Senin, 03 November 2014

MAKALAH PANDUAN STUDI KONSELING TENTANG TEORI RATIONAL EMOTIVE THERAPY (RET)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak rasional atau tidak logis.
Konseling dan psikoterapi merupakan suatu usaha yang profesional untuk membantu atau memberikan layanan kepada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan kata lain konseling dan psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problem solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang konselor perlu didukung oleh pribadi dan keterampilan yang menunjang keefektifan konseling.
Dalam konseling ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh seorang konselor untuk untuk membantu memberikan layanan kepada klien mengenai permasalahanya. Salah satu contohnya adalah apabila klien berfikir yang irasional atau tidak logis, maka seorang konselor bisa menggunakan pendekatan  Rational Emotive Therapy (RET). Terapi ini tujuan utamanya adalah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Seorang konselor berusaha mengajak klien agar semakin menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berfikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.
Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.

1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penulisasn ini adalah bagaimana deskripsi mengenai Teori Rasional Emoty Therapy.

1.3        Tujuan Penulisan
a.      Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa memahami tentang diagnosis epidemiologi perilaku sehingga diharapkan mahasiswa mampu mendeskripsikan mengenai Teori Rasional Emoty Therapy.
b.      Tujuan Khusus
Setelah membuat dan memahami isi makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Mengetahui definisi Teori Rasional Emoty Therapy.
2.      Memahami konsep-konsep dasar dari Rasional Emotif Terapi
3.      Mengerti proses dan teknik dalam Rasional Emotif Terapi
4.      Menjelaskan Teori A-B-C-D.
5.      Menjelaskan Tujuan Rational Emotive Therapy

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1        Pengertian Rational Emotive Therapy (RET)
Istilah Rational Emotive Therapy sukar diganti dengan istilah bahasa Indonesia yang mengena; paling-paling dengan dideskripsikan dengan mengatakan: corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat(rational thinking), berperasaan(emoting), dan berperilaku(acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali caranya berpikir dan memanfaatkan akal sehat.
Pelopor dan sekaligus promotor utama dari corak konseling Rational Emotive Therapy ini adalah Albert Ellis pada tahun 1962. Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk  yang berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti; manusia bebas, berpikir, beernafsu, dan berkehendak.
Rational Emotive Therapy yang menolak pandangan aliran psikoanalisis yang berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat irrasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Rational Emotive Therapy berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat filsafat dan sebagian bersifat psikologis, yaitu :
a)         Manusia adalah makhluk yang manusiawi, artinya dia bukan superman dan juga bukan makhluk yang kurang dari seorang manusia.
b)         Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan, tetapi sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan yang dibuat sendiri.
c)         Hidup secara rasional berarti berpikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa, sehingga kebahagiaan hidup dapat dicapai secara efisien dan efektif.
d)        Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sekaligus untuk hidup secara tidak rasional.
e)         Orang kerap berpegang pada setumpuk keyakinanyang sebenarnya kurang masuk akal atau irrasional, yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan kebudayaan atau diciptakan sendiri.
f)          Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan berbagai lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa.
g)         Bilamana seseorang merasa tidak bahagia dan mengalami berbagai gejolak perasaan yang tidak menyenangkan serta membunuh semangat hidup, rasa-rasa itu bukan berpangkal pada rentetan kejadian dan pengalaman kemalangan yang telah berlangsung, melainkan pada tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu.
h)         Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagian hidupyang lebih baik dengan hidup secara rasional.
i)           Mengubah diri dalam berpikir irrasional bukan perkara yang mudah, karena orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan-keyakinan yang sebenarnya tidak masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan kehilangan berbagai keuntungan yang diperoleh dari perilakunya.
j)           Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada kebahagiaan batinnya sendiri tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari orang lain.
k)         Konselor harus membantu konseli mengubah pikirannya yang irrasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
l)           Diskusi itu akan menghasilkan efek-efek yaitu pikiran-pikiran yang lebih rasional , perasaan yang lebih wajar, dan berperilaku yang lebih tepat dan lebih sesuai.

2.2        Konsep-Konsep Dasar Rational Emotive Therapy
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
  1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
  2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
  3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
   Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
   Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke­sepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me­nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
   Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.


2.3        Rational Emotive Therapy dan Teori Kepribadian
         Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
         Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis menyatakan bahwa "gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah".
         Rational Emotive Therapy(RET) berhipotesis bahwa karena kita tumbuh dalam masyarakat, kita cenderung menjadi korban dari gagasan-gagasan yang keliru, cenderung mendoktrinasi diri dari gagasan-gagasan tersebut berulang-ulang dengan cara yang tidak dipikirkan dan autsugestif, dan kita tetap mempertahankan gagasan-gagasan yang keliru dalam tingkah laku overt kita. Beberapa gagasan irasional yang menonjol yang terus menerus diinternalisasikan dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan kesalahan diri.

2.4        Tujuan Rational Emotive Therapy
         Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy(RET) yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : " meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri merka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
         Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional. Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:
a)      Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
b)      Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
c)      Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
d)     Menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara pikir yang tidak logis itulah penyebab gangguan emosionalnya

2.5        Teori A-B-C tentang Kepribadian
Rational Emotive Therapy dimulai dengan ABC:
·         A adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-ke¬sulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penye¬bab ketidak bahagiaan.
·         B adalah beliefs, yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
·         C adalah consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan--keyakinan kita yang keliru.
Pada dasarnya, kita merasakan sebagaimana yang kita pikirkan. Maka, alangkah lebih baiknya apabila kita selalu memiliki perasaan positif. Tindakan paling efisien untuk membantu orang-orang dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya adalah dengan mengkonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana cara berfikir secara logis, sehingga mengajari mereka untuk mampu mengubah atau bahkan menghapuskan keyakinan-keyakinan irasionalnya.[9]
Ellis menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me¬lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi-kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Dalam pelaksanaan Rational Emotive Therapy ini, terapis harus benar-benar mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga ia bisa memisahkan falsafah hidupnya dan tindak memaksakan keyakinannya pada klien. Disamping itu, terapis juga harus mengetahui timing yang tepat untuk memberikan dorongan pada klien. Terapis harus menghindari terjadinya indoktrinasi atas diri klien. Yang perlu dilakukan terapis hanyalah menyampaikan kepada klien apa yang salah dan bagaimana klien harus mengubahnya menjadi benar.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me¬nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.
Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut.

Ada beberapa jenis “pikiran¬-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya
a)      Mengabaikan hal-hal yang positif,
b)      Terpaku pada yang negatif,
c)      Terlalu cepat menggeneralisasi.

2.6        Fungsi dan Peran Terapis
Aktifitas-aktifitas therapeutic utama Rational Emotive Therapy dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu : membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dagmatis yang rasional dan takhyul yang berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, terapis memiliki tugas-tugas yang spesifik yaitu :
a)      Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku.
b)      Menantang klien untuk menguji gagasan-gagasannya.
c)      Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya.
d)     Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
e)      Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
f)       Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien
g)      Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris, dan
h)      Mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara bepiki sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan iasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekaang maupun masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.

2.7        Teknik-Teknik dan Prosedur-Prosedur Utama
         Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur – prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
a)      Terlibat dalam permainan peran dengan klien.
b)      Menggunakan humor.
c)      Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun.
d)     Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang sesifik bagi
tindakan.
e)      Bertindak sebagai model dan guru.
f)       Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.
g)      Menggunakan "terapi kejutan vebal" atau sarkasme yang layak untuk
mengkonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.
h)      Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
i)        Manusia berfikir, berperasaan dan bertindak secara serentak. Kaitan yang begitu erat menyebabkan jika salah satu saja menerima gangguan maka yang lain akan terlibat sama. Jika salah satu diobati sehingga sembuh, dengan sendirinya yang dua lagi akan turut terobati.
      Atas pandangan itu, walaupun RET lebih menitikberatkan aspek kognitif dalam perawatan, tetapi aspek tingkah laku dan emosi turut diberi perhatian. Oleh sebab itulah dalam RET, terdapat tiga teknik yang besar: Teknik-teknik Kognitif; Teknik-teknik Emotif dan Teknik-teknik Behavioristik.


1.      Teknik-Teknik Kognitif
      Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :
a)      Teknik Pengajaran - Dalam RET, konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b)      Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c)      Teknik Konfrontasi - Konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik.
d)     Teknik Pemberian Tugas - Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.

2.      Teknik-Teknik Emotif
      Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
a)      Teknik Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
b)      Teknik 'Self Modelling' - Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
c)      Teknik 'Assertive Training' - Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.
3.      Teknik-Teknik Behavioristik
      Teknik ini khusus untuk mengubah tingkah laku pelajar yang tidak diingini. Antara teknik ini ialah:
a)      Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b)      Teknik Social Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.
      Berdasarkan kepada penjelasan teknik di atas, dapat dilihat bahawa teknik terapi TRE ini bukan saja terbatas pada sisi konseling, tetapi juga berlaku di luar sesi konseling.

2.8    Kebaikan dan Kelemahan Rational Emotive Therapy ( RET)
·         Kebaikan
a)      Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan itu perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
b)      Kaedah pemikiran logik yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi gejala yang lain.
c)      Klien merasakan diri mereka mempunyai keupayaan intelektual dan kemajuan dari cara berfikir.
·         Kelemahan
a)      Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logik dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu sulit otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
b)      Ada setengah klien yang begitu terpisah dari realita sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
c)      Ada juga klien yang terlalu berprasangka terhadap logik, sehingga sukar untuk mereka menerima analisa logik.
d)     Ada juga setengah klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya di dalam hidupnya, dan tidak mahu membuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.

2.9        Langkah-Langkah Rational Emotive Therapy (RET)
a)      Langkah pertama
      Konselor berusaha menunjukkan bahwa cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alami nya.
b)      Langkah kedua
      Menunjukkan kepada klien bahwa jika ia  mempertahankan perilakunya maka ia akan terganggu dengan cara berpikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di rasakan.
c)      Langkah ketiga
      Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis
d)     Langkah keempat
      Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.











BAB III
HASIL PEMBAHASAN

3.1       Studi Kasus

A.   Identitas Subjek
Nama                 : Inisial ( MT )
Usia                   : 45Tahun
Jenis Kelamin    : Laki-Laki
Suku / Agama    : Bugis Bone / Islam
Pendidikan        : SD
Hoby                  : Main Catur
Pekerjaan           : Nelayan

B. Identifikasi Kasus
1.      Latar Belakang Subjek
MT adalah anak  kedua dari 3 orang bersaudara dari pasangan suami istri bapak AB dan ibu MK. Di usia 5 tahun, ayahMT meninggal dunia karena sakit,jadi yang membiayai hidup dan sekolah MT beserta adik dan kakaknya adalah ibu MT dengan menjual gorengan, diusianya  8 tahun adiknya  juga meninggal karena sakit. Setelah tamat SD MT melanjutkan ke SMP, tetapi tidak Sampai tamat SMP karena ibu MT sudah tidak sanggup membiayai sekolah dan ditambah lagi  jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh butuh waktu sekitar 2 jam bisa sampai disekolah dan karena dulu sekolah jenjang SMP masih jarang sekali. Setelah berhenti sekolah, MT ikut melaut dengan pamannya, agar bisa membantu kebutuhan-kebutuhan keluarganya.
Ketika usia 20 tahun ia dan kakaknya merantau ke tarakan dan diusia 23 tahun ia kembali ke Bone menikah, setelah itu ia membawa istri dan ibunya ketarakan dan menetap sampai sekarang. MT dikaruniai 5 orang anak, didalam keluarganya MT  dikenal sebagai bapak yang tegas dalam mendidik anaknya, jadi anak-anaknya semua penurut dan mau mendengarkan nasehatnya. Dilingkungannya, MT adalah seseorang yang periang dan suka bercanda dengan orang-orang disekitarnya, MT juga dikenal sebagai orang yang bisa memberikan solusi dan nasehat jika ada seseorang disekitarnya lagi bermasalah.pekerjaan  MT adalah sebagai seorang nelayan, jika istirahat dari melaut waktunya disempatkan untuk berkumpul dengan bapak-bapak yang lain bermain catur atau tidak membersihkan perahunya atau peralatan-peralatannya yang dipakai kelaut. Dulu MT pernah mencoba usaha lain dengan berjualan tapi menurutnya ia tidak cocok dengan usaha tersebut, ia merasa lebih cocok pergi kelaut  walaupun pekerjaan melaut hanya bisa menutupi keperluan sehari-hari keluarganya saja, dan memang rata-rata mata pencarian orang-orang disekitarnya adalah nelayan.
2.      Latar Belakang Permasalahan
Bila dilihat dari fisik, tidak terlihat bahwa MT mengalami gangguan, akan tetapi setelah melakukan pendekatan dengan MT ternyata MT mengalami  gangguan yaitu fobia social. masalah ini diawali ketika MT  ke Nunukan, kebetulan bertepatan dengan kampanye pemilihan bupati pada tahun 2004. Ketika itu MT ikut  dengan sepupunya kampanye dilapangan, entah kenapa tiba-tiba MT merasa pusing, sesak nafas, gemetaran, dan yang paling anehnya merasa mual melihat kerumunan orang banyak dan jantungnya berdetak kencang, lalu dia jatuh pingsan dan dilarikan kerumah sakit dan setelah itu ia dipulangkan ketarakan.  Sejak itu sampai sekarang MT menderita penyakit tersebut, bermacam- macam usaha yang dilakukan MT mulai dari berobat kerumah sakit sampai ketempat orang pintar namun tidak kunjung sembuh.
MT tidak tahu sebenarnya yang dideritanya bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah gangguan jiwa yang disebut dengan phobia social. Ia mengira selama ini  menderita sakit jantung atau lemah jantung karena ia seorang yang kuat merokok. Tetapi mungkin juga MT punya potensi penyakit tersebut. Sebenarnya bisa dikatakan gangguan ini merupakan gangguan keturunan dari ibunya, namun sedikit berbeda tetapi sama-sama mengalami gangguan kecemasan, ibu MT phobia dengan nonton TV jika siaran TV menayangkan adegan kekerasan seperti pembunuhan dan perkelahian dan juga secara langsung dengan hanya melihat hal tersebut ibu MT bisa sampai jatuh pingsan.
Pernah ketika dulu, saat itu MT  berencana pulang ke kampung halaman untuk melangsungkan perkawinan anak pertamanya di Bone. Ketika itu pasnaik kapal, kapal yang ditumpangi penumpangnya sangat banyak sekali karena kebetulan selesai lebaran haji kapal hanya satu-satunya dan kapal yang lain di dok. Ketika naik kekapal lagi-lagi jantungnya berdebar- debar, merasa mual, pusing, sesak nafas seperti kejadian yang pernah dialami sewaktu di Nunukan dulu. MT langsung turun dari kapal, ia tidak sanggup melihat begitu banyak orang, padahal tiket sudah dibeli dan akad nikah anak perempuannya tinggal 3 hari, jadi tiket hangus sia-sia, MT tidak melihat pesta pernikahan anaknya dan akad nikah anaknya diwalikan oleh sepupunya yang ada disana. Jadi selama ditarakan, MT jarang sekali keluar jalan-jalan kekota atau menghadiri acara-acara ia lebih memilih dirumah. Ia merasa pusing melihat kendaraan yang lalu –lalang di jalan raya. Jika ia keluar sekalipun  bila ada keperluan mendadak.
MT ternyata pernah mengalami traumatic sewaktu remaja, menurut MT waktu itu ada kerusuhan yang terjadi di kampungnya tepatnya di bone, pada saat itu MT panic melihat banyaknya orang yang membawa senjata tajam dan saling pukul memukul akhirnya banyak orang yang luka parah dan orang yang mati dan berlumuran darah. Sejak kejadian itu, apabila MT melihat kerumunan orang banyak MT spontan merasa sesak nafas, pusing, gemetaran, mual.Traumatik itu sangat sulit dihilangkan MT walaupun MT sudah berusaha sekeras mungkin namun sia-sia saja.

C.    Pendekatan Teori
Fobia SosialKetakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum.ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
Penyebab:
Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kanak-kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan, modeling.
Simtom :
1)      Fisik
Ø  Gemetar pada tangan dan kaki, seperti tremor ketika kecemasan meningkat yang juga disertai gemetar pada saat berbicara.
Ø  Berkeringat terutama pada tangan
Ø  Rasa cemas secara berlebihan yang ditandai dengan adanya serangan panic
Ø  Meningkat ketegangan pada otot, ditandai mudah pegal
Ø  Ingin buang air kecil dalam waktu singkat
Ø  Sering sakit kepala
Ø  Insomnia
Ø  Mudah merasa lelah
Ø  Rasa sesak di dada
Ø  Pusing
2)      Kognitif
Ø  Rasa takut terhadap penilaian orang lain, takut dikritik
Ø  Selalu berpikir negatif, beranggapan bahwa orang lain menilai buruk tentang dirinya
Ø  Kesulitan menemukan ide-ide baru dan cenderung tidak mampu berpikir secara jernih terhadap permasalahan yang dihadapinya.
Ø  Mengisolasi diri
Ø  Merasa dirinya lemah, bodoh dan selalu merasa khawatir
Ø  Merasa dirinya selalu dilihat oleh orang lain
Ø  Rasa takut untuk melihat atau bertemu orang asing
Ø  Merasa dirinya tidak mampu berkompetisi dan berperilaku sebagaimana orang lainnya.
Ø  Menghindari kerumunan atau kumpulan orang ramai/keramaian tertentu saja (secara diagnostik harus dipisahkan kecenderungan dari simtom agoraphobia)
Ø  Ketakutan untuk tampil di depan orang lain atau public
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSMIII), sosial fobia ditandai dengan ciri utama ketakutan yang sifatnya menetap, irasional, yang memaksakan individu menghindari situasi-situasi yang membuat individu tersebut merasa malu diperhatikan oleh orang lain. Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) pada gangguan ini ditekankan pada rasa ketakutan tersebut secara berlebihan dan dengan alasan tidak masuk akal.
Penderita fobia sosial menunjukkan pelbagai perilaku tertentu seperti rasa takut berbicara di depan umum, makan ditempat umum, buang air kecil di toilet umum, atau berbicara sepatah kata pada situasi sosial tertentu, takut menulis sesuatu hal yang dapat dibaca oleh publik (Artinya, mereka lebih suka menyembunyikan tulisan-tulisannya dengan menyembunyikan identitas penulis, biodata dan sebagainya). Pada situasi yang menakutkan bagi dirinya, penderita fobia sosial sering menyalahkan dirinya sendiri, seiring meningkatnya kecemasan juga terjadinya perubahan warna kulit yang memerah, berkeringat dan gemetar.
Kemunculan fobia sosial diduga berawal dari beberapa kondisi dari permasalahan dalam dunia kerja; dimana individu terjebak dalam pekerjaan yang berat -menyulitkan dirinya, ketergantungan atau penyalahgunaan pada obat-obatan, alkoholik dan depresi.(Barlow, DiNardo, Vermilyea dan Blanchard, 1986; Bowen, Cipywnyk, D’Arcy and Keegan, 1984).

D.    Terapi CBT
Berdasarkan ciri-ciri dan gangguan yang dialami MT dan dikaitkan dengan beberapa teori kami menarik kesimpulan bahwa MT mengalami gangguan fobia social. Untuk proses penyembuhan kami menggunakan terapi CBT, karena Terapi CBT merupakan Terapi yang dilakukan melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi CBT menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci CBT adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial.Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional.Seperti yang dirasakan MT bahwa kerumunan orang banyak tidak menutup kemungkinan adalah orang jahat dan akan menyerang kapan-kapan saja. Dengan Terapi kognitif dapat membantu MT untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran MT dan membantu MT untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana kami membantu MT mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga MT bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
Terapi Kognitif Behavioral (CBT), Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia social seperti yang dialami MT, terapi CBT membantu membimbing MT selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga MT mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.

E.     Proses Terapi
Sesi I               : Luahan Rasa
Tempat            : Rumah Subjek
Kegiatan         : Identitas dan Identifikasi Kasus
Konselor :Sebelum kita mulai pembicaraan ini Pertama-tama, kami minta kepada Bapakagar menjelaskan sejujur-jujurnya apa masalah yang bapak  alami. Semuanya akankami rahasiakan. Kami berharap bapak bisa terbuka dan mengatakan apa adanya kepada kami. Dengan begitu, masalah bapak bisa kita atasi lebih cepat sesuai dengan kemampuan kami.
MT : baiklah, kira-kira dari mana dulu bapak harus jelaskan?
Konselor : terima kasih pak, oya mungkin bapak sebutkan dulu identitas bapak dengan lengkap
MT : nama bapak MT, umur kurang lebih 45 tahun, bapak orang bugis dan Alhamdulillah muslim, terus bapak dulu sekolah lulus SD dan lanjut SMP tapi sampai kelas 1 saja. Bapak suka main catur, pekerjaan bapak memukat.
Konselor : orang tua bapak masih ada ?
MT : bapak sudah meninggal kalau ibu masih ada.
Konselor : baiklah pak, kita langsung kepermasalahan yang bapak alami. Kira-kira kenapa bapak bisa merasa ketakutan saat berada ditempat keramaian? Sejak kapan bapak ngalami ketakutan tersebut ?
MT : bapak dulu tidak takut ketempat yang banyak orang, tapi sekarang kalau bapak berada ditengah-tengah orang banyak, bapak merasa kurang aman seperti ada yang menyerang bapak. Bapak takut soalnya waktu bapak masih usia seperti kamu, bapak pernah melihat langsung kerusuhan dikampung bapak. Disana ada banyak orang trus semuanya bawa senjata tajam mereka berkelahi, banyak yang mati, ada yang kepalanya pecah, ada yang tangan sama kakinya patah terus banyak darah.
Konselor : jadi pada waktu kejadian kerusuhan, kira-kira reaksi bapak kayak apa?
MT : yah bapak ketakutan, badannya bapak gemeran, terus bapak sesak nafas, pusing sama kayak mau muntah lihat darah sama kepala orang yang pecah.
Konselor : bapak kan bilang kejadiannya waktu bapak masih muda, jadi bagaimana caranya bapak bisa merantau ketarakan sedangkan dari kampung bapak ketarakan pasti banyak orang lalu lalang dikapal?
MT : itu dia bapak bingung, sejak kejadian kerusuhan itu bapak sering bepergian trus itu bapak tidak merasa ada yang aneh sama bapak. Tapi pada saat ke Nunukan sama sepupunya bapak baru bapak merasa pusing, gemetaran, sesak nafas, keringat dingin, mual. Bapak jadi ingat terus kerusuhan waktu bapak masih muda.
Konselor : berapa kali bapak mengalami hal seperti itu?
MT : sejak kampanye di Nunukan, bapak sudah mengalami banyak kali tapi yang paling parah waktu di Nunukan sama dikapal. Saat itu bapak mau kekampung melangsungkan pernikahan anak bapak yang pertama, waktu naik kapal penyakitnya bapak kembali lagi, bapak mulai keringatan, gemetaran, pusing, rasa mau muntah.Bapak tidak jadi pergi kekampung bapak tidak tahan. Kalau jalan di tengah-tengah kota bapak juga sering pusing, gemetaran tapi bapak masih bisa tahan itupun Cuma sebentar kalau lama bapak langsung muntah.
Konselor :semua itu terjadi, Karena pola pikir bapak yang sering merasa was-was. Sebaiknya bapak berpikir jernih dan bapak seimbangkan pemikiran bapak, bahwa tidak semua kerumunan orang banyak akan terjadi kerusuhan. Dengan seperti itu bapak tidak akan ragu apabila berada ditengah orang banyak.
MT : betul juga yang kamu bilang, memang selama ini bapak selalu berpikir bahwa kalau banyak orang pasti akan terjadi sesuatu yang berbahaya. Bapak terlalu mengingat kejadian yang dulu-dulu.
Konselor :baiklah pak, sebelum kami pulang kami akan berikan beberapa cara yang dapat membuat bapak merasa tenang. Pertama yang harus bapak lakukan yaitu Kontrol pernafasan bapak dengan baik dengancara duduk atau berbaring, usahakan bapak menemukan kenyamanan selama kurang lebih 30 menit. Terus itu sugesti diri bapak sendiri bahwa tidak semua tempat yang banyak orang akan terjadi kerusuhan. Selanjutnya lebih mendekatkan diri kepada tuhan dengan harapan bapak dihindarkan dari bahaya.Terus itu bapak lebih akrab lagi dengan keluarga, sering bercanda atau apalah yang bapak lakukan agar bisa membuat suasana dirumah bapak terasa ramai.
MT : Insya Allah bapak akan usahakan. Bapak berterima kasih sekali dengan kalian.
Konselor :Baiklah pak, pertemuan kita hari ini sampai disini dulu, mudah-mudahan bapak akan ada perubahan. Kami akan kembali lagi minggu depan. Pak bagaimana kalau minggu depan kita langsung ketempat yang ramai orang, melihat apakah ada perubahan yang bapak alami selama seminggu menerapkan cara-cara yang kami berikan kepada bapak?
MT : boleh, kebetulan juga bapak mau beli alat untuk perahu. Minggu depan kalian kesini baru itu kita sama-sama ke THM.
Konselor : baiklah pak, kami pamit pulang.

Sesi II             : Proses Pemulihan
Tempat            :Rumah subjek
Kegiatan         : keseimbangan emosional
Seminggu telah berlalu, hari ini kami akan ke THM dengan MT, kami akan melihat sendiri bagaimana reaksi MT saat berada di pusat keramaian. Dan kami akan melihat apakah pertemuan pertama seminggu yang lalu memberi manfaat kepada MT ataupun tidak ada sama sekali.
Konselor : bagaimana pak, bapak siap berangkat?
MT : insya Allah bapak siap
Konselor : bapak menerapkan ngga cara-cara yang kami berikan?
MT : iya, rasanya bapak terasa lebih tenang
Konselor : baguslah pak, kalau bapak merasa tenang. Memang itu harapan kami
kami berangkat bersama MT dan juga anak MT yang laki-laki, kami naik angkot sampai di THM. Didalam pasar MT kelihatan biasa-biasa saja.Setelah keliling didalam pasar tidak terlihat reaksi yang aneh dari MT, jadi kami mengajak MT dan anaknya berjalan keluar dari pasar, tembus kejalan besar tepat di lampu merah simpang 3. Disana kami merasa panik melihat MT, ternyata apa yang kami takutkan terlihat juga. MT mulai keringatan dan gemetaran saat melihat kendaraan lalu-lalang tapi tidak disertai rasa pusing dan mual, kami menenagkan MT menyuruh MT menarik nafas berulang kali. Kami mengatakan ke MT bahwa dia tidak akan kenapa-napa, akhirnya MT terlihat tenang, kami tidak lama disana, MT mengajak kami pulang, alat yang ingin dibeli akhirnya tidak jadi dibeli.
Tidak lama kemudian kami sudah sampai dirumah MT, MT terlihat kelelahan seperti orang yang baru selesai mengangkat benda berat.
Konselor : gimana pak, bapak baik-baik aja kan?
MT : iya bapak tidak apa-apa.
Konselor : pak, bagaimana kalau minggu depan kita jalan-jalan dengan keluarga bapak ke pantai amal minggu depan, kebetulan minggu depan kan ada acara adat tidung?
MT : boleh, sekalian bapak mau biasakan diri berada dikeramaian. Siapa tau bapak bisa sembuh.
Konselor : baiklah pak, mungkin pertemuan kita pada hari ini sampai disini dulu, Insya Allah kita lanjutkan minggu depan. Jadi bapak sering-sering latihan ke pinggir jalan besar, dengan begitu bapak akan terbiasa.

Sesi III            : Proses Pemulihan
Tempat            : Pantai Amal
Kegiatan         : keseimbangan emosional
jika minggu lalu kami membawa MT ke THM ternyata rasa takut dengan tempat keramaian, akhirnya reaksi ketakutannya terlihat namun hal itu masih bisa ditahan. Jadi minggu ini kami ingin melanjutkan terapi kami terhadap MT, kami akan melihat apakah terjadi perubahan yang banyak kepada MT setelah seminggu yang lalu kami memberi terapi kepada beliau. Kami memilih Pantai amal karena bertepatan dengan diadakan acara adat suku tidung, di minggu ini pantai amal akan dibanjiri orang-orang yang akan menyaksikan acara tersebut. Jadi acara ini merupakan waktu yang tepat untuk menerapi MT.
Sesampai dipantai amal, kejadian yang dialami MT minggu lalu kembali terjadi pada diri MT, MT mulai berkeringat dingin, tangannya gemetaran.MT mengeluh merasa pusing dan terasa ingin muntah.Kami berusaha menenangkan MT, dengan menyuruh MT menarik nafas panjang dan melepaskan dengan perlahan.Karena MT sudah terlihat pucat, kami memutuskan mengajak MT kekontrakan kami.
Setelah sampai dikontrakan, MT sudah mulai tenang.Tidak lama kemudian MT mengajak kami untuk kembali ke Pantai, karena jarak kontrakan ke pantai tidak terlalu jauh, kami berjalan kaki saja.Disepanjang jalan kami selalu mengajak MT untuk ngobrol, akhirnya MT tidak sadar kalau dia sudah berada diantara kerumunan orang banyak.Rekasi MT kembali berkeringat dan gemetaran tapi tidak separah pertama sampai.Kami membelikan minuman kepada MT, kami menyuruh MT minum dan menarik nafas panjang dan melepaskan dengan perlahan. MT mengatakan kepada kami dia sudah merasa sedikit lega namun rasa pusingnya juga masih ada, akan tetapi MT berusaha menahan.
Kami dan keluarga MT jalan-jalan dikerumunan orang banyak, namun MT tetap kami apit dengan begitu MT bisa merasa dirinya selamat.MT mengatakan baru kali ini dia ketempat dimana dibanjiri orang, selama mengalami trauma di Nunukan.MT mengatakan bahwa semua ini berkat kami telah menerapi MT, walaupun rasa pusing, gemetaran, rasa mual MT masih ada tapi semua itu sudah tidak separah dulu, MT sudah bisa menahan sedikit demi sedikit. MT membutuhkan proses yang lama untuk kembali normal menjalani semua ini. Setelah berada di pantai kurang lebih 1 jam, MT mengajak pulang, sebelumnya kami ingin membuat pertemuan sekali lagi dengan MT untuk melihat perkembangan MT lebih jauh. MT setuju, dan menyuruh kami kerumahnya minggu depan.

Sesi IV            : pertemuan terakhir
Tempat            : Rumah Subjek
Kegiatan         : pengisian Tabel
Minggu ini merupakan pertemuan terakhir kami dengan MT, kami akan memberikan tabel untuk di isi MT, tentang perubahan apa yang rasakan MT selama kami menerapi MT.
Konselor : Pak bagaimana kabar apak hari ini?
MT : Alhamdulillah baik
Konselor : gimana pak, ada perubahan tidak yang bapak alami selama beberapa kali bertemu dengan kami
MT : Alhamdulillah nak, bapak sudah bisa jalan ketempat yang banyak orang, bapak masih rasa pusing tapi bapak sudah bisa tahan tidak seperti dulu.
Konselor : baguslah kalau bapak merasa ada perubahan, kami mau memberikan bapak kertas, nanti kertas itu di isi sesuai apa yang bapak rasakan, kalau memang bapak merasa tidak ada perubahan yang bapak rasakan bapak isi saja kalau bapak tidak mengalami perubahan sama sekali selama kami terapi
MT : iya
Sesi I
Tempat : rumah subjek
LUAHAN RASA
KET.
Tidak ada perubahan

Sedikit tenang

tenang

Sesi II
Tempat : simpang 3
PROSES PEMULIHAN

Tidak ada Perubahan

Sedikit tenang

tenang

Berkeringat dingin

Pusing

Gemetaran

Sesak nafas

Mual

Sesi III
Tempat : pantai amal lama
PROSES PEMULIHAN

Tidak ada perubahan

Sedikit tenang

Berkeringat dingin

Pusing

Gemetaran

Sesak nafas

Mual


F.     Kesimpulan
MT merupakan sosok seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya, suami yang baik bagi Istrinya, tetangga yang baik bagi tetangga lainnya.Namun tidak dapat dipercaya bahwa MT mengalami gangguan fobia social, gangguan ini disadari waktu MT ke Nunukan. Setelah ditelusuri ternyata MT pernah mengalami traumatic sewaktu MT masih muda, dan itu kampuh setelah sekian lama MT  mengalami trauma sewaktu mudanya. Akhirnya kami melakukan terapi kepada MT, setelah beberapa kali melakukan terapi, MT mengaku bahwa MT mengalami perubahan lebih baik dibandingkan sebelum melakukan terapi. Namun terapi ini belum sepenuhnya membuat MT berubah 100% karena waktunya sangat singkat sedangkan MT membutuhkan proses yang lama untuk menghilangkan fobia sosialnya.




























BAB IV
PENUTUP

4.1        Kesimpulan
a)      Rational Emotive Therapy (RET) adalah pendekatan konseling yang mementingkan berfikir rasional sebagai tujuan terapeutik, menekankan modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang telah merusak berbagai konsekuensi emosional dan tingkah laku. Atau pendekatan konseling yang mengajak klien untuk menggantikan ide-ide yang tidak rasional dengan ide yang lebih rasional untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya. Teori ini mucul dan berkembang pada tahun 1950-an oleh Albert Ellis, seorang ahli clinical psychology (psikologi klinis).
b)      Rational Emotive Therapy (RET) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan jahat. Manusia sehat menurut RET adalah jika seseorang telah berfikir rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis. Sedangkan manusia tidak sehat menurut RET adalah jika seseorang itu berfikir yang tidak rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional.
c)      Fungsi konselor dalam Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak dan membuka ketidaklogisan pola berfikir klien dan membantu klien mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang. Sedangkan peran konselor dalam proses konseling rasional emotif adalah menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh cara berfikirnya yang tidak logis, meyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri, berperan mengajak klien untuk menghilangkan cara berfikir dan gagasan yang tidak rasional, dan mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional.

d)     Berberapa teknik konseling rasional emotif, yakni:
·         Teknik pengajaran
·         Teknik konfrontasi
·         Teknik persuasive
·         Teknik pemberian tugas


























DAFTAR PUSTAKA

Dhiyan, 2008. Terapi rasional emotif. [Online] Available at: http://dhiyan-psikologiasyik.blogspot.com [Accessed 1 Mei 2014].
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Hijriani, S., 2008. Rational Emoted Theory. [Online] Available at: http://susanhijriani.blogspot.com [Accessed 1 Mei 2014].

Anon., 2008. Scribd. [Online] Available at: http://www.scribd.com/doc/76026377/Model-model-konseling-rasional emotif-terapi [Accessed 1 Mei 2014].
Titah, 2011. Bimbingan Dan Konseling Rational. [Online] Available at: http://titah8221.blogspot.com/2011/10/bimbingan-dan-konseling-rational.html
[Accessed 1 Mei 2014].





Tidak ada komentar: