Pengertian Remaja
Remaja dalam ilmu psikologi
diperkenalkan denagn istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth.
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang
berarti tumbuh kearah pematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan
kematangan fisik saja tetapi juga kematangan social dan psikologi.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu
terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi
terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran
sosial. Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu
usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu
usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Remaja adalah tahap
umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan
fisik yang cepat (Asmuji, 2014).
Batasan Usia Remaja
Batasan usia remaja berbeda-beda
sesuai dengan sosial budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO,
masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah
kehamilan dini. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia
10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Dengan demikian dari segi program
pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah
mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah
10-21 tahun.
Tiga hal yang menjadikan masa remaja
penting sekali bagi kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut.
- Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus dan penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas.
- Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis) secara cepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat, baik jasmani, mental, maupun psikososial.
- Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja wanita merupakan saat dimulainya segala bentuk pembatasan (pada zaman dulu gadis mulai dipingit ketika mereka mulai mengalami menstruasi). Walaupun dewasa ini praktik seperti itu telah jarang dilakukan, namun perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita ini dapat menempatkan remaja wanita dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja agar masalahnya dapat ditangani secara tuntas.
Karakteristik Remaja Berdasarkan
Umur
Karakteristik remaja berdasarkan
umur adalah berikut ini.
1. Masa remaja awal (10-12
tahun)
- Lebih dekat dengan teman sebaya.
- Ingin bebas.
- Lebih banyak memperlihatkan keadaan tubuhnya.
- Mulai berpikir abstrak.
2. Masa remaja pertengahan (13-15
tahun)
- Mencari identitas diri.
- Timbul keinginan untuk berkencan.
- Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
- Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
- Berkhayal tentang aktivitas seks.
3. Remaja akhir (17-21 tahun)
- Pengungkapan kebebasan diri.
- Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
- Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri.
- Dapat mewujudkan rasa cinta.
Perkembangan Remaja dan
Tugasnya
Seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya seorang individu, dari masa anak-anak sampai dewasa, individu
memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Tugas yang
dimaksud pada setiap tahap perkembangan adalah setiap tahapan usia, individu
tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi.
Kebutuhan pribadi itu sendiri muncul dari dalam diri yang dirangsang oleh
kondisi di sekitarnya atau masyarakat. Tugas perkembangan remaja difokuskan
pada upaya meninggalkan sikap dan perilakku kekanak-kanakan serta berusaha
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Adapun tugas perkembangan remaja
Hurlock (1991) adalah sebagai berikut.
- Mampu menerima keadaan fisiknya.
- Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
- Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
- Mencapai kemandirian ekonomi. Remaja merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi semakin penting.
- Mencapai kemandirian emosional.
- Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
- Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
- Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
- Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
- Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tumbuh Kembang Remaja
Pengertian tumbuh kembang adalah
pertumbuhan fisik atau tubuh dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh
kembang remaja merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa
kanak-kanak menjadi masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Perubahan fisik meliputi
perubahan yang bersifat badaniah, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang
tidak dilihat.
2. Perubahan emosional yang
tercermin dari sikap dan tingkah laku.
3. Perkembangan kepribadian dimana
masa ini tidak hanya dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan keluarga tetapi
juga lingkungan luar sekolah.
Perubahan Fisik pada Masa
Remaja
Masa remaja terjadi ketika seseorang
mengalami perubahan struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas).
Pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan
melaksanakan fungsi reproduksi.
Perubahan yang terjadi pada
pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut.
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang
dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ seks. Reproduksi remaja
disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai
berikut.
a. Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa
melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah
biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun. Mimpi basah
sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi
terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi perlu dikeluarkan. Ini
adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki.
b. Remaja wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda
kematangan organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi
(menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan dalam atau endometrium yang
banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini
berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika seorang berumur
sekitar 40-50 tahun.
2. Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa
remaja adalah sebagai berikut.
a. Remaja laki-laki
- Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
- Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul menyempit.
- Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, taangan, dan kaki.
- Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi.
- Tumbuh jakun, suara menjadi besar.
- Penis dan buah zakar membesar.
- Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak
- Produksi keringat menjadi lebih banyak.
b. Remaja wanita
- Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
- Pinggul lebar, bulat dan membesar.
- Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina.
- Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.
- Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
- Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
- Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,lengan dan tungkai.
- Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
Perkembangan Psikologis Pada
Remaja
a. Perkembangan Psikososial
Pada usia 12-15 Tahun, pencarian
identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan
kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat
dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila
kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini
merupakan bentuk awal dari pencarian “AKU” yang dapat menjadi masalah bagi
lingkungannya. Penyesuaian terhadap lingkungan baru akan dapat menjadi masalah
bagi remaja karena meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru
yang penuh dengan tuntutan-tuntutan baru. Bila tidak mungkin memasuki dunia
barunya, sering timbul perasaan-perasaan tidak mampu yang mendalam. Akibat
perkembangan kelenjar kelamin remaja, mulai timbul perhatian pada remaja
terhadap lawan jenisnya. Bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa remaja
sudah dimulai.
Proses percintaan remaja dimulai
dari tahap-tahap berikut.
1) Crush
Ditandai oleh adanya saling membenci
antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah
memuja orang yang lebih tua atau sejenis, bentukya misalnya memuja pahlawan
dalam cerita film.
2) Hero-worshiping
Mempunyai persamaan dengan crush,
yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang
dikagumi tidak juga dikenal.
3) Boy crazy dan girl crazy
Pada masa ini kasih sayang remaja
ditujukan kepada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak
laki-laki dengan anak perempuan.
4) Puppy Love (Cinta Monyet)
Cinta remaja sudah mulai tertuju
pada suatu orang, tetapi sifanya belum stabil sehingga kadang-kadang masih
ganti-ganti pasangan.
5) Romantic Love
Cinta remaja menemukan sasarannya
dan percinyaannya sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan.
b. Emosi
Emosi adalah perasaan yang mendalam
yang biasanya menimbulkan perbuatan atau perilaku. Perasaan dapat dipakai
berkaitan dengan keadaan fisik atau psikis, sedangkan emosi hanya dipakai untuk
keadaan psikis. Pada masa remaja, kepekaan emosi menjadi meningkat sehingga
rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar.
c. Perkembangan Kecerdasan
Dalam masa remaja, perkembangan
inlegensi masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Berdasarkan perkembangan
intelegensi ini, remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung logika yang
dapat dimengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya. Imajinasi
remaja juga menunjukkan kemajuan. Hal ini banyak ditandai dengan prestasi yang
dicapai remaja.
Tantangan Dan Masalah Remaja
Masalah penting yang dihadapi oleh
remaja cukup banyak, di antaranya timbulnya berbagai konflik dalam diri
remaja.
- Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di pihak lain, dia membutuhkan rasa bebas karena merasa telah besar, dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja.
- Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap orang tua. Di pihak lain remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan orang tua dalam memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti selain orang tuanya, biasanya teman, guru, atau pun orang dewasa lainnya dari lingkungannya.
- Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai social. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya kebutuhan seks yang mendesak, tetapi ajaran agama dan nilai-nilai sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku tajam yang menumbuhkan rangsangan seks, seperti film, sandiwara dan gambar.
- Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer di masyarakat.
Perilaku Seks Bebas Di Kalangan
Remaja
1. Pengertian Seks Bebas Seks adalah
perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut
jenis kelamin. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan
pernikahan, baik suka atau dalam dunia prosituisi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Seks Bebas
a. Faktor Umum
Latar belakang terjadinya perilaku
seks bebas pada umumnya dipengaruhi oleh beberpa faktor, sebagai berikut.
- Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas.
- Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dengan kelompok pertemanan.
- Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari-hari.
- Sensitivitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relative tinggi.
- Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang.
- Rendahnya kepedulian dan control social masyarakat
- Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
- Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya
- Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
- Kesepaian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau karena keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga.
- Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
b. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi
adanya perilaku seks bebas, yaitu sebagai berikut.
- Krisis Identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
- Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitu pula bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal munculnya perilaku
seks bebas di kalangan remaja sebagai berikut.
- Keluarga Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar-anggota kelurga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negative pada remaja. Pendidikan yang salah dikeluarga, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
- Teman sebaya yang kurang baik
- Komunikasi/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku remaja melakukan hubungan seks pranikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan sangat luas, yang meliputi kurangnya kasih sayang orangtua, kurangnya pengawasan dari orangtua, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Selain itu, juga peran dari perkembangan iptek yang berdampak negative, tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang, tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya yang berlebihan dan masalah yang dipendam.
Pengaruh Buruk Akibat Hubungan Seks
Bebas Bagi Remaja
Kematangan organ seks dapat
berpengaruh buruk bila remaja tidak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya,
sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan
menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya
remaja putri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.
Berikut adalah akibat hubungan seks
pranikah.
1. Bagi remaja
- Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan
- Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti gonore, sifilis, herpes simpleks (genitalis), klamidia, kondiloma akuminata, dan HIV dan AIDS
- Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan.
- Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang harapan masa depan).
- Kemungkinan hilang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja
- Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat
2. Bagi keluarga
- Menimbulkan aib keluarga
- Menambah beban ekonomi
- Memengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan (ejekan) dari masyarakat.
3. Bagi masyarakat
- Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun
- Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi
- Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat menurun.
Upaya Penanggulangan Seks Bebas di
Kalangan Remaja
Seks bebas yang terjadi di kalangan
remaja sudah sangat meresahkan. Perilaku seks bebas dapat dicegah melalui
keluarga. Orang tua lebih memerhatikan anak-anaknya, apalagi anak yangg sedang
beranjak dewasa. Selain itu, orang tua juga memberi pengertian tentang seks dan
apa akibatnya jika dilakukan kepada anak. Seks bebas juga dapat dicegah melalui
keinginan diri sendiri. Remaja harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat
atau paling tidak remaja lebih meningkatkan keimanan pada Tuhan. Pihak sekolah
juga sangat berperan dalam usaha penanggulangan seks bebas dikalangan remaja,
seperti mengadakan penyuluhan di sekolah tentang bahaya seks bebas. Para remaja
dilarang berdua-duaan disekitar lingkungan sekolah yang sepi, tidak
diperbolehkan melihat video porno, serta memberikan sanksi bagi anak-anak yang
melakukan pelanggaran (Ninik, 2007).
Kesehatan Reprodukasi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja menurut
Adji (2003) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak
semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan, tetapi juga sehat
secara mental serta sosial kultural. Kesehatan reproduksi remaja sulit
dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan, karena gangguan kesehatan
remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem reproduksi.
Berikut adalah beberapa keadaan yang
berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi
remaja.
1. Masalah gizi buruk
- Anemia dan kurang energi kronis (KEK)
- Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan panggul sempit dan beresiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dikemudian hari
2. Masalah pendidikan
- Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
- Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan
- Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan remaja.
- Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.
4. Masalah seks dan
seksualitas
- Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
- Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan seksualitas.
- Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada penularan HIV dan AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks bebas yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan.
- Penyalahgunaan seksual
- Kehamilan remaja
- Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan
5. Masalah perkawinan dan kehamilan
dini
- Ketidakmatangan secara fisik dan mental
- Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
- Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri
- Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman
Alasan Remaja Mengetahui Kesehatan
Reproduksi
Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta
berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi
remaja, disamping juga untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan
yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para
remaja diharapkanmampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa
kehidupan berkeluarga dengan sistem reproduksi yang sehat.
Pengetahuan Dasar Remaja Agar
Kesehatan Reproduksi Optimal
Pengetahuan dasar remaja agar
optimal meurut Adjie(2003) remaja perlu mengetahui tentang hal-hal
berikut.
- Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja).
- Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merecanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya
- Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
- Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
- Pengaruh sosial dan media terhadap prilaku seksual.
- Kekerasan seksual dan bagaimana menghindariya.
- Mengembangkan kemampuan komuikasi berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif.
- Hak-hak reproduksi.
B. Melibatkan Wanita Dalam
Pengambilan Keputusan
Arti pengambilan keputusan
Dalam menjalanikehidupan, manusia
pada hakekatnya selalu membuat keputusan. Pengambilan keputusan menjadi bagian
integral dari kehidupan manusia sehari – hari, untuk menemukan hal – hal yang
terbaik bagi kelangsungan hidupnya. Emory dan Nilan (Harrison,1992) mengatakan
pengambilan keputusan menunjukan pada aktivitas seleksi dan komitmen. Pembuat
keputusan memilih tujuan – tujuan yang disukai, peryataan yang paling masuk
akal, jalan yang masih baik. Ellion (Harrison,1992) mengindikasikan bahwa
pengambilan keputusan, adalah orang yang bertindak sebagai pengambil keputusan,
melakukan perbandingan atas alternatif, termaksuk melakukan evaluasi terhadap
manfaatnya. Kebanyakan dari pengambilan keputusan yang dilakukan individual
berhubungan dengan penyelesaian masalah pribadi, pekerjaan atau masalah sosial.
Dalam kehidupan sehari – hari pada masa remaja melakukan pengambilan keputusan
merupakan hal yang sulit dalam penetapanya karena di usia inilah baru belajar
untuk pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kesehatan reproduksi
.berbeda dengan seseorang yang sudah matang berdasarkan usia dan pengalaman
dalam pengambilan keputusan akan lebih mudah dilakukan diakibatkan sudah
mengetahui resiko pengambilan keputusan tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan kesehatan reproduksi dalam pengambilan keputusan.
- Pendidikan Pendidikan merupakan aspek yang sangat pentinga dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Menurut Todaro, 1999. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan turut menjadi penghambat pengambilan keputusan serta pembangunan ekonomi, yang berarti memperburuk kesejahteraan sosial. Data empiris telah banyak yang menunjukan bahwa pendidikan memiliki hubungan erat dengan fertilitas. Semakin baik tingkat pendidikan yang diterima kaum perempuan, maka tingkat fertilitas (atau kecenderungan untuk mempunyai anak) akan semakin rendah. Pendidikan dengan demikian menjadi elemen kunci untuk menghancurkan lingkungan yang tidak baik meliputi kesehatan anak yang buruk , kinerja pendidik yang rendah, pendapatan yang minim, tingkat fertilitas yang tinggi, serta tingkat kematian bayi. Tingkat pendidikan ibu yang semakin baik diyakini mempengaruhi sumber kualitas sumber daya manusia selama beberapa generasi mendatang.
- Tingkat Ekonomi. Tingkat ekonomi dalam praktiknya sangat nyata bahwa dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan reproduksi. Hal ini tampak nyata khususnya pada saat terjadinya krisis moneter di indonesia, yang kemudian menjadi krisis multi-dimensi yang berkepanjangan hingga saat ini. Krisis mobeter secara nyata berpengaruh kepada merendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok pangan.
- Budaya Patriaki. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih di warnai budaya patriaki, yakni sistem sosial budaya yang dalam tatanan keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, laki – laki mendominasi keputusan – keputusan penting. Hasim, 2001. Mengatakan bahwa patriaki adalah sebuah aturan kehidupan yang hanya disandarkan kepada nilai – nilai yang berkembang dilingkuangan bapak – bapak (laki – laki), sesuai dengan makna kata patriaki. Sistem ini membuat tidak berdaya tidak memiliki “kekuasaan” untuk menolak sesuatu yang menjadi keputusan laki – laki . Koentjaraningrat, 1984, memberi contoh sistem sosial patriaki yang kuat di Indonesia, yakni suku batak toba. Suku ini sangat dikenal dengan sistem patrialineal (menurut garis ayah) yang terkuat di indonesia.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar