Selasa, 09 Desember 2014

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DI AKADEMI BAKTI INANG PERSADA MEDAN TAHUN 2014


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH ASUHAN
KEBIDANAN PERSALINAN DI AKADEMI BAKTI
 INANG PERSADA MEDAN
TAHUN 2014




SKRIPSI





Oleh :



NOVITA SARI SEMBIRING
NIM : 1309193206






 














PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESESHATAN HELVETIA
MEDAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.I.       Latar Belakang
            Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (1)
            Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam konten ilmiah melalui penelitian bidang psikologi menemukan beberapa kecerdasan manusia seperti temuan kajian kecerdasan emosi Emotional Quotient (EQ) oleh pakar psikologi yang terkenal yaitu Daniel Goleman (1995), Salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia yaitu Emotional Quotient (EQ) yang dianggap sebagai fakor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang. Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. (2)
            Pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri siswa (peserta didik) karena betapa banyak kita jumpai siswa (peserta didik), dimana mereka begitu cerdas disekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun bila tidak dapat mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa atau angkuh dan sombong, maka prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada siswa (peserta didik) sedini mungkin dari tingkat pendidikan usia dini sampai ke perguruan tinggi. Karena hal inilah yang mendasari  keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal. (2)
            Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup. Sebaliknya Keterampilan emosional merupakan meta-ability, yang menentukan seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain manapun yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum terasah. Kecerdasan emosional merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam memengaruh semua kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun menghambat kemampuan itu. (3)
Kecerdasan emosional tidak paralel dengan kecerdasan inteligensi. Orang yang intelegensinya (IQ) tinggi tidak selalu menunjukkan perilaku yang baik, atau baik buruknya seseorang. Bahkan IQ yang tinggi tidak merupakan indikator kesuksesan seseorang. Dari penelitian para ahli, antara lain Daniel Goleman yang dikutip oleh Patricia Patton (2002) menyebutkan bahwa kesuksesan seseorang itu hanya ditentukan oleh 20% dari tingkat intelegensi (IQ) nya. Sedangkan yang 80% ditentukan oleh faktor lainnya, termasuk kecerdasan emosional (EQ). (4)
            Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergis dengan keterampilan kognitif, orang-orang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Kemudian,Doug Lennick menegaskan,”yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi orang juga memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Penyebab kita tidak mencapai potensi maksimum adalah ketidakterampilan emosi. (3)
Beberapa studi mengungkapkan bahwa emosi penting sebagai"energy pengaktif” untuk nilai-nilai etika, misalnya kepercayaan, integritas, empati, keuletan dan kredibilitas, serta untuk modal social.
 membangun dan mempertahankan hubungan bisnis yang menguntungkan dan didasarkan pada saling percaya. Yang paling penting dari semua ini adalah sesuatu yang tampaknya dimiliki oleh setiap pemimpin yang besar yaitu kemampuan membangkitkan semangat. Emosi adalah pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Emosi juga berfungsi membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu mengantisipasi masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan-tindakan kita sesuai dengan itu. Menurut Josh Hammond, President America Quality Foundation,  sebagaimana yang dikutip  oleh Cooper dan Sawaf, emosi telah didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai makna penting (high performance) di hampir semua perusahaan terkemuka. (3)
            Semakin tinggi kecerdasan emosional kita, semakin besar kemungkinan untuk sukses sebagai pekerja, orang tua, manager, anak dewasa bagi orang tua kita, mitra bagi pasangan hidup kita atau calon untuk suatu posisi jawatan.
            Keberhasilan seseorang selain ditentukan oleh IQ juga sangat ditentukan oleh kecerdasan emosional karena IQ tidak akan dapat berfungsi maksimal apabila EQ tidak dapat berfungsi maksimal. Pendapat seperti ini diungkapkan oleh Goleman  (1999), bahwa keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya, tidak hanya oleh IQ tetapi kecerdasan emosional-lah yang memegang peranan. Sungguh, intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.
            Kecerdasan emosional merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar, jika kecerdasan emosional berkembang baik akan sangat meningkatkan prestasi belajar akademik. Kemampuan akademis yang tinggi ditunjang dengan kecerdasan emosi dapat membuka banyak kunci kesuksesan bagi seseorang baik dalam dunia kerja, pribadi maupun proses belajar mengajar.
            Berdasarkan survei awal  yang penulis lakukan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada pada mahasiswa semester III tahun akademik 2013/2014 ada 30 mahasiswa, dari hasil evaluasi mahasiswa semester III di dapatkan mahasiswa yang mempunyai indeks prestasi (IP) untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan II (Persalinan) antara 3,51 – 4,00 ada 3 mahasiswa, Indeks prestasi antara 2,75 – 3,50 ada 23 mahasiswa, indeks prestasi antara 2,00 – 2,75 ada 4 mahasiswa. Berdasarkana data diatas dapat disimpulkan prestasi yang dicapai mahasiswa sebagian besar sudah baik, namun demikian masih ada sebagian mahasiswa yang menunjukkan prestasi yang masih kurang maksimal.
            Berdasarkan masalah  di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata  Kuliah Asuhan kebidanan II (persalinan)  di Akademi kebidanan  Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014”.

1.2.      Rumusan Masalah
            Apakah terdapat hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Askeb II Pada Mahasiswa semester III di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014?

1.3.      Tujuan Penelitian
1.3.1.   Tujuan Umum
            Untuk menegetahui Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Askeb II Pada Mahasiswa semester III DI Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014.
1.3.2.   Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi Kecerdasan Emosional  pada mahasiswa semester III di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014
2.      Untuk mengetahui distribusi Prestasi Belajar mata kuliah Askeb II pada mahasiswa semester III di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014
1.4 Manfaat Penelitian 
1.      Bagi Penulis
Sebagai Aplikasi dan pengembangan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama tentang Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar mahasiswa.
2.      Bagi Institusi Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan
Sebagai Bahan masukan bagi insstitusi Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan untuk meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa terutama terhadap Prestasi Belajar
3.      Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dipergunakan menambah bahan iinformasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang hubungan Kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar pada mahasiswa Semester III mata kuliah Asuhan Kebidanan II.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Penelitian Terdahulu
            Riza Arisandi (2008) yang berjudul “Analisis persepsi anak terhadap gaya pengasuh orang tua, kecerdasan emosional, Aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Sukabumi”. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 60%  kecerdasan emosi pelajar dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua. Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan melatih emosi  mempengaruhi pengelolaan emosi anak remaja dalam membina hubungan, berdasarkan prestasi belajar anak ditemukan adanya hubungan yang nyata dan positif antara kecerdasan emosi dengan aktivitas ekstrakulikuler dan prestasi belajar dengan menggunakan statistic korelasi Spearman (p < 0,01)
            Penelitian yang dilakukan Sri Utami (2010) yang berjudul ”Pengaruh kecerdasan emosional (EQ), motivasi belajar akuntansi dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N I Adipala kabupaten Cilacap tahun ajaran 2009/2010”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis pada taraf signifikansi 5% dan n=81 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,532 yang berarti lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,148 dan harga t hitung 5,587>ttabel 1,990 artinya bahwa indikator mengenali emosi diri, mengelola emosi orang lain dan membina hubungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi. Dengan demikian semakin tinggi kecerdasan emosional siswa, semakin tinggi pula prestasi belajar akuntansinya.
            Penelitian yang dilakukan oleh Efi Rosita (2009) yang berjudul “Pengaruh kecerdasan emosional, Kepercayaan diri dan penggunaan LKS terhadap Prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Jatibarang brebes tahun ajaran 2009/2010”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi siswa. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikansi Thitung kurang dari 5% dan n=137, dimana Thitung sebesar 2,916 dengan nilai signifikansi 0,004 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.
2.2.      Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan Persalinan
2.2.1.   Pengertian Belajar
            Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental dan panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi dan minat. (5)
            Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila ia tidak belajar, responnya menurun. (6)
2.2.2.   Prestasi Belajar
            Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
            Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan d alam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
            Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah  dicapai oleh  setiap anak pada periode tertentu.
            Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil Ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

2.2.3.   Asuhan Kebidanan Persalinan
            Mata Kuliah Asuhan Kebidanan II (Persalinan) yang merupakan mata kuliah inti yang dipelajari di D-III dengan beban 4 SKS (T:1 P:3) yang menempatkannya pada semester III. Mata Kuliah ini mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan, Selain itu mata kuliah ini di sususn untuk memberikan arah, tujuan dan ruangan lingkup pendidikan kebidanan agar dapat menghasilkan ahli madya kebidanan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan kesehatan di masyarakat.
            Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam persalinan dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didasari konsep- konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan konsep dasar persalinan, beberapa factor yang mempengaruhi persalinan, proses adaptasi psikologi dalam persalinan, kebutuhan dasar pada ibu dalam proses persalinan, asuhan pada setiap kala persalinan, deteksi dini komplikasi persalinan dan cara penanganannya, askeb pada bayi segera setelah lahir, cara pendokumentasian asuhan masa persalinan.
1.      Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan
Pengertian Persalinan
            Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
            Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
            Persalinan adalah keluarnya janin disertai plasenta dari mulai umur kehamilan nol bulan sampai sembilan bulan dan berakhir dengan enam jam pemantauan post partum.
            Persalinan adalah proses adanya kontraksi dari fase laten, fase aktif, fase pengeluaran, fase uri, pemantauan post partum sampai kondisi ibu baik. 
            Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu ), lahir spntan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 – 24 jam jam, tnpa komlikasi baik pada ibu maupun pada janin.
            Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
            Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika proses nya terjadi padda usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai ( inpartu)sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (Membuka dan menipis ) dan berakhir dengan lahirnya  plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Persalinan normal adalah persalinan yang :

a.       Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur)
b.      Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
c.       Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama)
d.      Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
e.       Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forceps)
f.       Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
g.      Mencakup pelahiran plasenta yang normal
Persalinan Berdasarkan Tehnik
a.       Persalinan spontan  yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b.      Persalinanbuatan yaitu persaliandengan tenaga dari luar  dengan ektraksi  forceps, ektrksi vacum dan sectio sesaria.
c.       Persalinan anjuran :yaitu persalinan tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin
Persalinan berdasarkan umur kehamilan.
a.       Abortus yaitu Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b.      Partus Imaturus yaitu Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan anatara 500 gram dan 990 gram.
c.       Partus prematurus yaitu Pengeluaran buah  kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
d.      maturs atau aterm : Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dengan berat badan bayi di tas2500 gram.
e.       Partus  post maturus  atau serau tinus     : Pengeluaran buah kehamila stelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang di taksirkan.
2.      Sebab – sebab mulanya persalinan
a.       Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot – otot rahim, sebaiknya estrogen meningkatkan kontraksi otot lambung.selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun, sehingga timbul his.
b.      Teori oksitosin      
Pada akhir kehamilan kadar ksitosin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot – otot rahim.
c.       Peregangan otot – otot
Dengan majunya kehamilan maka makin tereganglah otot – otot rahim sehingga timbul kontraksi, untuk mengeluarkan janin.
d.      Pengaruh janin
Hifofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting oleh karena itu pada ancefalus kelahiran sering lebih lama.
e.       Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebab kan kontraksi myometrium.
Prostaglandin yang di hasilkan oleh decidua, menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yg di berikan secara intravena, inta dan extramnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dg adanya kadar prostaglandin yg tinggi baik dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
Sementara itu, proses persalinan berjalan secara bertahap melalui tahapan-tahapan tertentu yang bisa dikenali tanda-tanda atau ciri-cirinya. Secara garis besarnya, tahapan itu dibedakan menjadi 4 tahapan kala persalinan yakni : kala I, kala II, kala III dan kala IV.
f.       Teori  berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin di kemukakan oleh hipokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin maka hasil konsesi akan segera di keluarkan.
g.      Faktor lain
Tekanan ganglion servikal dari fleksus franken hauser yang terletak di belakang serviks.Ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat di bangkitkan.
Secara mikropis perubahan – perubahan bikimia dalam tubuh wanita hamil sangat menentukan seperti perubahan hormon estrogen dan progesteron.
a.       Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
b.      Progesteron      
Berfungsi untuk menurunkan sensifitas otot rahim, menyuliitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot rahim  dan otot polos relaksasi.
3.      Tahapan persalinan
            Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehungga ibu / wanita masih dapat berjalan – jalan.
 Klinis dapat di nyatakan mulai terjadi partus jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servicalis karena mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah beraal dari pembuluh – pembuluh karier yang berada di sekitar kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran – pergeseran ketika serviks membuka.
Proses ini berlangsung kurang lebih 18 – 24 jam, yang terbagi menjdi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam ) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dari fase aktif ( 7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm – pembukaan 10 cm.
Dalam fase aktif ini masih di bagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
a.       Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b.      fase dilaktasi maksimal yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
c.       fase deselerasi  yakni dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.
 Keadaan tersebut dapat di jumpai baik pada primigravida maupun multi gravida, akan tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi menjadi lebih pendek.Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu : Ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstruksi plasenta, gawat janin, inersia uteri.
Persalinan kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran pada saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan spinterani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Di mulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlngsung 2 jam pada primigravida dan multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his, kepala janin muai keihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum meregang dengan adanya his ibu di pimpin untuk mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat timbul pada kal II yaitu eklamsi, kegawat daruratan  janin tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelahiran ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak infeksi, intrapartum, inersia uteri, tanda – tanda lilitan pusat.
Persalinan kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda- tanda lepasnya plasenta : Terjadi erubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau menjulur keluar melaalui vagina / vulva, adanya semburan darah secara tiba – tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya biasanya plasenta lepas dalam 6 menit sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat antonia uteri, retensio plasenta,tanda gejala tali pusat.
4.      Tujuan asuhan persalinan
            Kelahiran merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Sebagai tenaga kerja kesehatan khususnya bidan beruntung dapat berbagi peristiwa ini dengan keluarga. Bidan juga berada dalam posisi yang unik untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam melahirkan, sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelahiran dalam memberikan dukungan dan dorongan.
            Sangat penting untuk di ingat bahwa persalinan adalah proses yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi yang mengancam nyawa juga akan selalu mengintai,sehingga bidan harus mengamati dengan ketat baik ibu maupun bayinya sepanjang kelahiran .dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang terampil dalam seorang bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan deganhasil persalinan yang sehat dan memuaskan .
            persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi teryata dapat mencegahmeningkatnya kematian ibu.penatalaksanaan komplikasi yang terjadiselama persalinan dan setelah bayi lahir pada tingkat tertentu mempuyai keterbatasan karena komplikasi  tidak selalu mudah di tatalaksanakan disetiap tempat atau keadaan.
            Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir . deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru ahir.
            Tujuan ashan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hdup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi nya,melalui berbagai upaya      yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualiyas pelayanan dapat terjaga pada tinggkat yang optimal.dengan pendekatan yang seperti ini ,berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan adanya manpaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan .
            persalinan dapat terjadi di rumah ,puskesmas ,atau di rumah sakit. Sedangkan penolong persalinan bisa seorang bidan,dukun,dokter umum atau spesialis obstetri-ginekologi. Asuhan dapat disesuaikan dengan lingkungan di mana di mana tempat asuhan di berikan.
            Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersi dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi .(saepudin ,2007:100).
5.      Tanda-tanda persalinan.
            Persalinan dapat dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu merasa nyeri abdomen berulang yang disertai cairan lendir yang mengandung darah atau show. Agar dapat mendiagnosa persalinan, kemudian harus memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
a.       Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat d tentikan hanya jika serviks secara progresif menipis dan membuka.
b.      Kontraksi yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika
c.       Kontraksi terjadi teratur,minimal 3 x dalam 10 menit, kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik.
d.      Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus dengan menggunakan jari tangan.
Sangat sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dan persalinan semu. Indikator persalinan sesungguhnya di tandai dengan kemajuan penipisan dan pembukaan seviks. Ketika ibu mengalami persalinan semu, ia merasakan kontraksi yang menyakitkan namun kontraksi tersebut tidak menyebabkan menipisa dan pembukaan serviks.Persalinan semu bisa terjadi beberapa hari atau beberapa minggu sebelum permulaan persalinan sesungguhnya. Karena persalinan semu sngat menyakitkan, mungkin sulit bagi ibu untuk menghadapi masa ini dalam kehamilannya.
Tanda-tanda persalinan sudah dekat:
a.       Menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin sehingga kepala ke arah bawah. Masuknya kepala janin ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil dengan merasa ringan di bagian atas (rasa sesak mulai berkurang), terjadi kesulitan saat berjalan, sering kencing. Gambaran penurunan bagian terndah janin tersebut sangat jelas pada primigravida, sedangkan pada multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
b.      Terjadi his permulaan. Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini dapat di kemukakan sebagai  keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan oksitoksin. Dengan mungkin tua kehamilan, maka pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
            Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu     
Persalinan sesungguhnya
Persalinan semu
Serviks menipis dan membuka
Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri dan interval teratur
Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain
Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa di bagian-bagian belakang dan menyebar ke depan
Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
Dengan berjalan bertambah invensitas
Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi intensitas nyeri
Tidak ada hubungan antar tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
Lendir darah sering tampak ada penurunan bagian kepala janin
Tidak ada lendir darah
Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP di antara kotraksi
Kepala belum masuk PAP walaupun adanya kontraksi
Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu

2.3.      Kecerdasan empsional mahasiswa
2.3.1.   Pengertian Emosi     
            Kata emosi secara sederhana bisa disefenisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya “Jiwa yang menggerakkan kita”. Berlawanan dengan kebanyakan pemikiran konvensional, emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau negative, tetapi emosi berlaku sebagai sumber energy autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat menjadi sumber kebijakan intuitif. Dengan kata lain, emosi tidak lagi dianggap sebagai penghambat dalam hidup kita, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, kedermawanan, bahkan kebijaksanaan.
            Sementara itu, Lerner menjelaskan arti emosi sebagai: Two components are generally believed to make up emotional experience: psychological response and subjective feeling. Maksudnya, ada dua komponen yang pada umumnya dipercayai membentuk pengalaman emosi, yaitu tanggapan psikologis dan perasaan-perasaan subjektif.
            Selanjutnya, Lerner mengungkapkan bahwa pada saat seseorang mengalami emosi, berbagai perubahan psikologis dapat terjadi, seperti: Bola mata membesar, detak jantung meningkat, desahan atau tarikan nafas  yang dalam dan tersenggal-senggal, buli roma di badan berdiri, gerakan getrointestinal berhenti sementara membuat darah mengalir dengan deras dari perut memasuki otot-otot, hati membebaskan gula memasuki aliran darah untuk meningkatkan energy, keringat meningkat, sementara produksi air liur menurun.
            Lebih lanjut, Lerner mengemukakan beberapa temuan mereka bahwa emosi tidak sama dengan motif atau dorongan. Emosi timbul sebagai tanggapan atas aspek lingkungan. Sebaliknya, motif cenderung muncul sebagai rangsangan internal, misalnya rasa lapar yang diarahkan kepada objek di lingkungan, karena terlihat makanan. Di samping itu, emosi juga mencakup peraubahan dan perasaan subjektif.
            Berbeda dengan pendapat Lerner, Crooks dan Stein mengungkapkan bahwa hubungan motivasi dengan emosi (perasaan-perasaan dan gejolak yang subjektif) sangat erat sekali. Menurutnya, emosi acap kali memotivasi tindakan. Sebagai contoh pada seorang anak kecil yang sedang marah, menyebabkannya menendang tembok di kamarnya.
            Selain pendapat Lerner di atas, Wortman juga mengemukakan beberapa pendapat tentang emosi. Menurutnya, Kebahagiaan adalah suatu emosi yang positif, termasuk kepuasan batin dan kesenangan aktif. Para ahli psikologi yang telah berusaha mencari akar kebahagiaan mengajukan beberapa teori, yaitu kebahagiaan terletak pada kecenderungan membuat konspirasi yang memungkinkan (favourable) antara diri sendiri dengan orang lain; orang-orang yang paling bahagia adalah mereka yang mempunyai ciri-ciri khusus kepribadian apa adanya yang diiringi kualitas ketegangan saraf yang rendah; kebahagiaan datang dari kemampuan untuk “menghilangkan” sendiri dalam beberapa tugas yang menjadi tantangan.
            Masih berkaitan dengan emosi, menurut ahli sosiobiologi, emosi menuntut kita menghadapi saat-saat kritis dan tugas-tugas yang terlampau riskan apabila hanya diserahkan pada otak. Bahaya yang mungkin terjadi adalah kehilangan yang menyedihkan, bertahan mencapai tujuan kendati dilanda kekecewaan, keterikatan dengan pasangan, membina keluarga. Setiap emosi menawarkan pola tindakan tersendiri, dan masing-masing menuntut kita kearah yang telah terbukti berjalan baik ketika menangani tantangan yang datang berulang-ulang dalam hidup manusia.
            Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-sngsur oleh evolusi. Pengertian emosi tersebut masih membingungkan, baik menurut para ahli psikologi maupun ahli filsafat. Akan tetapi, makna paling harfiah  dari emosi didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Oleh karena itu, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
            Menurut Goleman ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi dan nuansanyaa. Lingkup kajian emosi masih menjadikan perdebatan para peneliti, mana yang benar-benar dianggap sebagai emosi primer, biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan aatu bahkan mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat dengan penggolongan ini.
            Golongan utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya sebagai berikut:
1.      Amarah: bringas, mengamuk, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis
2.      Kesedihan: Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian ditolak, putus asa dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
3.      Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali. Waspada, sedih, tidak senang,ngeri, takut sekali, kecut dan sebagai patologi , fobia dan fanatic
4.      Kenikmatan: Bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa dan batas ujungnya maniak.
5.      Cinta: Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
6.      Terkejut, terkesiap, takjub, terpana
7.      Jengkel: Hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah
8.      Malu: Rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.
            Penggolongan tersebut diatas, belum menyelesaikan sikap pertanyaan bagaimana mengelompokkan emosi. Misalnya bagaimana tentang perasaan yang campur aduk seperti iri hati, variasi marah yang juga mengandung sedihdan takut, bagaimana tentang nilai-nilai klasik seperti penghargaan dan kepercayaan, keberanian dan mudah memaafkan, kepastian dan ketenangan hati, atau beberapa cacat bawaan, perasaan seperti ragu-ragu, puas diri, malas, lambat, mudah bosan.
            Ada beberapa kegunaan emosi kegunaan emosi, antara lain sebagai berikut:
1.      Bertahan Hidup
Alam mengembangkan emosi melalui evolusi selama jutaan tahun. Hasilnya adalah kemampuan emosi untuk melayani sebagai sistem pemandu antar sesame. Contohnya, ekspresi dapat menyampaikan sejumlah emosi. Jika sedih atau terluka, dapat memberikan tanda bahwa seseorang butuh bantuan. Melalui latihan secara lisan, seseorang dapat mengekspresikan lebih banyak untuk memenuhinya.
2.      Mempersatukan (Unity)
Mungkiin emosi merupakan sumber potensi terhebat untuk menyatukan semua manusia. Secara jelas, agama, budaya, dan politik tidak dapat menyatukan, bahwa secara lebih jauh dapat memecahkan secara tragis dan fatal. Hal ini sesuai dengan pendapat Darwin dalam bukunya “emosi dari empati, perasan iba, kerja sama, dan untuk orang lain, semuanya dapat menyatukan kita sebagai sesama
2.3.2.   Pengertian Kecerdasan Emosional
            Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.
            Menurut Saphiro, istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu peter Salovey dan John mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan antara lain: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemampuan kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, diskusi, kemampuan memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanna, keramahan dan sikap hormat.
            Selanjutnya oleh tokoh-tokoh seperti, Sternberg, Baron dan Salovey, sebagaimana diungkapkan oleh Goleman, disebutkan adanya lima domain kecerdasan pribadi dalam bentuk keerdasan emosional, yaitu
1.      Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mampu men genali emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan –keputusan secara mantap.Misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan, seperti memilih sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
2.      Kemampuan mengelola emosi
kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara salah. Misalnya seseorang yang sedang marah, maka kemarahan itu, tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesalinya di kemudian hari.


3.      Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.Dalam hal ini terkandung adanya unsure harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga seseorang memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya dalam hal belajar, bekerja ,menolong orang lain dan sebagainya.
4.      Kemampuan mengenali emosi orang lain (Empati)
Kemampuan mengenali emosi orang lain (Empati) merupakan kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan ini, yaitu sering pula disebut sebagai kemampuan berimpati, mampu menangkap pesan non-verbal dari orang lain seperti: Nada bicara, gerak-gerik maupun ekspresi wajah dari orang lain tersebut. Dengan demikian anak-anak ini akan cenderung disukai orang.
5.      Kemampuan membina  hubungan social
Kemampuan membina hubungan social merupakan kemampuan untuk mengelola emosi orang lain, sehingga tercipta ketrampilan social yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemmampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul dan menjadi lebih popular.
             Emotional Quotient (EQ) Menampilkan lima dimensi kecerdasan emosi sebagai berikut:
1.                       Intrapersonal Quotient (EQ) 
a.       Self Regard merupakan kemampuan untuk dapat menghargai dan menerima sifat dasar pribadi yang pada dasarnya baik
b.      Emotional Self-awareness merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri
c.       Assertiveness merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan pemikiran serta mempertahankan hak pribadi secara konstruktif
d.      Independence merupakan kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mengendalikan diri dalam berpikir dan bertindak serta menjadi lebih bebas secara emosional,dan
e.       Self-actualization merupakan kemampuan menyadari kapasitas potensi diri.
2.                       Interpersonal EQ
a.       Empathy merupakan kemampuan memahami, mengerti, serta menghargai perasaan orang lain.
b.      Social Responsibility merupakan kemampuan untuk menampilkan diri secara kooperatif, kontributif, dan konstruktif sebagai anggota kelompok masyarakat.
c.       Interpersonal Relationship merupakan kemampuan untuk membangun dan mempeertahankan hubungan yang saling menguntungkan yang tercermin dari kedekatan afektif serta keinginan untuk saling member dan menerima.
3.                       Adaptability EQ
a.       Reality testing merupakan kemampuan untuk menghubungkan antara pengalaman dan kondisi saat ini secara obyektif
b.      Flexbility merupakan kemampuan untuk menyesuaikan emosi, pemikiran dan sikap terhadap perubahan suatu situasi dan kondisi
c.       Problem solving merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mendefenisikan masalah hingga mendapatkan dan menerapkan solusi secara efektif
4.                       Stress Managemant EQ
a.       Stress Tolerance merupakan kemampuan untukmenghadapi kejadian daan situasi yang penuh tekanan, dan menanganinya secara aktif dan positif tanpa harus terjatuh
b.      Impulse control merupakan kemampuan untuk menunda keinginan, drive dan dorongan untuk bertindak
5.                       General Mood EQ
a.       Optimism merupakan kemampuan untuk melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, Meski disaat yang tidak menyenangkan.
b.      Happiness merupakan kemampuan untuk merasa puas akan kehidupan, menikmati kehidupan pribadi dan orang lain, bersenang-senang dan mengekspresikan emosi yang positif.
            Kecerdasan emosi merupakan formulasi baru dari “soft skills” tradisional ( seperti leadership  sensitivity  dan social skills) ke dalam acuan yang logis. Kecerdasan emosi berkaitan dengan pemahaman diri dan orang lain, beradaptasi dan menghadapi lingkungan sekitar, dan penyesuaian secara cepat agar lebih berhasil dalam mengatasi tuntutan lingkungan.
            Bagaimana kita dapat meningkatkan kecerdasan emosi?
a.       Membaca situasi dengan memperhatikan situasi sekitar anda, Anda akan mengetahui apa yang harus dilakukan.
b.      Mendengarkan dan menyimak lawan bicara anda yang selalu merasa benar punya kecenderungan untuk tidak mendengarkan kata orang lain. Luangkan waktu untuk melakukannya, maka anda akan tahu apamyang sebenarnya terjadi.
c.       Siap berkomunikasi, Jurus ini memang paling ampuh. Lakukan selalu komunikasi biar pun pada situasi sulit.
d.      Tak usah takut di tolak, Ada kalanya orang ragu-ragu bertindak karena takut ditolak orang lain. Sebelum berinisiatif, Sebenarnya anda hanya punya dua pilihan, diterima atau ditolak. Jadi siapkan saja diri anda . Yang penting usaha.
e.       Mencoba berempati, EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain. Caranya apalagi kalau bukan mendengarkan dengan baik.
f.       Pandai memilih Prioritas, Ini perlu supaya anda bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak, dan apa yang bisa ditunda.
g.      Siap Mental, Sikap ental tempe itu sudah ketinggalan zaman. Situasi apapun yang akan dihadapi, Anda mesti menyiapkan mental sebelumnya. Ingat, tak ada kesukaran yang tak bisa ditangani, Paling tidak, anda sudah berusaha.
h.      Ungkapan terhadap kata-kata, Bagaimana orang bisa membaca pikiran andaa kalau anda diam seribu bahasa, Ungkapkan pikiran anda lewat kata-kata yang jelas.
i.        Bersikap rasional betul, Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, Tapi tetap memerlukan pola pikir yang rasional, apalagi dalam pekerjaan
j.        Fokus, Konsentrasikan diri anda pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian. Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara bersamaan.
            Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Jadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi
2.4.      Hipotesis Penelitian
Ho   :    Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional denganprestasi belajar Asuhan kebidanan persalinan di Akademi Bakti Inang  Persada Medan tahun 2014
Ha   :    Ada hubungan  yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Asuhan kebidanan persalinan di Akademi Bakti Inang Persada medan tahun 2014

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.      Desain Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, Variabel yang diteliti hanya diukur satu kali pengukuran saja dalam waktu tertentu yaitu untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014. (7)
3.2.      Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.   Lokasi Penelitian
            Penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Parsada Medan yang beralamat di Jl. Mesjid / keluarga No.10 Kampung Lalang Medan
3.2.2.   Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester III di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah total mahasiswa sebanyak 60 orang.
3.3.2. Sampel Penelitian
            Sampel penelitian ini adalah Keseluruhan populasi dijadikan menjadi sampel, dengan teknik total sampling sebanyak 60 responden.
3.4. Kerangka Konsep
            Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Inang Persada Medan tahun 2014.
            Adapun kerangka konsep ini adalah sebagai berikut
     Variabel Independen (X)                                       Variabel Dependen (Y)
Kecerdasan emosional
-          Kemampuan mengenali emosi diri
-           Kemampuan mengelola emosi
-          Kemampuan memotivasi diri
-          Kemampuan mengenali emosi orang lain (Empati)
-          Kemampuan membina hubungan sosial



Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan Persalinan
 
                                                       










Gambar 3.1. Kerangka Konsep.





3.5.  Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi secara cermat terhadap objk. (4)
a.       Kecerdasan Emosional adalah Kecakapan emosi yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan merasa tidak cepat puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berfikir serta mampu berempati serta berharap.Kecerdasan emosi mengandung aspek yaitu Kemampuan mengenali emosi diri,  Kemampuan memotivasi diri, Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati), Kemampuan membina hubungan sosial (Goleman)
b.      Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah  dicapai oleh  setiap anak pada periode tertentu.
3.6. Aspek Pengukuran
Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu jika jawaban sangat sesuai nilai = 4, Jika jawaban sesuai nilai = 3, jika jawaban tidak sesuai nilai = 2, jika jawaban sangat tidak sesuai nilai = 1

Tabel 3.1. Aspek pengukuran
No
Variabel
Indikator
Kategori
Skor Penilaian
Skala Ukur
1
2
3
5
6
7
1
(Independent) Kecerdasan emosional diukur dengan lima indikator
Kecerdasan emosional
-          Kemampuan mengenali emosi diri
-           Kemampuan mengelola emosi
-          Kemampuan memotivasi diri
-          Kemampuan mengenali emosi orang lain (Empati)
-          Kemampuan membina hubungan sosial

Kuesioner 21                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              item




Baik
Cukup
Kurang

63 - 84
42 - 62
21 - 41
Ordinal
2
(Dependent)
Prestasi belajar mata kuliah Asuhan kebidanan persalinan
a.       Konsep dasar Asuhan Kebidanan persalinan

20 butir soal














Baik
Cukup
Kurang
16 - 20
11 - 15
  0 - 10
Ordinal


3.7. Teknik pengumpulan data
            Menurut Hidayat, pengumpulan data adalah merupakan cara untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui :
1.      Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari hasil kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi. Kuesioner digunakan untuk mengukur Kecerdasan Emosional.
2.      Data Sekunder
Data yang diperoleh dari ketua jurusan dan data tersebut digunakan untuk menentukan populasi dan sampel yang akan diteliti di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada tahun 2014
3.8. Pengolahan Data
Menurut Notoadmodjo dalam iman (8) Data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Proses Editing
            Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.
2.        Proses coding
      Yaitu melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang diteliti.
3.        Proses processing
            Data entry. Yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “ kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program computer. Program yang digunakan adalah SPSS for Windows.
4.        Proses Cleaning
Memeriksa semua data dari setiap responden yang telah selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan selajunjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi. (8)
3.9. Uji Validitas dan Reabilitas
3.9.1. Uji Validitas
Menentukan derajat ketepatan dari instrument penelitian berbentuk kuesioner.Uji validitas dapat menggunakan Product moment test. (8)
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut
Keterangan :
r hitung  : Koefesien Korelasi
∑X      : Jumlah skor item
∑Y      : JUmlah skor total
N         : Jumlah Responden. (9)
              Kriteria validitas instrument yaitu jika nilai r hitung > r tabel maka butir instrument dinyatakan valid, dan jika r hitung < r tabel maka butir instrument dinyatakan tidak valid.
              Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrument yang valid dan reliabel. Uji validitas ini akan dilakukan pada mahasiswa semester V Akademi Kebidanan Helvetia Medan tahun akademik 2014/2015 sebanyak 20 orang.
Tabel 3.2.

Hasil Uji Validitas Kuisioner Kecerdasan Emosional Mahasiswa Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan
No
Corrected item total
Correlation
Hasil
Pernyataan 1
Pernyataan 2
Pernyataan 3
Pernyataan 4
Pernyataan 5
Pernyataan 6
Pernyataan 7
Pernyataan 8
Pernyataan 9
Pernyataan 10
Pernyataan 11
Pernyataan 12
Pernyataan 13
Pernyataan 14
Pernyataan 15
Pernyataan 16
Pernyataan 17
Pernyataan 18
Pernyataan 19
Pernyataan 20
Pernyataan 21
0,019
0,010
0,020
0,003
0,005
0,044
0,008
0,026
0,004
0,049
0,008
0,026
0,003
0,007
0,001
0,000
0,001
0,023
0,039
0,023
0,001
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
              Dari Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa dari 36 butir pernyataan yang diperoleh hasil 21 pernyataan dinyatakan valid karena nilai probabilitas korelasi [sig.(2-tailed) < dari taraf signifikan sebesar 0,05, sehingga 21 butir pernyatan dapat digunakan sebagai pengambilan data.
Tabel 3.3.
Hasil Uji Validitas Kuisioner Prestasi Belajar Mahasiswa Asuhan Kebidanan Persalinan  Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan
No
Corrected item total
correlation
Hasil
Butir soal 1
Butir soal 2
Butir soal 3
Butir soal 4
Butir soal 5
Butir soal 6
Butir soal 7
Butir soal 8
Butir soal 9
Butir soal 10
Butir soal 11
Butir soal 12
Butir soal 13
Butir soal 14
Butir soal 15
Butir soal 16
Butir soal 17
Butir soal 18
Butir soal 19
Butir soal 20
0,028
0,027
0,023
0,007
0,008
0,001
0,002
0,000
0,001
0,003
0,000
0,002
0,000
0,009
0,021
0,047
0,000
0,001
0,002
0,00
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
              Dari Tabel 3.3. di atas menunjukkan bahwa dari 50 butir soal yang diperoleh hasil 20 butir soal dinyatakan valid karena nilai probabilitas korelasi [sig.(2-tailed) < dari taraf signifikan sebesar 0,05, sehingga 20 butir pernyatan dapat digunakan sebagai pengambilan data.


3.9.2. Uji Reliabilitas
            Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan dengan uji reliabilitas tabel, jika ri > r tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel. Uji reliabilitas dapat digunakan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha (Cronbach’s), uji signifikasi dilakukan pada taraf signifikasi 0,05. (8)
            Hasil perhitungan untuk instrument kecerdasan emosi didapatkan nilai reliabelitas sebesar 0,931dan untuk instrument prestasi belajar asuhan kebidanan persalinan sebesar 0,901. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument kecerdasan emosi dan instrument prestasi belajar asuhan kebidanan persalinan mempunyai reliabilitas yang tinggi.


3.10.  Analisa Data
 Analisa data penelitian dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical product and service solution) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Analisis Univariat
Analisa univariat yaitu dengan melakukan perhitungan hasil jawaban responden secara masing-masing baik variabel independent maupun variabel dependant.
2.    Analisis Bivariat
Analiss bivariat dilakukan dengan menguji dua variabel antara variabel independent dan dependent.
            Untuk mengetahui hubungan Kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi bakti inang persada medan tahun 2014,cpeneliti mengujinya dengan menggunakan teknik analisis data yaitu Uji Chi Square (X2) dengan rumus sebagai berikut :
X2 = ∑( f0-fe)2
                                                                                fe
keterangan :
X2 = Nilai chi-kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)
fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis).











BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.      Gambaran Umum Tempat Penelitian
            Yayasan Perguruan tingggi Bakti Inang persada Medan didirikan pada tanggal 31 mei 2012, terletak di kota Medan Provinsi Sumatera Utara, yayasan perguruan Bakti Inang Persada Medan merupakan perguruan tinggi swasta dibidang kesehatan yang berdiri sejak tahun 2002 di kota Medan dengan izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dalam perkembangan selanjutnya Yayasan Perguruan Tinggi Bakti Inang Persada Medan juga menyelenggarakan izin program studi D-III Kebidanan. Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan berdasarkan rekomendasi dari Departemen Kesehatan RI No. KS. 02.1.5.1833. 2 Mei 2002 dan surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 107/D/O/2002. Tentang pemberian izin pendirian serta perpanjangan izin penyelenggaraan program studi dari Dinas Pendidikan Tinggi No. 731/D/T/K-1/2011.
Adapun visi dan misi Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan adalah sebagai berikut:
VISI :
            Menghasilkan mahasiswa kebidanan yang professional, Religius dan mampu berdaya saing di tingkat Nasional 2018.
MISI :
1.                  Menyelenggarakan pendidikan bidan professional dan beriman serta mampu menerapkan etika kebidanan.
2.                  Menyelenggarakan pendidikan berkualitas yang berorientasi pada peningkatan sarana prasarana pembelajaran.
3.                  Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk berperan serta dalam program penurunan angka kematian ibu dan ana
4.2.      Hasil Penelitian
            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan di Akademi Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014” diperoleh hasil sebagai berikut :
4.2.1.   Analisis Univariat
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Responden terhadap Kecerdasan Emosional  di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014.
No
Persepsi
Jumlah



F
%
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
11
15
4
36,7
50,0
13.3

Total
30
100,0
            Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa frekuensi kecerdasan emosional mahasiswa tingkat III mayoritas cukup yaitu sebanyak 15 orang (50,0%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Responden di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014
No
Prestasi Belajar
Jumlah



F
%
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
12
14
 4
40,0
46,7
13,3

Total
30
100,0
            Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa frekuensi prestasi belajar asuhan kebidanan persalinan tingkat III Mayoritas cukup yaitu sebanyak 14 orang (46,7%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).
4.2.2.   Analisis Bivariat
Tabel 4.3
            Tabulasi silang Antara Kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014

Kecerdasan     Emosional
Prestasi  Belajar
Jumlah
Pearsona Correlation
Baik

Cukup

Kurang





F
%
F
%
F
%
F
%

Baik
Cukup
Kurang
3
9
0
10
30
0
8
6
0
26,7
20
0
0
0
4
0
0
13,3
11
15
 4
36,7
50.0
13,3
0.000
Total
12
40
14
46,7
4
13,3
30
100

            Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari  hasil distribusi kecerdasan emosional dengan prestasi belajar diketahui bahwa 10% atau 3 responden mempunyai kecerdasan emosi baik dan prestasi belajar baik, 26,7% atau 8 responden mempunyai kecerdasan emosi cukup dan prestasi belajar baik, 30% atau 9 responden mempunyai kecerdasan emosi cukup dan prestasi belajar baik, 20% atau 6 responden mempunyai kecerdasan emosi cukup dan prestasi belajar cukup,13,3% atau 4 responden mempunyai kecerdasan emosional kurang dan prestasi belajar kurang.
            Berdasarkan hasil uji statistic dengan Uji Chi-Square diperoleh nilai probabilitas (p-value) = 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan ada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014.
4.3.      Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 30 responden, mayoritas kecerdasan emosional dengan kategori cukup  sebanyak 15 orang (50%), dan dengan Prestasi belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan  mayoritas mendapatkan kategori cukup sebanyak 14 orang (46,7%). Dan berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai probabilitas (p-value) = 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan ada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014.
            Hal ini sesuai dengan teori goleman  yang mengatakan kecerdasan emosi merupakan faktor penting untuk mencapai puncak prestasi. Kemampuan mengelola emosi berarti siswa telah siap secaca fisik dan psikis untuk menerima pelajaran. Semangat dan ketekunan serta motivasi untuk belajar merupakan faktor penting yang mendorong seseorang untuk mencapai puncak prestasi.
            Kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan  di sekolah, maupun berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang berbeda-beda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence) yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ.
            Prestasi belajar adalah hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument test atau instrument yang relevan.
            Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian windi fasa marani yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan hasil belajar Asuhan Kebidanan I( Kehamilan) Akademi kebidanna Kholisaturrahmi Binjai tahun 2011. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 5% (0,05) diperoleh bahwa x hitung sebesar 25,701 df 4 dengan x tabel sebesar 9,488 dan nilai p = 0,000 < 0,05. Sehingga ada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar asuhan kebidanan I (Kehamilan) mahasiswa di Akademi Kebidanan Kolisaturrahmi Binjai Tahun 2011
            Menurut penulis mengingat pentingnya kecerdasan emosional dalam menghadapi suatu masalah. Mahasiswa yang mempunyai kecerdasan emosi rendah diharapkan untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya terlebih untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar dengan cara pandai mengendalikan emosi, amarah, mampu bersikap empati, dan mampu membangun hubungan baik dengan orang lain, sedaangkan untuk mahasiswa yang sudah mempunyai kecerdasan emosi baik diharapkan untuk mempertahankannya.





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya mengenai Hubungan Kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2014, maka diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.                  Bahwa frekuensi kecerdasan emosional mahasiswa tingkat III mayoritas cukup yaitu sebanyak 15 orang (50,0%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).
2.                  Bahwa frekuensi prestasi belajar asuhan kebidanan persalinan tingkat III Mayoritas cukup yaitu sebanyak 14 orang (46,7%) dan minoritas kurang yaitu sebanyak 4 orang (13,3%).
3.                  Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiwa pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan tahun 2014















5.2.      Saran
            Berikut ini saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:
1.                  Perlu meningkatkan kecerdasan emosi mahasiswa yang dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Orangtua di ajak untuk berperan serta dalam meningkatkan kecerdasan emosi mahasiswa, di lingkungan sekolah pembelajaran yang memperhatikan emosi dapat membantu untuk mempercepat siswa dalam memahami materi pelajaran
2.                  Pengajar atau dosen juga harus mempersiapkan emosi dengan baik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan materi belajar secara baik dan lebih maksimal serta dapat memahami emosi siswa yang membuat pelajaran lebih berarti dan permanen, karena siswa akan hadir baik secara fisik maupun secara psikis, dan dapat memaksimalkan fungsi kecerdasan intelektualnya sehingga prestasi belajar lebih baik.
3.                  Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa selain kecerdasan emosional sehingga prestasi belajar mahasiswa menjadi lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

x
1.
Muhibbinsyah. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru Bandung: Remaja rosdakarya; 2010.
2.
Iskandar. Psikologi pendidikan Ibad S, editor. Ciputat: Gaung persada (GP) Press; 2009.
3.
Uno HB. Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. 3rd ed. Jakarta: Pt. Bumi Aksara; 2008.
4.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku kesehatan Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
5.
Dalyono. Psikologi Pendidikan Jakarta: Rineka cipta; 2010.
6.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar Bandung: Pustaka Setia; 2011.
7.
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan Jakarta: Rineka cipta; 2010.
8.
Muhammad I. Panduan penyusunan karya tulis ilmiah bidang kesehatan Bandung: Citapustaka media perintis; 2012.
9.
Hidayat A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data Jakarta: Salemba Medika; 2010.
10.
Agustian AG. Emotional Spiritual Quotient Jakarta: PT ARGGA TILANTA; 2001.
11.
Syah M. Psikologi pendidikan Wardan AS, editor. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2009.
x



Tidak ada komentar: