PROPOSAL
PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN
PELAKSANAAN MOBILISASI DINI DI RS. IBU DAN ANAK
BADRUL AINI BROMO
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu kualitas sumber
daya manusia di setiap Negara. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan
pembangunan kesehatan adalah dari tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) di
setiap Negara. Menurut World Organization Helath (WHO) di seluruh dunia setiap
menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan,
persalinan dan nifas. Dengan kata lain 1400 perempuan meninggal setiap hari
atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan,
persalinan dan nifas (Riswandi, 2005).
Berdasarkan
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia masih
cukup tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar
kematian ibu yaitu perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, dan lain-lain 11%
(Depkes Rl, 2007). Infeksi merupakan penyebab terbesar ketiga kematian pada ibu
dan terjadi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Salah satu penyebab
terjadinya infeksi pada masa nifas adalah karena sub involusio uteri dan
thrombosis vena (Bahiyatun, 2009).
Berdasarkan
profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (DINKES PROV-SU) tahun 2007,
diketahui bahwa AKI pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 349 per
100.000 kelahiran hidup. Dimana persentase jumlah kematian ibu maternal adalah
23% pada masa kehamilan, 59% pada masa persalinan, dan 18% pada masa nifas
(Dinkes Prov-Su, 2007).
Pada
masa nifas ibu berpeluang untuk terjadinya kematian maternal, sehingga perlu
mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas. Sesudah bersalin, ibu tidak boleh
berbaring terus menerus, walaupun letih dan masih merasakan sakit. Ibu
dianjurkan mobilisasi 2 jam sesudah melahirkan, misalnya miring kiri/kanan,
duduk, turun dari tempat tidur dan berjalan sendiri.
Mobilisasi
dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal
itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Mobilisasi sangat penting dalam
percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama
seperti terjadinya thrombosis vena, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh
tubuh dan sirkulasi darah, subinvolusio uteri dan pernapasan terganggu (Lia,
2008). Di Puskesmas Jabon
Jombang, Jakarta Timur terdapat 43% ibu nifas mengalami subinvolusi uteri
karena tidak melakukan mobilisasi dini (Wahyuni, 2011). Dan sebanyak 37,5% ibu
nifas mengalami penyembuhan luka perineum yang lambat karena tidak melakukan
mobilisasi dini di Puskesmas Singosari, Malang (Dewi, 2011).
Menurut
hasil penelitian oleh Astika Umi Rahayu di RSUD Surakarta didapat hasil ibu
nifas berpengetahuan rendah sebanyak 12 orang (74,62%) tentang manfaat
mobilisasi dini.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Metha Sri Dwi Yani tahun 2012, Hubungan
Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mobilisasi Dini dengan Tindakan Mobilisasi
Dini diperoleh hanya sebagian kecil ibu (36,8%) yang melakukan tindakan
mobilisasi dini.
Berdasarkan
survey awal yang dilakukan di RSIA Badrul Aini Bromo 2013 pada bulan April
terdapat 10 ibu nifas yang diwawancarai, didapatkan hanya 20% ibu nifas yang
melakukan mobilisasi dini dan 80% ibu nifas yang tidak melakukan mobilisasi
dini, karena menganggap mobilisasi dini dapat menyebabkan peranakan turun dan
terbukanya jahitan perineum. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu kurang
dan sikap ibu yang tidak mendukung terhadap pelaksanaan mobilisasi dini.
Berdasarkan
survey di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
"Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini dengan
Pelaksanaan Mobilisasi Dini di RSIA Badrul Aini Bromo Tahun 2013".
B.
Perumusan Masalah
Adapun
perumusan masalah yang diambil sebagai berikut, "Adakah Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini dengan Pelaksanaan
Mobilisasi Dini di RSIA Badrul Aini Bromo Tahun 2013?"
C.
Tujuan Penelitian
C.
1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini
dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini di RSIA Badrul Aini Tahun 2013.
C.
2 Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui distribusi pengetahuan ibu nifas tentang pelaksanaan mobilisasi dini
di RSIA Badrul Aini Tahun 2013.
b.
Untuk
mengetahui distribusi sikap Ibu Nifas tentang pelaksanaan mobilisasi dini di
RSIA Badrul Aini Tahun 2013.
c.
Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas dengan pelaksanaan mobilisasi dini di
RSIA Badrul Aini Tahun 2013.
d.
Untuk mengetahui hubungan sikap ibu nifas
dengan pelaksanaan mobilisasi dini di RSIA Badrul Aini Tahun 2013
D.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Penelitian
Untuk
menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama mengikuti pendidikan Politeknik Kesehatan Jurusan Kebidanan
Medan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai
dokumentasi perpustakaan, memberi tambahan informasi untuk melengkapi bahan
pustaka, dan sebagai perbandingan bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi Ibu Nifas
Sebagai
bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang
pelaksanaan mobilisasi dini sehingga dapat memperbaiki di masa yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.
1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
merupakan hasil dari apa yang didapatkan secara formal maupun informal.
Pengetahuan formal ini diperoleh dari pendidikan sekolah, sedangkan pendidikan
informal diperoleh dari luar sekolah seperti lingkungan keluarga, orang lain
dalam pergaulan sehari-hari dan dapat juga diperoleh dari media informasi yaitu
media cetak, seperti buku, majalah, dan media elektronik seperti televisi,
radio, dan internet (Notoatmodjo, 2007).
Menurut
Notoatmodjo 2007, pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
6 (enam) tingkatan, yakni:
1.
Mengetahui
(know)
Mengetahui
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2.
Memahami
(comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
3.
Aplikasi
(application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4.
Analisis
(analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bahan) terhadap pengetahuan atas
objek tertentu.
5.
Sintesis
(synthesis)
Sintesis
menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian datam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain syntesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formufasi yang ada.
6.
Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek penelitian tersebut didasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Dalam memperoleh
pengetahuan, juga ada
beberapa cara yang digunakan menurut Notoatmodjo (2010),
yaitu sebagai berikut
1.
Cara
Tradisional untuk Memperoleh pengetahuan
a.
Cara
coba salah (trial and error)
Cara
coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b.
Cara
kekuasaan atau otoritas
Dimana
pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan atau otoritas, baik tradisi,
otoritas pimpinan agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c.
Berdasarkan
pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu.
d.
Secara
Kebetulan
Cara ini
terjadi secara kebetulan karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
e.
Melalui
Jalan Pikiran
Yaitu
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
f.
Kebenaran
secara Intuitif
Hal ini
diperoleh manusia secara cepat melalui proses di luar kesadaran tanpa melalui
proses penalaran atau berfikir.
g.
Cara
akal sehat (Common Sense)
Akal
sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau
kebenaran.
h.
Kebenaran
Melalui Wahyu
Yaitu
suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas
dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini
diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha
penataran atau penyelidikan manusia.
2.
Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara
baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. Dalam melakukan
pengukuran pengetahuan, yakni dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan yang tertulis
atau angket sesuai dengan materi yang ingin diukur dari subjek atau responden.
(Notoatmodjo, 2007).
A.
2 Pengertian Sikap
Sikap
merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
Sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar,
2011).
Menurut
Notoatmodjo (2007), sikap dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu :
1.
Menerima
(receiving)
Menerima
diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2.
Merespon
(responding)
Memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
3.
Menghargai
(valuing)
Mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4.
Bertanggung
jawab (responsible)
Bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan sikap yang paling
tinggi.
Menurut Sunaryo
(2004), ada 2
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pegubahan
sikap adalah faktor internal dan ekstemal.
1.
Faktor internal
adalah berasal dari dalam individu itu sendiri.
Dalam
hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang
dari Iuar, serta menentukan mana yang diterima atau tidak diterima. Sehingga
individu merupakan suatu penentu pembentukan sikap. Faktor internal terdiri
dari faktor motif, faktor psikologis, dan faktor fisiologis.
2.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
Iuar individu berupa stimulus untuk mengubah dan membentuk sikap.
Stimulus
tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor eksternal terdiri
dari faktor pengalaman, situasi, norma, hambatan, dan pendorong.
Menurut
Azwar (2011) faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :
1.
Pengalaman
Pribadi
Apa yang
telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan
kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
2.
Pengaruh
Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang
lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang
kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita,
akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara
orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, teman
dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-lain.
3.
Pengaruh
Kebudayaan
Kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya
kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudahkan
dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
4.
Media
Massa
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar daiam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu
hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5.
Lembaga
Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga
pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajarannya.
A. 3 Praktek atau Tindakan
Agar
sikap menjadi suatu tindakan yang
nyata, diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain, adanya sarana dan prasarana atau fasilitas. Menurut Budiharto (2010), praktek atau tindakan memiliki beberapa
tingkatan yaitu :
1.
Presepsi,
merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
2.
Respon
Terpimpin, adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar, sesuai dengan contoh yang diberikan.
3.
Mekanisme,
adalah bila seseorang mampu melakukan sesuai dengan benar dan otomatis atau
sudah merupakan kebiasaan.
4.
Adaptasi,
adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakannya sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan yang
dimaksudkan.
Pengukuran
tindakan dapat diiakukan secara tidak langsung yaitu melalui wawancara terhadap
kegiatan yang telah diiakukan beberapa waktu sebelumnya atau secara langsung
dengan mengamati tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran tindakan ini
sering mengalami kesulitan jika responden harus mengingat kegiatan yang sudah
lama dikerjakan (Budiharto, 2010).
Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan,
atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
A.
4 Pengertian Nifas
Masa
nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ reproduksi
telah kemballi seperti keadaan sebelum hamil yang beriangsung selama kurang
lebih enam minggu (Saleha, 2009). Definisi menurut WHO, pasca partum/
postnatal/ puerperium adalah mulai sejak satu jam setelah plasenta lahir sampai
akhir minggu ke 6 atau berlangsung selama 42 hari (Manuaba, 2008).
Masa
nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan,
dan pengembalian alat-alat kandungan atau reproduksi seperti sebelum hamil yang
lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (Jannah, 2011).
A.
5 Periode Nifas
Menurut
Bobak (2008), periode nifas terdiri dari:
1.
Immediate
Puerperium
Immediate
puerperium adalah masa
segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan.
2.
Early
Puerperium
Early
puerperium adalah masa 1
hari sampai 7 hari setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan.
3.
Late
Puerperium
Late
puerperium adalah masa 1
minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.
A.
6 Tahapan Masa Nifas
Menurut
Wulandari dan Handayani (2011), tahapan masa nifas meliputi:
1.
Puerperium
dini
Masa
kepulihan antara ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.
Puerperium
intermedial
Masa kepulihan
menyeluruh organ-organ
genetalia, kira-kira antara 6-8 minggu.
3.
Remote
puerperium
Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempuma, terutama apabila ibu selama
hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
Sebagai
catatan waktu untuk sehat sempuma bisa cepat bila kondisi sehat prima atau juga
bisa berminggu-minggu, bulan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan
lainnya (Suherni, 2008).
Menurut
Haumah (2010), secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas
yaitu sebagai berikut:
1.
Pengecilan
rahim atau involusi
Rahim
adalah organ tubuh yang spesifik dan unik, karena dapat mengecil serta membesar
dengan menambah dan mengurangi jumlah selnya. Pada wanita yang tidak hamil,
berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran kurang lebih sebesar telur ayam.
Selama kehamilan rahim semakin lama akan makin membesar.
Bentuk
otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat-seratnya yang melindungi
kanan, kiri, dan transversal. Di antara otot-otot itu ada pembuluh darah yang
mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plasenta lepas, otot rahim akan
berkontraksi atau mengerut hingga pembuluh darah terjepit dan perdarahan
berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan
dapat diraba kira-kira setinggi 2 jari di bawah umbilicus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya sekitar 300 gram dan
tidak dapat diraba lagi.
Secara
alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan kebentuk semula. Setelah 6
minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat ini dianggap bahwa masa
nifas sudah selesai.
Sebenarna
rahim akan kembali keposisinya yang normal dengan berat 30 gram dalam waktu 3
bulan ini, bukan rahim saja yang kembali normal, tetapi juga kondisi ibu secara
keseluruhan.
2.
Kekentalan
darah (hemokonsentrasi) kembali normal.
Selama
hamil, darah ibu relatif encer karena cairan darah ibu banyak. Sementara sel
darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobinnya ( Hb ) akan
tampak sedikit menurun dan angka normalnya sebesar11-12 gr%.
Jika
hemoglobinnya terlalu rendah, maka bisa anemia atau kekurangan darah. Oleh
karena itu, selama itu perlu diberi obat-obatan penambah darah, sehingga
darahnya bertambah dan konsentrasi darah hemoglobinnya normal atau tidak
terlalu rendah. Setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti
semula. Darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan cairan
darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 pasca
persalinan.
3.
Proses
laktasi atau menyusui
Proses
laktasi ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon
penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah
plasenta lepas hormon plasenta tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi
ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, hal yang luar biasa adalah
sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi,
karena mengandung zat kaya gizi dan antibody pembunuh kuman.
A.
7 Kebijakan Program Nasional Masa
Nifas
Paling
sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi,
dan menangani masalah yang terjadi. Kunjungan masa nifas, yaitu:
1.
Kunjungan
6-8 jam setelah persalinan, tujuannya :
a.
Mencegah
perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.
b.
Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut.
c.
Memberi
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara mencegah
perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.
d.
Pemberian
ASI awal.
e.
Melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f.
Menjaga
bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia.
g.
Petugas
kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi lahir selama
2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2.
Kunjungan
6 hari setelah persalinan, tujuannya :
a.
Memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.
Menilai
adanya demam.
c.
Memastikan
agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d.
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit.
e.
Memberi
konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
3.
Kunjungan
2 minggu setelah persalinan, tujuannya :
a.
Memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.
Menilai
adanya demam.
c.
Memastikan
agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d.
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit.
e.
Memberi
konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
4.
Kunjungan
6 minggu setelah persalinan, tujuannya :
a.
Mengkaji
tentang kemungkinan penyulit pada ibu.
b.
Memberi
konseling keluarga berencana (KB) secara dini.
A.
8 Kebutuhan Dasar dalam Masa Nifas
Menurut
Bahiyatun (2009) ada tujuh kebutuhan ibu nifas antara lain :
1.
Nutrisi
dan Cairan tubuh
Ibu
nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah
konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori
perhari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan perhari ditingkatkan sampai
3000 ml (susu 1000 ml), suplemen zat besi dapat diberikan pada ibu nifas selama
4 minggu pertama setelah kelahiran.
Gizi ibu
menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu. Kebutuhan
gizi yang perlu diperhatikan antara lain:
a.
Makanan
dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya.
b.
Banyak
minum, setiap hari minum lebih dari 6 gelas
c.
Makan-makan
yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis atau kimia untuk menjaga
kelancaran pencernaan.
d.
Batasi
makanan yang berbau keras.
e.
Gunakan
makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau.
f.
Diet
dalam masa nifas harus bergizi, bervariasi dan seimbang.
Diet ini
seharusnya tinggi kalori. Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung
50-60% karbohidrat, lemak sebesar 25-35% dari total makanan, jumlah protein 10-15%
zat besi, dan vitamin.
g.
Eliminasi
Bidan
harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan mempalpasi dan mengauskultasi abdomen,
terutama pada post
seksio sesaria. Rangsangan untuk
berkemih dapat diberikan dengan rendam duduk ( sith bath ) untuk mengurangi oedema dan relaksasi sfingter,
lalu kompres hangat atau dingin. Jika perlu pasang kateter sewaktu.
h.
Hygiene
Sering
membersihkan perineum akan meningkatkan rasa nyaman dan mencegah infeksi.
Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah
membersihkan perineum, berkemih atau defekasi. Pada masa post partum ibu rentan
terhadap infeksi. Karena itu menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah
infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungannya.
i.
Istirahat
Ibu
nifas membutuhkan tidur dan istirahat yang cukup. Setelah selama sembilan bulan
ibu mengalami kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat, banyak
keadaan yang menganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan, ibu
membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan keadaannya. Seorang wanita
dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu lebih banyak untuk istirahat
karena dalam proses penyembuhan, terutama organ-organ reproduksi dan untuk
kebutunan menyusui bayinya. Jika ibu kurang beristirahat dapat menganggu
produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidakmampuan merawat bayi.
j.
Seksualitas
Seksualitas
ibu nifas dipengaruhi oleh derajat rupture
perineum dan penurunan hormon steroid
setelah persalinan. Keinginan seksual ibu menurun karena kadar hormon rendah,
adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur).
k.
Latihan
dan senam nifas
Tujuan
latihan pasca melahirkan adalah :
Menguatkan
otot-otot perut sebingga menghasilkan bentuk tubuh yang baik.
Mengencangkan dasar
panggul sehingga mencegah
atau memperbaiki inkontinensia
stress.
Membantu
memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh.
A.
9 Pengertian Mobilisasi Dini
Mobilisasi
dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari
tempat tidumya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Jannah, 2011).
Mobilisasi
dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada
persalinan normal baiknya mobilisasi dini dikerjakan setelah 2 jam, ibu boleh
miring kiri atau miring kanan untuk mencegah adanya thrombosis (Dewi, 2011).
Mobilisasi
dini adalah beberapa jam setelah melahirkan segera bangun dari tempat tidur dan
bergerak agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkermih dan buang air besar
juga dapat teratasi (Anggraini, 2010).
Dari
defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan arah membimbing penderita
untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi dini tidak dibenarkan pada
ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru,
demam, dan sebagainya (Saleha, 2009).
A.
10 Manfaat Mobilisasi Dini
Menurut
Jannah (2011), keuntungan mobilisasi dini antara lain :
1.
Penderita
merasa lebih kuat dan sehat.
2.
Faal
tubuh dan kandung kemih menadi lebih baik.
3.
Memungkinkan
bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.
4.
Lebih
sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis).
Menurut
Dewi (2011), keuntungan mobilisasi dini antara lain :
1.
Ibu
merasa lebih sehat dan kuat.
2.
Faal
usus dan kandung kemih lebih baik.
3.
Kesempatan
yang baik untuk mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya.
4.
Tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal.
5.
Tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy
atau luka di perut.
6.
Tidak
memperbesar kemungkinan prolabs atau retrofleksi.
A.
11 Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini
Menurut
Lia (2009), kerugian tidak melakukan mobilisasi dini antara lain:
1.
Peningkatan
suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi, salah satu tanda infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh.
2.
Perdarahan
yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik, sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.
Karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
3.
Involusi
uteri yang tidak baik, apabila tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat
pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi
uterus.
A.
12 Rentang Gerak Mobilisasi Dini
Menurut
Lia (2009), dalam mobilisasi dini terdapat tiga rentang gerak yaitu:
1.
Rentang
gerak pasif
Rentang
gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien.
2.
Rentang
gerak aktif
Hal ini
untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3.
Rentang
gerak fungsional
Berguna
untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
Tahapan-tahapan
mobilisasi dini:
Umumnya
wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung
lama, karena ibu harus cukup beristirahat, dimana ibu harus tidur telentang
selama 2 jam post partum untuk
mencegah perdarahan post partum. Kemudian ibu boleh miring ke kiri dan
ke kanan untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Lalu
belajar duduk setelah dapat duduk, lalu dapat jalan-jalan dan biasanya boleh
pulang. Mobilisasi dini ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Sebaiknya ibu nifas dapat
melakukan mobilisasi dini setelah kondisi fisiknya mulai membaik.
Menurut
Ifafan (2010), mobilisasi dini dilakukan secara bertahap yaitu :
1.
Miring
kiri / miring kanan setelah 2 jam post partum.
2.
Duduk
sendiri setelah 6-8 jam post partum.
3.
Berjalan
setelah 12 jam post partum.
B. Kerangka Konsep
Adapun
kerangka konsep penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas
tentang Mobilisasi Dini dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Di RSIA Badrul Aini
Bromo Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Bagan 1
Kerangka
Konsep
Variabel Independen Variabel
Dependen
-
Pengetahuan
-
Sikap
|
Pelaksanaan
Mobilisasi Dini
|
Berdasarkan
kerangka konsep di atas, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah
Pengetahuan dan Sikap, sedangkan variabel dependen dalam peneiitian ini adalah
Pelaksanaan mobilisasi dini.
C. Definisi Operasional
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui oleh ibu nifas tentang mobilisasi dini ibu nifas.
Pengetahuan ibu nifas dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dan dinilai
berdasarkan angka yang didapatkan dari jumlah jawaban yang benar dari kuesioner
yang telah dibagikan. Pertanyaan yang digunakan berjumlah 15 pertanyaan, setiap
jawaban yang benar diberi score 1 dan jawaban yang salah diberi score 0.
Dengan
kategori penilaian sebagai berikut:
a.
Baik : Jika responden benar menjawab
pertanyaan dengan score 8-15
dari 15 pertanyaan.
b.
Kurang : Jika responden benar menjawab pertanyaan
dengan score 0-7
dari 15 pertanyaan.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
2.
Sikap
Sikap
merupakan respon ibu nifas dalam melakukan pelaksanaan mobilisasi dini. Sikap ibu nifas dapat
diukur menggunakan kuesioner dengan skala Likert, pertanyaan yang digunakan
berjumlah 10 pertanyaan, terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 5 pertanyaan
negatif. Score penilaian untuk pertanyaan positif adalah SS : 4, S: 3, TS: 2,
STS: 1 dan score penilaian untuk pertanyaan negatif adalah SS :1, S : 2, TS :
3, STS : 4.
Dengan
kategori penilaian sebagai berikut:
a. Positif apabila jawaban benar dengan
score 26-40 dari 10 pertanyaan.
b. Negatif apabila jawaban benar dengan score
10-25 dari 10 pertanyaan.
Alat
ukur : Kuesioner
Skala
ukur : Ordinal
3.
Pelaksanaan
Mobilisasi Dini
Pelaksanaan
mobilisasi dini merupakan tindakan atau praktek mobilisasi dini ibu nifas
segera setelah melahirkan. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat diukur menggunakan
kuesioner dengan skala Guttman, pertanyaan yang digunakan berjumlah 3
pertanyaan, setiap jawaban ya diberi score 1
dan jawaban tidak diberi score 0.
Dengan
kategori penilaian sebagai berikut:
a.
Dilakukan
apabila jawaban benar dengan score 2-3 dari 3 pertanyaan.
b.
Tidak
dilakukan apabila jawaban benar dengan score 0-1 dari 3 pertanyaan. Afat
ukur : Kuesioner
Skala
ukur : Nominal
D. Hipotesis Penelitian
Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a.
Ada hubungan
pengetahuan ibu nifas
tentang mobilisasi dini
dengan pelaksanaan mobilisasi dini.
b.
Ada
hubungan sikap ibu nifas dengan pelaksanaan mobilisasi dini.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan tujuan untuk
menemukan ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu nifas
tentang mobilisasi dini dengan pelaksanaan mobilisasi dini dengan metode
pendekatan cross sectional yaitu
pengukuran variabel independen dan dependen diteliti secara bersamaan dalam
satu waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.
1 Lokasi Peneiitian
Penelitian
ini dilakukan di RSIA Badrul Aini Bromo, adapun pertimbangan memilih lokasi
penelitian ini adalah :
-
Dijumpai
kasus bahwa masih terdapat ibu-ibu nifas yang tidak melakukan mobilisasi dini segera
setelah melahirkan di RSIA Badrul Aini.
-
Belum
pernah dilakukan peneiitian yang sama di RSIA Badrul Aini.
-
Lokasi
peneiitian ini tidak terlalu jauh dan tidak suiit untuk dijangkau sehingga
dapat meminimalkan anggaran dan memaksimalkan waktu peneiitian.
-
Banyaknya
ibu nifas yang melahirkan normal di RSIA Badrul Aini.
A. 2
Waktu Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2013.
Penelitian ini dimulai dari pengajuan judul pada bulan Februari 2013 kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan proposal pada akhir Februari-Mei 2013 dilanjutkan
dengan pengumpulan data pada bulan Mei-Juni 2013 dan pengolahan data pada akhir
Juli 2013.
C. Populasi dan Sampel Peneliitian
C.
1 Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan secara normal di RSIA
Badrul Aini periode Januari s/d Maret 2013 yaitu sebanyak 140 orang.
C. 2 Sampel
Sampel
adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
Dimana:
n : Besar sampel
d : Ketetapan
yang diinginkan (0,1)
N : Besar populasi
Maka
yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 58 orang.
Untuk
menentukan siapa saja yang dijadikan responden dalam penelitian ini menggunakan
metode Accidental Sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden yang dirawat di RSIA Badrul Aini sesuai dengan konteks penelitian.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1 Jenis Data
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh / diambil oleh peneliti dengan
menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh / diambil oleh peneliti dari data yang sudah ada, sebelum mengambil
data responden, terlebih dahulu peneliti meminta persetujuan Pimpinan Rumah
Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini untuk meneliti di Rumah Sakit tersebut.
D.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden dimana sebelumnya
responden diberikan penjelasan tentang cara menjawab wawancara dari peneliti, serta
meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed
consent) dan menjawab bila ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh
responden, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan alat instrument
kuesioner dan setelah selesai melakukan wawancara, kuesioner dikumpulkan dan
dilakukan pengolahan data.
E. Pengolahan Data dan Analisa Data
E.1 Pengolahan data
Data
yang telah ditentukan dioiah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Editing yaitu dilakukan untuk memeriksa
kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga
pegolahan data dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti,
kemudian data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengukuran, jika terdapat
kesalahan-kesalahan atau kekurangan pada pengumpulan data maka diperbaiki,
diperiksa kembali dan diiakukan pendataan ulang.
2.
Coding yaitu dengan
membuat kode dalam
rangka mempermudah perhitungan.
Data yang telah diperoleh nantinya akan diubah ke dalam bentuk angka (kode).
Kode untuk
skor pengetahuan :
Kode 0 :
pengetahuan kurang
Kode 1 :
pengetahuan baik
Untuk
skor sikap:
Kode 0 :
sikap negatif
Kode 1 :
sikap positif
Untuk
skor peiaksanaan mobilisasi dini
Kode 0 :
tidak diiakukan
Kode 1 :
diiakukan
3.
Tabulating
yaitu setelah diiakukan
pengkodean pada semua data selanjutnya data diolah dengan menggunakan program
komputerisasi.
E.2 AnaIisis Data
1.
Analisis
Univariate
Menjelaskan
atau menggambarkan distribusi responden serta menggambarkan variabel bebas dan
variabel terikat sehingga diketahui variasi dari masing-masing variabei.
2.
Analisis
Bivariate
Melihat
hubungan antara dua variabel independen dengan variabel dependen. Pangujian
data dilakukan dengan menggunakan uji statistic Chi-Square (a = 0,05)
jika nilai x2 hitung > x2 tabel, ini menunjukan
hipotesa alternatif (Ha) diterima artinya ada hubungan yang signifikan.
Sedangkan jika x2 hitung < x2 tabel ini menunjukan
hipotesa Nol (H0) diterima, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan.
Adapun
rumus Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
X2 : Korelasi Chi-kuadrat
Fe : Frekuensi yang diharapkan
Fo : Frekuensi yang diperoleh/diamati
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan
Januari 2013 sampai Juli 2013 dimana jadwal kegiatan disusun dalam suatu gant’s
chart sebagai berikut:
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||
1.
Studi Pen dahuluan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
Pembuatan Proposal
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
Konsultasi dengan Pembimbing
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
4.
Seminar Proposal
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
5.
Penelitian
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
6.
Seminar Hasil Penelitian
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lampiran 1
PENGANTAR KUISIONER PENELITIAN
Kepada Yth :
……………
Di
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis llmiah
(KTI) yang a/can saya lakukan dengan judu! "HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN PELAKSANAAN
MOBILISASI DINI Dl RSIA BADRUL AINI BROMO TAHUN 2013", yang merupakan
tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan dari
Politeknik Kesehatan Jurusan Kebidanan Kemenkes Medan.
Saya sangat mengharapkan kesediaan ibu untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan dikuisioner dengan senang hati dan sukareta.
Saya sangat berharap bahwa jawaban yang ibu berikan adalah sesuai dengan
kemampuan dan keadaan ibu sendiri tanpa melihat jawaban orang lain.
Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih
atas kesediaan dan kerjasama ibu selama mengisi kuisioner ini.
Medan, Juni 2013
Hormat
saya
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Terima
kasih atas tawaran yang diberikan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang
berjudul "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Mobilisasi Dini
dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini di RSIA Badrui Aini Bromo Tahun2013".
Saya
yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
No.
Responden :
Dengan
ini saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini dengan sukarela.
Responden
( )
Kisi-kisi Kuesioner
No
|
Topik
|
Jumlah
|
Nomor Soal
|
1.
|
Pengertian
Mobilisasi Dini
|
2
|
1 dan
2
|
2.
|
Tujuan
Mobilisai Dini
|
2
|
3 dan
4
|
3.
|
Manfaat
Mobilisasi Dini
|
2
|
5 dan
6
|
4.
|
Gerakan
Mobilisasi Dini
|
1
|
7
|
5.
|
Tahapan
Mobilisasi Dini
|
5
|
8,9,
10, 11, dan 12
|
6.
|
Kerugian
Tidak Melakukan Mobilisasi Dini
|
1
|
13
|
7.
|
Syarat Melakukan Mobilisasi Dini
|
1
|
14
|
8
|
Faktor Pelaksanaan Mobilisasi Dini
|
1
|
15
|
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini
dengan
Pelaksanaan Mobilisasi Dini di RS Badrul Aini Bromo
Periode
Januari-Mei Tahun 2013
Nomor Kode :
Nama Responden :
Umur Responden :
Pendidikan
Terakhir :
Pekerjaan :
Alamat
Responden :
I.
Petunjuk Penigisian
1.
Isilah
data anda dengan benar
2.
Baca dan
pahami setiap pertanyaan dengan baik
3.
Berilah
tanda silang (X) untuk jawaban yang menurut anda benar
4.
Bila ada
pertanyaan yang kurang jelas dapat ditanyakan pada peneliti atau petugas yang
memberikan kuesioner pada anda
5.
Setelah
selesai kembalikan kuesiner ini pada peneliti atau petugas yang memberikan
keusioner ini pada anda.
A.
Pertanyaan
Pengetahuan Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini
1.
Apa yang
dimaksud dengan mobilisasi dini?
a.
Gerakan
agar secepat mungkin ibu bangun dari tempat tidurnya setelah melahirkan.
b.
Gerakan
agar sedapat mungkin ibu tidur dengan nyaman.
c.
Gerakan
agar ibu dapat lebih lama turun dari tempat tidurnya setelah melahirkan.
2.
Sebaiknya
ibu masa nifas yang melahirkan normal harus bergerak saat….
a.
5 jam
setelah melahirkan.
b.
2 jam
setelah melahirkan.
c.
6 jam
setelah melahirkan.
3.
Gerakan-gerakan
secepat mungkin setelah melahirkan tidak boleh dilakukan jika ibu dengan….
a.
Penyakit
jantung.
b.
Jahitan
di jalan lahir.
c.
Kram di
kaki.
4.
Apa saja
manfaat yang diperoleh jika ibu melakukan gerakan secepat mungkin setelah
melahirkan?
a.
Terhindar
dari pengeluaran darah yang banyak.
b.
Terkena
infeksi.
c.
Menambah
kram di kaki.
5.
Ibu masa
nifas diharuskan tidur terlentang selama…
a.
5 jam
b.
6 jam
c.
2 jam
6.
Kerugian
jika ibu tidak melakukan gerakan-gerakan segera setelah melahirkan adalah….
a.
Menyebabkan mual muntah.
b.
Menyebabkan tekanan darah tinggi.
c.
Menyebabkan
kram di kaki.
7.
Pada
saat kapan ibu nifas diperbolehkan miring kiri / miring kanan?
a.
2 jam
setelah melahirkan.
b.
6-8 jam
setelah melahirkan.
c.
12 jam
setelah melahirkan.
8.
Gerakan-gerakan
yang dilakukan ibu masa nifas segera setelah melahirkan dapat menyebabkan…
a.
Luka
jahitan di jalan lahir lama kering.
b.
Pengeluaran
darah yang banyak.
c.
Luka jahitan menjadi cepat sembuh.
9.
Lamanya
kesembuhan luka jahit di jalan lahir merupakan…
a.
Penyebab
melakukan gerakan-gerakan segera setelah melahirkan.
b.
Penyebab
tidak melakukan gerakan-gerakan segera setelah melahirkan.
c.
Penyebab
melakukan gerakan-gerakan 2 jam setelah melahirkan.
10.
Pada
saat kapan ibu nifas diperbolehkan duduk sendiri?
a.
2 jam
setelah melahirkan.
b.
6-8 jam
setelah melahirkan.
c.
12 jam
setelah melahirkan.
11.
Pada
saat kapan ibu nifas diperbolehkan berdiri dan berjalan?
a.
2 jam
setelah melahirkan.
b.
6-8 jam
setelah melahirkan.
c.
12 jam
setelah melahirkan.
12.
Gerakan-gerakan
yang dilakukan ibu masa nifas segera setelah melahirkan diperbolehkan pada ibu
nifas dengan….
a.
Luka
jahitan di jalan lahir.
b.
Penyakit
kekurangan darah.
c.
Penyakit
jantung.
13.
Gerakan-gerakan
yang dapat dilakukan ibu nifas segera setelah melahirkan adalah…
a.
Jongkok
dan berdiri.
b.
Miring kiri/kanan.
c.
Senam
nifas.
14.
Keluarnya
darah yang banyak bisa dicegah apabila ibu …
a.
Tidur
terlentang lebih lama setelah melahirkan.
b.
Tidak
banyak melakukan gerakan setelah melahirkan.
c.
Melakukan
gerakan segera setelah melahirkan.
15.
Proses kembalinya rahim ke ukuran semula yang lebih lama
dapat dicegah apabila ibu....
a.
Tidur
terlentang lebih lama setelah melahirkan.
b.
Tidak
banyak melakukan gerakan setelah melahirkan.
c.
Melakukan
gerakan segera setelah melahirkan.
B. Pertanyaan Mengenai
Sikap Ibu Nifas
dengan Pelaksanaan Mobilisasi
Dini
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No
|
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
1
|
Membimbing ibu
secepat mungkin untuk berjalan dapat
memberikan kesempatan bagi ibu untuk merawat bayinya.
|
|||||
2
|
Ibu nifas yang
melakukan gerakan-gerakan
segera setelah melahirkan dapat membuat ibu merasa lebih
sehat dan kuat.
|
|||||
3
|
Setiap
ibu nifas tidak perlu melakukan gerakan-gerakan segera setelah melahirkan.
|
|||||
4
|
Gerakan-gerakan
yang dilakukan ibu nifas
segera setelah dapat menyebabkan turun perut.
|
|||||
5
|
Gerakan-gerakan
yang dilakukan ibu nifas segera setelah melahirkan dapat mengajarkan ibu
untuk mandiri.
|
|||||
6
|
Gerakan-gerakan
yang dilakukan ibu nifas segera setelah melahirkan bisa menyebabkan luka
jahitan jalan lahir semakin lama sembuh.
|
|||||
7
|
Dengan melakukan
gerakan-gerakan segera setelah melahirkan, ibu dapat menghemat biaya
perawatan karena lebih cepat pulih dan dapat segera pulang.
|
|||||
8
|
Gerakan-gerakan
yang dilakukan ibu nifas segera setelah melahirkan hanya membuat ibu lebih
capek.
|
|||||
9
|
||||||
10
|
Tidak
ada manfaat bagi ibu nifas jika ibu
bergerak beberapa jam setelah melahirkan.
|
C.
Pertanyaan Mengenai Pelaksanaan Mobilisasi Dini
1.
Apakah 2
jam setelah melahirkan ibu sudah melakukan gerakan miring kiri/miring kanan?
a.
Ya
b.
Tidak
Bila
tidak alasannya .................................................................................
2.
Apakah
6-8 jam setelah melahirkan ibu sudah mulai duduk sendiri?
a.
Ya
b.
Tidak
Bila
tidak alasannya .................................................................................
3.
Apakah
12 jam setelah melahirkan ibu sudah mulai berdiri dan berjalan?
a.
Ya
b.
Tidak
Bila
tidak alasannya .................................................................................
LEMBAR JAWABAN
1. A 11.C
2. B 12. A
3. A 13. B
4. A 14. C
5. C 15. C
6. C
7. A
8. C
9. B
10.B
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y., 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta
: Pustaka Rihamma.
Arikunto, 2007. Metodologi
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S., 2011. Sikap
Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bahiyatun, 2009. Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Yogyakarta : EGC.
Bobak, 2008. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Budiharto, 2010. Metodologi Penelitian Kedokteran.
Jakarta : EGC.
Danuatmaja, B.,
Meiliasari, M., 2009. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Bogor:
Puspa Swara.
Dewi, D., 2011. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Kecepatan
Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/1050/1133_umm_scientific_journal.pdf.
22 Mei 2013.
Dewi, V., 2011. Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Salemba Medika.
Dian, 2011. Indikator
Keberhasilan Pembangunan Kesehatan. http://erwinoktavia123.blogspot.eom/p/indikator-keberhasilan
pembangunan.html. 29 Maret2013.
Dinkes Provsu,
Haumah, c., 2010. Konsep
Dasar Masa Nifas.
Jannah, N., 2011. Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Lia, 2009. Buku Saku
Praktik Bidan. Yogyakarta : EGC.
Notoatmodjo, S., 2007. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahayu, A., U., 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Immediate Puerperium
Tentang Mobilisasi Dini di RSUD Surakarta , DIII STIKES Kusuma Husada
Surakarta, Karya Tulis Ilmiah : Tidak dipublikasikan.
Riswandi, 2005. Angka Kematian Maternal Menurut WHO. http://riswandi.wordpress.com/2005/02/15/kematian-maternal-who.html. 27 Maret 2013
Saleha, S., 2008. Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta : Salemba Medika.
Sinisin, 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. http://books.google.co.id/book?idcc7x0JHP11MC&pg=PA118&dq=mobilisasi+dini. 28 Maret 2013.
Suherni, S. dkk.,
2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Sunaryo,2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta
¨EGC.
Wahyuni, S., S., Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Involusi
Uterus Pada Ibu Nifas Di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Jabon Jombang. http://asuhankeperawatankebidanan.wordpress.com/2010/02/hubungan-mobilisasi-dini-dengan.html.
23 Mei 2013.
Wulandari, S. R.
Handayani, S., 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta :
Gosyen Publising.
DAFTAR ISI
LEMBAR
PERSETUJUAN
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang ............................................................................. 1
B.
Perumusan
Masalah..................................................................... 2
C.
Tujuan
Penelitian.......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
A.
Tinjauan
Pustaka.........................................................................
4
B.
Kerangka
Konsep........................................................................ 18
C.
Defenisi
Operasional................................................................... 18
D.
Hipotesisi
Penelitian .................................................................... 19
BAB
III METODE PENELITIAN..................................................................... 20
A.
Jenis
dan Desain Penelitian......................................................... 20
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian......................................................... 20
C.
Populasi
dan Sampel Penelitian.................................................... 21
D.
Jenis dan Cara Pengumpulan
Data............................................... 22
E.
Aspek
Pengukuran Pengetahuan................................................. 22
F.
Jadwal
Penelitian........................................................................... 24
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar