MAKALAH GIZI LANSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk
mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka
salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang
bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap
baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade
70-an. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi
yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup
sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan
perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi
maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan,
perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan
beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim
para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi
yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang
usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar
dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk
malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada
Lansia
Gangguan
gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun gizi
lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi
akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi,
mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta
merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki
a.
Perubahan anatomi dan fisiologi
Menua (aging) meruakan
proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat kematian. Selam
periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada saat
tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau
proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel
(anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam
bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes,
1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara
progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di
semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik
yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b.
Alat indera
Indera pengecap,
pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak langsung
mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami
atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia
74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin.
Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada lidah.
c.
Saluran cerna/digestif
Terjadi
perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai
akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat
yang muncul adalah anoreksia. Penyakit
periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan rasa sakit
dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga
terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh
karena berkurangnya sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan
penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-iron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi
lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan
motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi.
d.
Metabolisma
Pada lansia dapat
terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan glukosa di
dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin
yng menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90
tahun. Hal ini terjadi
karena berkurangnya lean body mass pada lansia.
e.
Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon
asam basa terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia
metabolisma protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan
beban tersendiri.
f.
Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75
tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82 % untuk
cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 %
berat otak.
B. Keadaan
Gizi Lansia
a.
definisi lansia
·
Manusia lanjut usia à mereka yang
telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older
elderly (75 tahun)
·
Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older
elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 – 84 tahun dan 85 tahun
·
Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan
bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60 tahun
b.
kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia
Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena
sebab-sebab yang bersifat primer maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi
ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan
hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental, kemiskinan dan
iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera, gangguan
mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta
alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan olah
pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup
sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk masak.
Gangguan fisik
terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia, artritis dan ganggun
mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan mengalami depresi.
Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk
jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya gangguan
selera, megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi alat
pencernaan dan pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca
operasi, ikemik dinding perut dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan
makanan tertentu seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya
ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi pada lansia yang mengalami
keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang terjadi pada mereka
yang harus berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan yang mengalami
panas yang tinggi.
Kondisi
kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein) kronik,
baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui
penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia
dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul
adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.
Kelebihan
gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya hidup pada
usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya
berbagai makanan siap sji yang enak dan
kaya energi. Utamany sumber lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi
melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal usia 50
tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai
dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus dan
dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut akan memerlukan pengelolaan dietetik
khusus yang mungkin harus dijalani sepanjang usia yang masih tersisa.
C. Pemantauan
Status Gizi Pada Lansia
Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara
yang baku bagi berbagai tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak
langsung. Penilaian secara langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik,
antropometrik, biokimia dan biofisik.
Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala
yaitu:
·
tanda-tanda
yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi
·
gejala-gejala
yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
·
gejala-gejala
yang tidak berhubungan dengan gizi
Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori
dapat ditemukan di berbagai organ seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir,
kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik adalah pengukuran
variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai
tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua
hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam
melakukan interpretasi, digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional
maupun nasional seperti baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya.
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan
pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena
telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi
tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai
gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam
penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons,
Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body
mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria
dengan nilai p-0,001.
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai
jaringan tubuh, namun yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan
urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan
biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan sebagainya.Pemeriksaan
biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat
osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa
organ tertentu.
Penimbangan Berat Badan
a.
Penimbangan BB dilakukan secara teratur
minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari
0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko
terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b.
Menghitung berat badan ideal pada dewasa
:
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita
dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan
rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari
ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
D. Pedoman
Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah
menerbitkan Pedman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13
pesan dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan
memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi yang dihadapi
para lansia.
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan
nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan
lemak.
7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar
berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan pengawaet
E. Kebutuhan
Gizi Pada Lansia
1.
Kalori
Kebutuhan akan kalori
menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme seluruh sel dan
kegiatan otot berkurang
2.
Protein
Gersovitz (1982)
menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai
tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan
pembedahan
3.
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah
sekitar 55 – 60% dari kalori total
4.
Lemak
Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari
energi total. Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar
kolesterol darah
5.
Serat
Salah satu gangguan
yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit
Gangguan ini akan
timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot
dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi
asupan cairan dan serat
6.
Vitamin
Meskipun tampak sehat,
kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung pada lansia,
dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam
folat
F. Faktor
– faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia
1.
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2.
Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
3.
Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa
lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan
usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6.
Penyerapan makanan di usus menurun.
G. Sajian
Lengkap Gizi Bagi Lansia
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang
berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya,
nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan
konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan
indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia)
memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula
hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat
meningkatkan tekanan darah.
Indra pencium dan
penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan makanan yang
berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena
depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi
sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu
yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko menimbulkan kurang gizi.
Contoh Menu Lansia
Dalam 1 Hari
Waktu
Makan
|
Pria
(2200 kal)
|
Wanita
(1850 kal)
|
Pagi
|
1 ½ gls nasi/ pengganti
1 butir telur (Telur Mata Sapi)
100 gr sayuran (Cah Kangkung)
1 gls susu skim
|
1 gls nasi/ pengganti
1 btr telur
100 gr sayuran
1 gls susu skim
|
Pukul 10.00
|
Snack/buah (Nagasari)
|
Snack/buah
|
Siang
|
1 ½ gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Pepes
Ikan)
25 gr tempe/kacang-kacangan
(Tempe bb Tomat)
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah (Semangka)
|
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah
|
Pukul 17.00
|
Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)
|
Snack/ buah
|
Malam
|
1 ½ gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Basho
Daging)
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah (Pisang)
|
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah
|
Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem
Imun Orang Tua
Nutrisi dan
mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain
(Dickinson A, 2002) :
1.
Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks
(polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti, gandum, jamur
(maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
2.
Hormon DHEA.
Studi menggambarkan
hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun pada kelompok orang
tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause
mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
3.
Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam
memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin
mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi
hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi
esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
4.
Lemak
Defisiensi asam
linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan intake
asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3
dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.
5.
Yoghurt yang mengandung Lactobacillus
acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas
sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus dan lambung,
dan beberapa reaksi alergi.
6.
Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan
penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E,
B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam
folat, dan Se.
7.
Zinc.
Menurunkan gejala dan
lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi fungsi imun melalui
peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga
meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan
produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan
produksi IL-2.
8.
Lycopene.
Meningkatkan
konsentrasi sel Natural Killer (NK)
9.
Asam Folat
Meningkatkan sistem
imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok hewan tikus melalui
pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen
(pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan
intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia
(Daniels S, 2002).
10.
Vitamin E
Melindungi sel dari
degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan oleh Simin
Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan
respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang
melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah
sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).
11.
Vitamin C.
Meningkatkan level
interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan aktivitas
limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
12.
Vitamin A.
Berperan penting dalam
imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi
sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran termasuk paruparu
dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu
seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah
monosit, dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit,
dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan
memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh
studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997.
Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi
pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan
plasebo.
13.
Vitamin D.
Menghambat respons
limfosit Th-1.
14.
Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim
yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia defisiensi vitamin
B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah
diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya
produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin
B6 (koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang
sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat.
Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak
fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan
antibodi dan imunitas sellular.
Menu untuk Lansia dalam
sehari :
WAKTU
|
MENU
|
PORSI
|
Pagi
|
Roti-telur-susu
|
1 tangkep 1 gelas
|
Selingan
|
Papais
|
2 bungkus
|
Siang
|
Nasi
|
1 piring
|
1 potong
|
||
Pepes tahu
|
1 bungkus
|
|
Sayur bayam
|
1 mangkok
|
|
Pisang
|
1 buah
|
|
Selingan
|
Kolak pisang
|
1 mangkok
|
Mie baso
|
1 mangkok
|
|
|
Pepaya
|
1 buah
|
H. Menu
Sehat Bagi Lansia
Perencanaan Makanan untuk Lansia
1. Makanan
harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari :
zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu
diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi
yang kecil.
Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang
telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur
bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
1.
Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
2.
Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.
3.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari
makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan
mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus
lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi sering, makanan
selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
4.
Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
5.
Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
6.
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
Berikut ini adalah
beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1.
Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih
muda karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang
dianjurkan untuk usia lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan
2000 kalori untuk pria.
2.
Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap
ideal.
3.
Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber
karbohidrat adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi,
singkong, dll.
4.
Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.
5.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu,
telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya
berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
6.
Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau
sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu
penuh (full cream), keju dan mentega.
7.
Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati
atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
8.
Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
9.
Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet
10. Tingkatkan
konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia
lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan,
serta biji-bijian seperti kacang.
11. Konsumsi
cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.
Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan
waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.
13. Pilihlah
makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum
kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.
I. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia
Selain dari
makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang harus
dilakukan seperti :
1. Olah raga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut
tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan atau
sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan
batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur
jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor
kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
2. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat
untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan tubuh,
mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki
jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya
akan merasa segar setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga
kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan juga pakaian
dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali
sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat
gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung,
telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan
lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam
ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu
makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk
kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini
memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan
berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya
pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan
untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat
diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada
faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.
5. Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih
dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan
membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang
akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung
dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan
disukai semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga
terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari
kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu
menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di pantai,
di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan
tetangga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih ( UU 13 tahun 1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh
suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6
x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri
dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase
regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau
komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi
sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya
pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus
dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya
yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
B.
Kritik dan Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya
kekurangan-kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor
keterbatasan waktu waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh
karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran
dan masukan yang bersifat membangun
kepada semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, Joseph.1998. Buku
Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
http/www. Kebutuhan
nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar