti
ini diungkapkan oleh Goleman (1999),
bahwa keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya, tidak hanya
oleh IQ tetapi kecerdasan emosional-lah yang memegang peranan. Sungguh,
intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan
emosional.
Kecerdasan emosional merupakan faktor penting yang
mempengaruhi hasil belajar, jika kecerdasan emosional berkembang baik akan
sangat meningkatkan prestasi belajar akademik. Kemampuan akademis yang tinggi
ditunjang dengan kecerdasan emosi dapat membuka banyak kunci kesuksesan bagi
seseorang baik dalam dunia kerja, pribadi maupun proses belajar mengajar.
Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di Akademi Kebidanan
Bakti Inang Persada pada mahasiswa semester III tahun akademik 2013/2014 ada 30
mahasiswa, dari hasil evaluasi mahasiswa semester III di dapatkan mahasiswa
yang mempunyai indeks prestasi (IP) untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan II
(Persalinan) antara 3,51 – 4,00 ada 3 mahasiswa, Indeks prestasi antara 2,75 –
3,50 ada 23 mahasiswa, indeks prestasi antara 2,00 – 2,75 ada 4 mahasiswa. Berdasarkana
data diatas dapat disimpulkan prestasi yang dicapai mahasiswa sebagian besar
sudah baik, namun demikian masih ada sebagian mahasiswa yang menunjukkan
prestasi yang masih kurang maksimal.
Berdasarkan masalah
di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosional
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata
Kuliah Asuhan kebidanan II (persalinan) di Akademi kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014”.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat
hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Askeb II Pada Mahasiswa
semester III di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Hubungan Kecerdasan Emosional dengan
Prestasi Belajar Askeb II Pada Mahasiswa semester III DI Akademi Kebidanan
Bakti Inang Persada Medan tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui distribusi
frekuensi Kecerdasan Emosional pada
mahasiswa semester III di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun
2014
2.
Untuk mengetahui distribusi
Prestasi Belajar mata kuliah Askeb II pada mahasiswa semester III di Akademi
Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi
Penulis
Sebagai Aplikasi dan pengembangan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan terutama tentang Kecerdasan Emosional dan
Prestasi Belajar mahasiswa.
2. Bagi
Institusi Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan
Sebagai Bahan masukan bagi insstitusi
Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan untuk meningkatkan kecerdasan
emosional mahasiswa terutama terhadap Prestasi Belajar
3. Bagi
peneliti selanjutnya
Dapat dipergunakan menambah bahan iinformasi dan
referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang
hubungan Kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar pada mahasiswa Semester
III mata kuliah Asuhan Kebidanan II.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Riza Arisandi (2008) yang berjudul
“Analisis persepsi anak terhadap gaya pengasuh orang tua, kecerdasan emosional,
Aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Sukabumi”. Hasil
penelitian menunjukkan lebih dari 60%
kecerdasan emosi pelajar dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua.
Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan melatih emosi mempengaruhi pengelolaan emosi anak remaja
dalam membina hubungan, berdasarkan prestasi belajar anak ditemukan adanya
hubungan yang nyata dan positif antara kecerdasan emosi dengan aktivitas
ekstrakulikuler dan prestasi belajar dengan menggunakan statistic korelasi
Spearman (p < 0,01)
Penelitian yang dilakukan Sri Utami (2010) yang berjudul
”Pengaruh kecerdasan emosional (EQ), motivasi belajar akuntansi dan perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N I
Adipala kabupaten Cilacap tahun ajaran 2009/2010”, menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi
siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis pada taraf signifikansi 5% dan
n=81 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,532 yang berarti
lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,148 dan harga t
hitung 5,587>ttabel 1,990 artinya bahwa indikator mengenali emosi diri,
mengelola emosi orang lain dan membina hubungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi. Dengan demikian semakin tinggi
kecerdasan emosional siswa, semakin tinggi pula prestasi belajar akuntansinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Efi Rosita (2009) yang
berjudul “Pengaruh kecerdasan emosional, Kepercayaan diri dan penggunaan LKS
terhadap Prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Jatibarang
brebes tahun ajaran 2009/2010”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi siswa. Hal
ini dibuktikan dengan taraf signifikansi Thitung kurang dari 5% dan n=137,
dimana Thitung sebesar 2,916 dengan nilai signifikansi 0,004 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar.
2.2.
Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan
Persalinan
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan
secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki baik fisik, mental dan panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya,
demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi dan minat. (5)
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi
karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Skinner
berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila ia tidak belajar, responnya
menurun. (6)
2.2.2. Prestasi Belajar
Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan kegiatan.
Prestasi
pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar
pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, Prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan d
alam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Prestasi
belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang
meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang
relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak pada periode tertentu.
Dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil Ukuran keberhasilan kegiatan
belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode siswa
dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk nilai.
2.2.3. Asuhan Kebidanan Persalinan
Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan II (Persalinan) yang merupakan mata kuliah inti yang
dipelajari di D-III dengan beban 4 SKS (T:1 P:3) yang menempatkannya pada
semester III. Mata Kuliah ini mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan,
Selain itu mata kuliah ini di sususn untuk memberikan arah, tujuan dan ruangan
lingkup pendidikan kebidanan agar dapat menghasilkan ahli madya kebidanan yang
memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan kesehatan di masyarakat.
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada peserta didik
untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam persalinan dengan pendekatan
manajemen kebidanan yang didasari konsep- konsep, sikap dan ketrampilan serta
hasil evidence based dengan pokok
bahasan konsep dasar persalinan, beberapa factor yang mempengaruhi persalinan,
proses adaptasi psikologi dalam persalinan, kebutuhan dasar pada ibu dalam
proses persalinan, asuhan pada setiap kala persalinan, deteksi dini komplikasi
persalinan dan cara penanganannya, askeb pada bayi segera setelah lahir, cara
pendokumentasian asuhan masa persalinan.
1.
Konsep
Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan
Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir
atau dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan adalah keluarnya janin disertai plasenta dari
mulai umur kehamilan nol bulan sampai sembilan bulan dan berakhir dengan
enam jam pemantauan post partum.
Persalinan adalah proses adanya kontraksi dari fase
laten, fase aktif, fase pengeluaran, fase uri, pemantauan post partum sampai
kondisi ibu baik.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu ), lahir spntan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 – 24 jam jam, tnpa
komlikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit.
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika proses
nya terjadi padda usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai ( inpartu)sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (Membuka dan menipis ) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Persalinan
normal adalah persalinan yang :
a. Terjadi
pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur)
b. Mempunyai
onset yang spontan (tidak diinduksi)
c. Selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus
presipitatus atau partus lama)
d. Mempunyai
janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada
bagian anterior pelvis
e. Terlaksana
tanpa bantuan artificial (seperti forceps)
f. Tidak
mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
g. Mencakup
pelahiran plasenta yang normal
Persalinan Berdasarkan Tehnik
a. Persalinan spontan yaitu
persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinanbuatan yaitu persaliandengan
tenaga dari luar dengan ektraksi forceps, ektrksi vacum
dan sectio sesaria.
c. Persalinan anjuran :yaitu persalinan
tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin
Persalinan berdasarkan umur kehamilan.
a.
Abortus yaitu
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500 gram.
b.
Partus Imaturus yaitu
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan
berat badan anatara 500 gram dan 990 gram.
c.
Partus prematurus yaitu
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
d. maturs atau aterm :
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dengan berat badan
bayi di tas2500 gram.
e. Partus post maturus atau serau
tinus :
Pengeluaran buah kehamila stelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang
di taksirkan.
2. Sebab
– sebab mulanya persalinan
a.
Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot – otot
rahim, sebaiknya estrogen meningkatkan kontraksi otot lambung.selama kehamilan,
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun, sehingga timbul his.
b.
Teori
oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar ksitosin bertambah
oleh karena itu timbul kontraksi otot – otot rahim.
c.
Peregangan otot –
otot
Dengan majunya kehamilan maka makin
tereganglah otot – otot rahim sehingga timbul kontraksi, untuk mengeluarkan
janin.
d.
Pengaruh janin
Hifofise dan kadar suprarenal janin rupanya
memegang peranan penting oleh karena itu pada ancefalus kelahiran sering lebih
lama.
e.
Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari
minggu ke 15 hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebab kan kontraksi
myometrium.
Prostaglandin yang di hasilkan oleh decidua,
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yg di berikan secara intravena, inta dan
extramnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini
juga di sokong dg adanya kadar prostaglandin yg tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah parifer pada ibu ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
Sementara itu, proses persalinan berjalan
secara bertahap melalui tahapan-tahapan tertentu yang bisa dikenali tanda-tanda
atau ciri-cirinya. Secara garis besarnya, tahapan itu dibedakan menjadi 4
tahapan kala persalinan yakni : kala I, kala II, kala III dan kala IV.
f.
Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin di kemukakan
oleh hipokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin maka hasil
konsesi akan segera di keluarkan.
g.
Faktor lain
Tekanan ganglion servikal dari fleksus
franken hauser yang terletak di belakang serviks.Ganglion ini tertekan, maka
kontraksi uterus dapat di bangkitkan.
Secara mikropis perubahan – perubahan bikimia
dalam tubuh wanita hamil sangat menentukan seperti perubahan hormon estrogen
dan progesteron.
a.
Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas
otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
b.
Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensifitas otot
rahim, menyuliitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
3. Tahapan
persalinan
Persalinan
kala I
Persalinan kala I adalah
kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehungga ibu /
wanita masih dapat berjalan – jalan.
Klinis dapat di nyatakan
mulai terjadi partus jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir
yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari
lendir kanalis servicalis karena mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah
beraal dari pembuluh – pembuluh karier yang berada di sekitar kanalis
servikalis tersebut pecah karena pergeseran – pergeseran ketika serviks
membuka.
Proses ini berlangsung
kurang lebih 18 – 24 jam, yang terbagi menjdi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam )
dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dari fase aktif ( 7 jam) dari
pembukaan serviks 3 cm – pembukaan 10 cm.
Dalam fase aktif ini masih
di bagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
a. Fase akselerasi,
dimana
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b. fase dilaktasi
maksimal yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
c. fase deselerasi
yakni
dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm.kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.
Keadaan tersebut
dapat di jumpai baik pada primigravida maupun multi gravida, akan tetapi pada
multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi menjadi lebih
pendek.Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu : Ketuban pecah dini, tali
pusat menumbung, obstruksi plasenta, gawat janin, inersia uteri.
Persalinan
kala II
Gejala dan tanda kala II,
telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan
introitus vagina, ada rasa ingin meneran pada saat kontraksi, ada dorongan pada
rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan spinterani membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Di mulai dari pembukaan
lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlngsung 2 jam pada
primigravida dan multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rektum ibu merasa
seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his, kepala
janin muai keihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum meregang dengan
adanya his ibu di pimpin untuk mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh
seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat
timbul pada kal II yaitu eklamsi, kegawat daruratan janin tali pusat
menumbung, penurunan kepala terhenti, kelahiran ibu, persalinan lama, ruptur
uteri, distosia karena kelainan letak infeksi, intrapartum, inersia uteri,
tanda – tanda lilitan pusat.
Persalinan kala III
Batasan kala III, masa
setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda-
tanda lepasnya plasenta : Terjadi erubahan bentuk uterus dan tinggi fundus
uteri, tali pusat memanjang atau menjulur keluar melaalui vagina / vulva,
adanya semburan darah secara tiba – tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari
30 menit.
Setelah bayi lahir uterus
teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya biasanya
plasenta lepas dalam 6 menit sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai
dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah
perdarahan akibat antonia uteri, retensio plasenta,tanda gejala tali pusat.
4. Tujuan
asuhan persalinan
Kelahiran merupakan peristiwa
penting bagi kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Sebagai tenaga kerja
kesehatan khususnya bidan beruntung dapat berbagi peristiwa ini dengan
keluarga. Bidan juga berada dalam posisi yang unik untuk meningkatkan kemampuan
ibu dalam melahirkan, sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses
kelahiran dalam memberikan dukungan dan dorongan.
Sangat
penting untuk di ingat bahwa persalinan adalah proses yang normal serta
merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi yang mengancam nyawa
juga akan selalu mengintai,sehingga bidan harus mengamati dengan ketat baik ibu
maupun bayinya sepanjang kelahiran .dukungan yang terus menerus dan
penatalaksanaan yang terampil dalam seorang bidan dapat menyumbangkan suatu
pengalaman melahirkan yang menyenagkan deganhasil persalinan yang sehat dan
memuaskan .
persalinan
bersih dan aman serta pencegahan komplikasi teryata dapat mencegahmeningkatnya
kematian ibu.penatalaksanaan komplikasi yang terjadiselama persalinan dan
setelah bayi lahir pada tingkat tertentu mempuyai keterbatasan karena
komplikasi tidak selalu mudah di tatalaksanakan disetiap tempat atau
keadaan.
Pencegahan
komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan
dan kematian ibu serta bayi baru lahir . deteksi dini dan pencegahan komplikasi
dapat menurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru ahir.
Tujuan
ashan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hdup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi nya,melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualiyas pelayanan dapat
terjaga pada tinggkat yang optimal.dengan pendekatan yang seperti ini ,berarti
bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang
kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan adanya manpaat apabila
diaplikasikan pada setiap proses persalinan .
persalinan
dapat terjadi di rumah ,puskesmas ,atau di rumah sakit. Sedangkan penolong
persalinan bisa seorang bidan,dukun,dokter umum atau spesialis
obstetri-ginekologi. Asuhan dapat disesuaikan dengan lingkungan di mana di mana
tempat asuhan di berikan.
Tujuan
asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam
upaya mencapai pertolongan yang bersi dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi .(saepudin ,2007:100).
5. Tanda-tanda
persalinan.
Persalinan
dapat dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu merasa nyeri
abdomen berulang yang disertai cairan lendir yang mengandung darah atau show.
Agar dapat mendiagnosa persalinan, kemudian harus memastikan perubahan serviks
dan kontraksi yang cukup.
a. Perubahan
serviks, kepastian persalinan dapat d tentikan hanya jika serviks secara
progresif menipis dan membuka.
b. Kontraksi
yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika
c. Kontraksi
terjadi teratur,minimal 3 x dalam 10 menit, kontraksi berlangsung sedikitnya 40
detik.
d. Uterus
mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus dengan
menggunakan jari tangan.
Sangat sulit membedakan
antara persalinan sesungguhnya dan persalinan semu. Indikator persalinan
sesungguhnya di tandai dengan kemajuan penipisan dan pembukaan seviks. Ketika
ibu mengalami persalinan semu, ia merasakan kontraksi yang menyakitkan namun
kontraksi tersebut tidak menyebabkan menipisa dan pembukaan serviks.Persalinan
semu bisa terjadi beberapa hari atau beberapa minggu sebelum permulaan
persalinan sesungguhnya. Karena persalinan semu sngat menyakitkan, mungkin
sulit bagi ibu untuk menghadapi masa ini dalam kehamilannya.
Tanda-tanda persalinan sudah dekat:
a. Menjelang
minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri braxton hicks,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin
sehingga kepala ke arah bawah. Masuknya kepala janin ke pintu atas panggul
dirasakan ibu hamil dengan merasa ringan di bagian atas (rasa sesak mulai
berkurang), terjadi kesulitan saat berjalan, sering kencing. Gambaran penurunan
bagian terndah janin tersebut sangat jelas pada primigravida, sedangkan pada
multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul
menjelang persalinan.
b. Terjadi
his permulaan. Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks.
Kontraksi ini dapat di kemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan
sakit dan mengganggu. Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan oksitoksin.
Dengan mungkin tua kehamilan, maka pengeluaran estrogen dan progesteron makin
berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering
sebagai his palsu.
Karakteristik
persalinan sesungguhnya dan persalinan semu
Persalinan
sesungguhnya
|
Persalinan
semu
|
Serviks
menipis dan membuka
|
Tidak
ada perubahan pada serviks
|
Rasa
nyeri dan interval teratur
|
Rasa
nyeri tidak teratur
|
Interval
antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
|
Tidak
ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain
|
Waktu
dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
|
Tidak
ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
|
Rasa
nyeri terasa di bagian-bagian belakang dan menyebar ke depan
|
Kebanyakan
rasa nyeri di bagian depan
|
Dengan
berjalan bertambah invensitas
|
Tidak
ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
|
Ada
hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi intensitas nyeri
|
Tidak
ada hubungan antar tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa
nyeri
|
Lendir
darah sering tampak ada penurunan bagian kepala janin
|
Tidak
ada lendir darah
Tidak
ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
|
Kepala
janin sudah terfiksasi di PAP di antara kotraksi
|
Kepala
belum masuk PAP walaupun adanya kontraksi
|
Pemberian
obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
|
Pemberian
obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu
|
2.3. Kecerdasan empsional mahasiswa
2.3.1. Pengertian Emosi
Kata emosi
secara sederhana bisa disefenisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara
metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Emosi sejak lama dianggap
memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan
sebagai motus anima yang arti
harfiahnya “Jiwa yang menggerakkan kita”. Berlawanan dengan kebanyakan
pemikiran konvensional, emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau
negative, tetapi emosi berlaku sebagai sumber energy autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat dan
dapat menjadi sumber kebijakan intuitif. Dengan kata lain, emosi tidak lagi
dianggap sebagai penghambat dalam hidup kita, melainkan sebagai sumber
kecerdasan, kepekaan, kedermawanan, bahkan kebijaksanaan.
Sementara itu, Lerner menjelaskan arti emosi sebagai: Two components are generally believed to
make up emotional experience: psychological response and subjective feeling. Maksudnya,
ada dua komponen yang pada umumnya dipercayai membentuk pengalaman emosi, yaitu
tanggapan psikologis dan perasaan-perasaan subjektif.
Selanjutnya, Lerner mengungkapkan bahwa pada saat
seseorang mengalami emosi, berbagai perubahan psikologis dapat terjadi,
seperti: Bola mata membesar, detak jantung meningkat, desahan atau tarikan
nafas yang dalam dan tersenggal-senggal,
buli roma di badan berdiri, gerakan getrointestinal berhenti sementara membuat
darah mengalir dengan deras dari perut memasuki otot-otot, hati membebaskan
gula memasuki aliran darah untuk meningkatkan energy, keringat meningkat,
sementara produksi air liur menurun.
Lebih lanjut, Lerner mengemukakan beberapa temuan mereka
bahwa emosi tidak sama dengan motif atau dorongan. Emosi timbul sebagai
tanggapan atas aspek lingkungan. Sebaliknya, motif cenderung muncul sebagai
rangsangan internal, misalnya rasa lapar yang diarahkan kepada objek di
lingkungan, karena terlihat makanan. Di samping itu, emosi juga mencakup
peraubahan dan perasaan subjektif.
Berbeda dengan pendapat Lerner, Crooks dan Stein
mengungkapkan bahwa hubungan motivasi dengan emosi (perasaan-perasaan dan
gejolak yang subjektif) sangat erat sekali. Menurutnya, emosi acap kali
memotivasi tindakan. Sebagai contoh pada seorang anak kecil yang sedang marah,
menyebabkannya menendang tembok di kamarnya.
Selain pendapat Lerner di atas, Wortman juga mengemukakan
beberapa pendapat tentang emosi. Menurutnya, Kebahagiaan adalah suatu emosi
yang positif, termasuk kepuasan batin dan kesenangan aktif. Para ahli psikologi
yang telah berusaha mencari akar kebahagiaan mengajukan beberapa teori, yaitu
kebahagiaan terletak pada kecenderungan membuat konspirasi yang memungkinkan (favourable) antara diri sendiri dengan
orang lain; orang-orang yang paling bahagia adalah mereka yang mempunyai
ciri-ciri khusus kepribadian apa adanya yang diiringi kualitas ketegangan saraf
yang rendah; kebahagiaan datang dari kemampuan untuk “menghilangkan” sendiri
dalam beberapa tugas yang menjadi tantangan.
Masih berkaitan dengan emosi, menurut ahli sosiobiologi,
emosi menuntut kita menghadapi saat-saat kritis dan tugas-tugas yang terlampau
riskan apabila hanya diserahkan pada otak. Bahaya yang mungkin terjadi adalah
kehilangan yang menyedihkan, bertahan mencapai tujuan kendati dilanda
kekecewaan, keterikatan dengan pasangan, membina keluarga. Setiap emosi
menawarkan pola tindakan tersendiri, dan masing-masing menuntut kita kearah
yang telah terbukti berjalan baik ketika menangani tantangan yang datang
berulang-ulang dalam hidup manusia.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak,
rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara
berangsur-sngsur oleh evolusi. Pengertian emosi tersebut masih membingungkan,
baik menurut para ahli psikologi maupun ahli filsafat. Akan tetapi, makna
paling harfiah dari emosi didefinisikan
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Oleh karena itu, emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis, psikologis,
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Goleman ada ratusan emosi, bersama dengan
campuran, variasi, mutasi dan nuansanyaa. Lingkup kajian emosi masih menjadikan
perdebatan para peneliti, mana yang benar-benar dianggap sebagai emosi primer,
biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan aatu bahkan mempertanyakan
apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoritikus mengelompokkan
emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat dengan
penggolongan ini.
Golongan utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya
sebagai berikut:
1. Amarah:
bringas, mengamuk, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit,
berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat, tindak
kekerasan dan kebencian patologis
2. Kesedihan:
Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian ditolak,
putus asa dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
3. Rasa
takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali. Waspada,
sedih, tidak senang,ngeri, takut sekali, kecut dan sebagai patologi , fobia dan
fanatic
4. Kenikmatan:
Bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan
indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa dan
batas ujungnya maniak.
5. Cinta:
Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasmaran, kasih.
6. Terkejut,
terkesiap, takjub, terpana
7. Jengkel:
Hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah
8. Malu:
Rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.
Penggolongan
tersebut diatas, belum menyelesaikan sikap pertanyaan bagaimana mengelompokkan
emosi. Misalnya bagaimana tentang perasaan yang campur aduk seperti iri hati,
variasi marah yang juga mengandung sedihdan takut, bagaimana tentang
nilai-nilai klasik seperti penghargaan dan kepercayaan, keberanian dan mudah
memaafkan, kepastian dan ketenangan hati, atau beberapa cacat bawaan, perasaan
seperti ragu-ragu, puas diri, malas, lambat, mudah bosan.
Ada
beberapa kegunaan emosi kegunaan emosi, antara lain sebagai berikut:
1. Bertahan
Hidup
Alam mengembangkan emosi melalui evolusi
selama jutaan tahun. Hasilnya adalah kemampuan emosi untuk melayani sebagai
sistem pemandu antar sesame. Contohnya, ekspresi dapat menyampaikan sejumlah
emosi. Jika sedih atau terluka, dapat memberikan tanda bahwa seseorang butuh
bantuan. Melalui latihan secara lisan, seseorang dapat mengekspresikan lebih
banyak untuk memenuhinya.
2. Mempersatukan
(Unity)
Mungkiin emosi merupakan sumber potensi terhebat
untuk menyatukan semua manusia. Secara jelas, agama, budaya, dan politik tidak
dapat menyatukan, bahwa secara lebih jauh dapat memecahkan secara tragis dan
fatal. Hal ini sesuai dengan pendapat Darwin dalam bukunya “emosi dari empati,
perasan iba, kerja sama, dan untuk orang lain, semuanya dapat menyatukan kita
sebagai sesama
2.3.2.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur
suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, berempati dan berdoa.
Menurut Saphiro, istilah kecerdasan emosional pertama
kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu peter Salovey dan
John mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting
untuk mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan antara
lain: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah,
kemampuan kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, diskusi, kemampuan
memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanna, keramahan dan sikap
hormat.
Selanjutnya oleh
tokoh-tokoh seperti, Sternberg, Baron dan Salovey, sebagaimana diungkapkan oleh
Goleman, disebutkan adanya lima domain kecerdasan pribadi dalam bentuk
keerdasan emosional, yaitu
1.
Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan
mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya
sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai
dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mampu men genali emosinya sendiri
adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka yang
sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan –keputusan secara mantap.Misalnya
sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan, seperti memilih sekolah,
sahabat, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
2.
Kemampuan mengelola emosi
kemampuan
mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya
sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya
secara salah. Misalnya seseorang yang sedang marah, maka kemarahan itu, tetap
dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya
disesalinya di kemudian hari.
3.
Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan
memotivasi diri merupakan kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri
sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.Dalam hal ini
terkandung adanya unsure harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga seseorang
memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya
dalam hal belajar, bekerja ,menolong orang lain dan sebagainya.
4.
Kemampuan mengenali emosi orang lain
(Empati)
Kemampuan
mengenali emosi orang lain (Empati) merupakan kemampuan untuk mengerti perasaan
dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti
perasaannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan ini, yaitu sering pula disebut
sebagai kemampuan berimpati, mampu menangkap pesan non-verbal dari orang lain
seperti: Nada bicara, gerak-gerik maupun ekspresi wajah dari orang lain
tersebut. Dengan demikian anak-anak ini akan cenderung disukai orang.
5.
Kemampuan membina hubungan social
Kemampuan
membina hubungan social merupakan kemampuan untuk mengelola emosi orang lain,
sehingga tercipta ketrampilan social yang tinggi dan membuat pergaulan
seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemmampuan ini cenderung
mempunyai banyak teman, pandai bergaul dan menjadi lebih popular.
Emotional Quotient (EQ) Menampilkan lima
dimensi kecerdasan emosi sebagai berikut:
1.
Intrapersonal
Quotient (EQ)
a. Self Regard
merupakan kemampuan untuk dapat menghargai dan menerima sifat dasar pribadi
yang pada dasarnya baik
b. Emotional Self-awareness
merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri
c. Assertiveness
merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan pemikiran
serta mempertahankan hak pribadi secara konstruktif
d. Independence merupakan
kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mengendalikan diri dalam berpikir dan
bertindak serta menjadi lebih bebas secara emosional,dan
e. Self-actualization
merupakan kemampuan menyadari kapasitas potensi diri.
2.
Interpersonal
EQ
a. Empathy
merupakan kemampuan memahami, mengerti, serta menghargai perasaan orang lain.
b. Social Responsibility
merupakan kemampuan untuk menampilkan diri secara kooperatif, kontributif, dan
konstruktif sebagai anggota kelompok masyarakat.
c. Interpersonal Relationship
merupakan kemampuan untuk membangun dan mempeertahankan hubungan yang saling
menguntungkan yang tercermin dari kedekatan afektif serta keinginan untuk
saling member dan menerima.
3.
Adaptability
EQ
a. Reality testing
merupakan kemampuan untuk menghubungkan antara pengalaman dan kondisi saat ini
secara obyektif
b. Flexbility
merupakan kemampuan untuk menyesuaikan emosi, pemikiran dan sikap terhadap
perubahan suatu situasi dan kondisi
c. Problem solving
merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mendefenisikan masalah hingga
mendapatkan dan menerapkan solusi secara efektif
4.
Stress
Managemant EQ
a. Stress Tolerance
merupakan kemampuan untukmenghadapi kejadian daan situasi yang penuh tekanan,
dan menanganinya secara aktif dan positif tanpa harus terjatuh
b. Impulse control
merupakan kemampuan untuk menunda keinginan, drive dan dorongan untuk bertindak
5.
General
Mood EQ
a. Optimism
merupakan kemampuan untuk melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap
positif, Meski disaat yang tidak menyenangkan.
b. Happiness
merupakan kemampuan untuk merasa puas akan kehidupan, menikmati kehidupan
pribadi dan orang lain, bersenang-senang dan mengekspresikan emosi yang
positif.
Kecerdasan
emosi merupakan formulasi baru dari “soft
skills” tradisional ( seperti leadership
sensitivity dan social
skills) ke dalam acuan yang logis. Kecerdasan emosi berkaitan dengan
pemahaman diri dan orang lain, beradaptasi dan menghadapi lingkungan sekitar,
dan penyesuaian secara cepat agar lebih berhasil dalam mengatasi tuntutan
lingkungan.
Bagaimana
kita dapat meningkatkan kecerdasan emosi?
a. Membaca
situasi dengan memperhatikan situasi sekitar anda, Anda akan mengetahui apa
yang harus dilakukan.
b. Mendengarkan
dan menyimak lawan bicara anda yang selalu merasa benar punya kecenderungan
untuk tidak mendengarkan kata orang lain. Luangkan waktu untuk melakukannya,
maka anda akan tahu apamyang sebenarnya terjadi.
c. Siap
berkomunikasi, Jurus ini memang paling ampuh. Lakukan selalu komunikasi biar
pun pada situasi sulit.
d. Tak
usah takut di tolak, Ada kalanya orang ragu-ragu bertindak karena takut ditolak
orang lain. Sebelum berinisiatif, Sebenarnya anda hanya punya dua pilihan,
diterima atau ditolak. Jadi siapkan saja diri anda . Yang penting usaha.
e. Mencoba
berempati, EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati
atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain. Caranya apalagi kalau
bukan mendengarkan dengan baik.
f. Pandai
memilih Prioritas, Ini perlu supaya anda bisa memilih pekerjaan apa yang
mendesak, dan apa yang bisa ditunda.
g. Siap
Mental, Sikap ental tempe itu sudah ketinggalan zaman. Situasi apapun yang akan
dihadapi, Anda mesti menyiapkan mental sebelumnya. Ingat, tak ada kesukaran
yang tak bisa ditangani, Paling tidak, anda sudah berusaha.
h. Ungkapan
terhadap kata-kata, Bagaimana orang bisa membaca pikiran andaa kalau anda diam
seribu bahasa, Ungkapkan pikiran anda lewat kata-kata yang jelas.
i.
Bersikap rasional betul, Kecerdasan
emosi berhubungan dengan perasaan, Tapi tetap memerlukan pola pikir yang
rasional, apalagi dalam pekerjaan
j.
Fokus, Konsentrasikan diri anda pada
suatu masalah yang perlu mendapat perhatian. Jangan memaksa diri melakukannya
dalam 4-5 masalah secara bersamaan.
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional menuntut
seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain
untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi,
emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Jadi, kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi
2.4. Hipotesis Penelitian
Ho :
Tidak ada hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional denganprestasi belajar Asuhan kebidanan persalinan
di Akademi Bakti Inang Persada Medan
tahun 2014
Ha :
Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar Asuhan kebidanan persalinan di Akademi Bakti Inang
Persada medan tahun 2014
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional, Variabel yang diteliti hanya diukur satu kali
pengukuran saja dalam waktu tertentu yaitu untuk mengetahui hubungan kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan
persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014. (7)
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.
Lokasi Penelitian
Penelitian
dilakukan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Parsada Medan yang beralamat di Jl.
Mesjid / keluarga No.10 Kampung Lalang Medan
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus
2014.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1.
Populasi Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester III di Akademi Kebidanan
Bakti Inang Persada Medan tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah total mahasiswa
sebanyak 60 orang.
3.3.2.
Sampel Penelitian
Sampel
penelitian ini adalah Keseluruhan populasi dijadikan menjadi sampel, dengan
teknik total sampling sebanyak 60 responden.
3.4.
Kerangka Konsep
Kerangka
konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan
kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Inang Persada Medan tahun 2014.
Adapun
kerangka konsep ini adalah sebagai berikut
Variabel
Independen (X) Variabel
Dependen (Y)
Kecerdasan
emosional
-
Kemampuan mengenali emosi diri
-
Kemampuan mengelola emosi
-
Kemampuan memotivasi diri
-
Kemampuan mengenali emosi orang
lain (Empati)
-
Kemampuan membina hubungan sosial
|
Prestasi
Belajar Asuhan Kebidanan Persalinan
|
Gambar 3.1.
Kerangka Konsep.
3.5. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah
mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang
diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi secara cermat terhadap
objk. (4)
a. Kecerdasan
Emosional adalah Kecakapan emosi yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan
diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu
mengendalikan impuls dan merasa tidak cepat puas, mampu mengatur suasana hati
dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berfikir serta
mampu berempati serta berharap.Kecerdasan emosi mengandung aspek yaitu
Kemampuan mengenali emosi diri,
Kemampuan memotivasi diri, Kemampuan mengenali emosi orang lain
(empati), Kemampuan membina hubungan sosial (Goleman)
b. Prestasi
belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor
kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Jadi,
prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
3.6.
Aspek Pengukuran
Penelitian ini menggunakan skala
likert yaitu jika jawaban sangat sesuai nilai = 4, Jika jawaban sesuai nilai =
3, jika jawaban tidak sesuai nilai = 2, jika jawaban sangat tidak sesuai nilai
= 1
Tabel 3.1. Aspek
pengukuran
No
|
Variabel
|
Indikator
|
Kategori
|
Skor Penilaian
|
Skala Ukur
|
1
|
2
|
3
|
5
|
6
|
7
|
1
|
(Independent)
Kecerdasan emosional diukur dengan lima indikator
Kecerdasan emosional
-
Kemampuan mengenali emosi diri
-
Kemampuan
mengelola emosi
-
Kemampuan memotivasi diri
-
Kemampuan mengenali emosi orang lain (Empati)
-
Kemampuan membina hubungan sosial
|
Kuesioner 21
item
|
Baik
Cukup
Kurang
|
63
- 84
42
- 62
21
- 41
|
Ordinal
|
2
|
(Dependent)
Prestasi
belajar mata kuliah Asuhan kebidanan persalinan
a.
Konsep dasar Asuhan Kebidanan persalinan
|
20
butir soal
|
Baik
Cukup
Kurang
|
16
- 20
11
- 15
0 - 10
|
Ordinal
|
3.7.
Teknik pengumpulan data
Menurut
Hidayat, pengumpulan data adalah merupakan cara untuk mengumpulkan data yang
akan dilakukan dalam penelitian.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengumpulkan data melalui :
1. Data
Primer
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data dari hasil kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi. Kuesioner digunakan untuk
mengukur Kecerdasan Emosional.
2. Data
Sekunder
Data yang diperoleh dari ketua
jurusan dan data tersebut digunakan untuk menentukan populasi dan sampel yang
akan diteliti di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada tahun 2014
3.8.
Pengolahan Data
Menurut Notoadmodjo dalam iman (8) Data yang terkumpul
diolah dengan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Proses Editing
Dilakukan dengan
memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data diolah secara
benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang
diteliti.
2.
Proses coding
Yaitu melakukan
pemberian kode pada variabel-variabel yang diteliti.
3.
Proses processing
Data entry.
Yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “
kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program computer. Program yang
digunakan adalah SPSS for Windows.
4.
Proses Cleaning
Memeriksa semua data dari setiap
responden yang telah selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan selajunjutnya dilakukan
pembetulan atau koreksi. (8)
3.9.
Uji Validitas dan Reabilitas
3.9.1. Uji Validitas
Menentukan
derajat ketepatan dari instrument penelitian berbentuk kuesioner.Uji validitas
dapat menggunakan Product moment test. (8)
Uji
validitas dapat menggunakan rumus Pearson
Product Moment sebagai berikut
Keterangan :
r hitung : Koefesien Korelasi
∑X
: Jumlah skor item
∑Y : JUmlah skor total
N
: Jumlah Responden. (9)
Kriteria
validitas instrument yaitu jika nilai r hitung > r tabel maka
butir instrument dinyatakan valid, dan jika r hitung < r tabel
maka butir instrument dinyatakan tidak valid.
Instrumen
penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data penelitian, terlebih
dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrument yang valid dan reliabel.
Uji validitas ini akan dilakukan pada mahasiswa semester V Akademi Kebidanan Helvetia
Medan tahun akademik 2014/2015 sebanyak 20 orang.
Tabel
3.2.
Hasil
Uji Validitas Kuisioner Kecerdasan Emosional Mahasiswa Akademi Kebidanan Bakti
Inang Persada Medan
No
|
Corrected item total
Correlation
|
Hasil
|
Pernyataan 1
Pernyataan 2
Pernyataan 3
Pernyataan 4
Pernyataan 5
Pernyataan 6
Pernyataan 7
Pernyataan 8
Pernyataan 9
Pernyataan 10
Pernyataan 11
Pernyataan 12
Pernyataan 13
Pernyataan 14
Pernyataan 15
Pernyataan 16
Pernyataan 17
Pernyataan 18
Pernyataan 19
Pernyataan 20
Pernyataan 21
|
0,019
0,010
0,020
0,003
0,005
0,044
0,008
0,026
0,004
0,049
0,008
0,026
0,003
0,007
0,001
0,000
0,001
0,023
0,039
0,023
0,001
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
|
Dari
Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa dari 36 butir pernyataan yang diperoleh
hasil 21 pernyataan dinyatakan valid karena nilai probabilitas korelasi [sig.(2-tailed)
< dari taraf signifikan sebesar
0,05, sehingga 21 butir pernyatan dapat digunakan sebagai pengambilan data.
Tabel
3.3.
Hasil
Uji Validitas Kuisioner Prestasi Belajar Mahasiswa Asuhan Kebidanan Persalinan Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan
No
|
Corrected item total
correlation
|
Hasil
|
Butir soal 1
Butir soal 2
Butir soal 3
Butir soal 4
Butir soal 5
Butir soal 6
Butir soal 7
Butir soal 8
Butir soal 9
Butir soal 10
Butir soal 11
Butir soal 12
Butir soal 13
Butir soal 14
Butir soal 15
Butir soal 16
Butir soal 17
Butir soal 18
Butir soal 19
Butir soal 20
|
0,028
0,027
0,023
0,007
0,008
0,001
0,002
0,000
0,001
0,003
0,000
0,002
0,000
0,009
0,021
0,047
0,000
0,001
0,002
0,00
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
|
Dari
Tabel 3.3. di atas menunjukkan bahwa dari 50 butir soal yang diperoleh hasil 20
butir soal dinyatakan valid karena nilai probabilitas
korelasi [sig.(2-tailed) <
dari taraf signifikan sebesar 0,05,
sehingga 20 butir pernyatan dapat digunakan sebagai pengambilan data.
3.9.2.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setelah didapat
nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan dengan uji
reliabilitas tabel, jika ri > r tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel. Uji reliabilitas dapat
digunakan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dengan
menggunakan metode Alpha (Cronbach’s),
uji signifikasi dilakukan pada taraf signifikasi 0,05. (8)
Hasil perhitungan untuk instrument kecerdasan emosi
didapatkan nilai reliabelitas sebesar 0,931dan untuk instrument prestasi
belajar asuhan kebidanan persalinan sebesar 0,901. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa instrument kecerdasan emosi dan instrument prestasi belajar asuhan
kebidanan persalinan mempunyai reliabilitas yang tinggi.
3.10.
Analisa Data
Analisa data penelitian dilakukan menggunakan
program SPSS (Statistical product and
service solution) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis
Univariat
Analisa univariat yaitu dengan melakukan
perhitungan hasil jawaban responden secara masing-masing baik variabel
independent maupun variabel dependant.
2. Analisis
Bivariat
Analiss bivariat dilakukan dengan
menguji dua variabel antara variabel independent dan dependent.
Untuk mengetahui hubungan Kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di
Akademi bakti inang persada medan tahun 2014,cpeneliti mengujinya dengan
menggunakan teknik analisis data yaitu Uji
Chi Square (X2) dengan rumus sebagai berikut :
X2
= ∑( f0-fe)2
fe
keterangan
:
X2
= Nilai chi-kuadrat
fo
= frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)
fe
= frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis).
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Yayasan
Perguruan tingggi Bakti Inang persada Medan didirikan pada tanggal 31 mei 2012,
terletak di kota Medan Provinsi Sumatera Utara, yayasan perguruan Bakti Inang
Persada Medan merupakan perguruan tinggi swasta dibidang kesehatan yang berdiri
sejak tahun 2002 di kota Medan dengan izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, dalam perkembangan selanjutnya Yayasan Perguruan Tinggi Bakti Inang
Persada Medan juga menyelenggarakan izin program studi D-III Kebidanan. Akademi
Kebidanan Bakti Inang Persada Medan berdasarkan rekomendasi dari Departemen
Kesehatan RI No. KS. 02.1.5.1833. 2 Mei 2002 dan surat keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI No. 107/D/O/2002. Tentang pemberian izin pendirian serta
perpanjangan izin penyelenggaraan program studi dari Dinas Pendidikan Tinggi
No. 731/D/T/K-1/2011.
Adapun visi dan misi
Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan adalah sebagai berikut:
VISI
:
Menghasilkan
mahasiswa kebidanan yang professional, Religius dan mampu berdaya saing di
tingkat Nasional 2018.
MISI
:
1.
Menyelenggarakan pendidikan bidan
professional dan beriman serta mampu menerapkan etika kebidanan.
2.
Menyelenggarakan pendidikan berkualitas
yang berorientasi pada peningkatan sarana prasarana pembelajaran.
3.
Menyelenggarakan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat untuk berperan serta dalam program penurunan angka kematian
ibu dan ana
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti tentang “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan di
Akademi Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014” diperoleh hasil sebagai berikut :
4.2.1. Analisis Univariat
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Responden terhadap
Kecerdasan Emosional di Akademi
Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014.
No
|
Persepsi
|
Jumlah
|
|
|
|
F
|
%
|
1
2
3 |
Baik
Cukup
Kurang
|
11
15
4
|
36,7
50,0
13.3
|
|
Total
|
30
|
100,0
|
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa frekuensi kecerdasan emosional mahasiswa tingkat III mayoritas cukup
yaitu sebanyak 15 orang (50,0%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang
(13,3%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Prestasi
Belajar Responden di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014
No
|
Prestasi Belajar
|
Jumlah
|
|
|
|
F
|
%
|
1
2
3
|
Baik
Cukup
Kurang
|
12
14
4
|
40,0
46,7
13,3
|
|
Total
|
30
|
100,0
|
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat
bahwa frekuensi prestasi belajar asuhan kebidanan persalinan tingkat III
Mayoritas cukup yaitu sebanyak 14 orang (46,7%) dan minoritas kurang yaitu
sebanyak 4 orang (13,3%).
4.2.2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3
Tabulasi
silang Antara Kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada
Medan Tahun 2014
Kecerdasan Emosional
|
Prestasi Belajar
|
Jumlah
|
Pearsona Correlation
|
||||||
Baik
|
|
Cukup
|
|
Kurang
|
|
|
|
|
|
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Baik
Cukup
Kurang
|
3
9
0
|
10
30
0
|
8
6
0
|
26,7
20
0
|
0
0
4
|
0
0
13,3
|
11
15
4
|
36,7
50.0
13,3
|
0.000
|
Total
|
12
|
40
|
14
|
46,7
|
4
|
13,3
|
30
|
100
|
|
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa dari hasil distribusi
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar diketahui bahwa 10% atau 3
responden mempunyai kecerdasan emosi baik dan prestasi belajar baik, 26,7% atau
8 responden mempunyai kecerdasan emosi cukup dan prestasi belajar baik, 30%
atau 9 responden mempunyai kecerdasan emosi cukup dan prestasi belajar baik,
20% atau 6 responden mempunyai kecerdasan emosi cukup dan prestasi belajar
cukup,13,3% atau 4 responden mempunyai kecerdasan emosional kurang dan prestasi
belajar kurang.
Berdasarkan hasil uji statistic
dengan Uji Chi-Square diperoleh nilai
probabilitas (p-value) = 0,000 <
0,05, hal ini menunjukkan ada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi
Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014.
4.3. Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 30
responden, mayoritas kecerdasan emosional dengan kategori cukup sebanyak 15 orang (50%), dan dengan Prestasi
belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan
mayoritas mendapatkan kategori cukup sebanyak 14 orang (46,7%). Dan
berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh
nilai probabilitas (p-value) = 0,000
< 0,05, hal ini menunjukkan ada hubungan kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di
Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014.
Hal ini sesuai dengan teori goleman yang mengatakan kecerdasan emosi merupakan faktor
penting untuk mencapai puncak prestasi. Kemampuan mengelola emosi berarti siswa
telah siap secaca fisik dan psikis untuk menerima pelajaran. Semangat dan
ketekunan serta motivasi untuk belajar merupakan faktor penting yang mendorong
seseorang untuk mencapai puncak prestasi.
Kecerdasan emosional memiliki peran
yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan
di sekolah, maupun berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Kecerdasan
emosional mencakup kemampuan yang berbeda-beda, tetapi saling melengkapi dengan
kecerdasan akademik (academic intelligence)
yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ.
Prestasi belajar adalah hasil
pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument
test atau instrument yang relevan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian windi fasa marani yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosional
dengan hasil belajar Asuhan Kebidanan I( Kehamilan) Akademi kebidanna
Kholisaturrahmi Binjai tahun 2011. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 5% (0,05) diperoleh bahwa
x hitung sebesar 25,701 df 4 dengan x tabel sebesar 9,488 dan nilai p = 0,000
< 0,05. Sehingga ada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
asuhan kebidanan I (Kehamilan) mahasiswa di Akademi Kebidanan Kolisaturrahmi
Binjai Tahun 2011
Menurut penulis mengingat pentingnya
kecerdasan emosional dalam menghadapi suatu masalah. Mahasiswa yang mempunyai
kecerdasan emosi rendah diharapkan untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya
terlebih untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar
dengan cara pandai mengendalikan emosi, amarah, mampu bersikap empati, dan
mampu membangun hubungan baik dengan orang lain, sedaangkan untuk mahasiswa
yang sudah mempunyai kecerdasan emosi baik diharapkan untuk mempertahankannya.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya mengenai Hubungan Kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan
persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014, maka
diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bahwa frekuensi kecerdasan emosional
mahasiswa tingkat III mayoritas cukup yaitu sebanyak 15 orang (50,0%) dan
minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).
2.
Bahwa frekuensi prestasi belajar asuhan
kebidanan persalinan tingkat III Mayoritas cukup yaitu sebanyak 14 orang
(46,7%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).
3.
Terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar mahasiwa pada mata kuliah asuhan kebidanan
persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014
5.2. Saran
Berikut
ini saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Perlu meningkatkan kecerdasan emosi
mahasiswa yang dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Orangtua di ajak untuk
berperan serta dalam meningkatkan kecerdasan emosi mahasiswa, di lingkungan
sekolah pembelajaran yang memperhatikan emosi dapat membantu untuk mempercepat
siswa dalam memahami materi pelajaran
2.
Pengajar atau dosen juga harus
mempersiapkan emosi dengan baik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
memberikan materi belajar secara baik dan lebih maksimal serta dapat memahami
emosi siswa yang membuat pelajaran lebih berarti dan permanen, karena siswa
akan hadir baik secara fisik maupun secara psikis, dan dapat memaksimalkan
fungsi kecerdasan intelektualnya sehingga prestasi belajar lebih baik.
3.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa selain
kecerdasan emosional sehingga prestasi belajar mahasiswa menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
|
Muhibbinsyah.
Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru Bandung: Remaja rosdakarya;
2010.
|
2.
|
Iskandar.
Psikologi pendidikan Ibad S, editor. Ciputat: Gaung persada (GP) Press;
2009.
|
3.
|
Uno HB.
Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. 3rd ed. Jakarta: Pt. Bumi
Aksara; 2008.
|
4.
|
Notoatmodjo
S. Promosi Kesehatan dan Perilaku kesehatan Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
|
5.
|
Dalyono.
Psikologi Pendidikan Jakarta: Rineka cipta; 2010.
|
6.
|
Hamdani.
Strategi Belajar Mengajar Bandung: Pustaka Setia; 2011.
|
7.
|
Notoatmodjo
S. Metodologi penelitian kesehatan Jakarta: Rineka cipta; 2010.
|
8.
|
Muhammad I.
Panduan penyusunan karya tulis ilmiah bidang kesehatan Bandung: Citapustaka
media perintis; 2012.
|
9.
|
Hidayat A.
Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data Jakarta: Salemba Medika;
2010.
|
10.
|
Agustian AG.
Emotional Spiritual Quotient Jakarta: PT ARGGA TILANTA; 2001.
|
11.
|
Syah M.
Psikologi pendidikan Wardan AS, editor. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2009.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar